Davina melirik jam tangan nya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima dan itu berarti tinggal setengah jam lagi waktunya para karyawan pulang.
Ia meraih ponsel nya hendak menghubungi temannya Lani, namun sial batrenya habis.
Kemudian ia bangkit mendekati pintu dan hendak keluar kamar. Namun tiba-tiba seorang pria datang menghampiri dan menghalangi langkahnya.
" Maaf, Nona! Anda mau kemana, dan maaf anda belum di perbolehkan pulang sebelum Bapak Radith mengizinkan anda pulang. Kalau nona ada perlu apa-apa tinggal bilang saja, nanti akan saya persiapkan!." dengan sopan lelaki itu berkata.
"Ooooh begitu yah.? kalau begitu tolong sampaikan kepada tuan mu itu, saya akan ganti seluruh kerusakan mobilnya berapa pun itu. Dan ini KTP serta nomer ponsel saya, jadi kalau ada apa-apa dia bisa hubungi saya ke alamat itu!"
Sedikit geram Davina berkata penuh penekanan.
Dengan nada tinggi bercampur kesal, ia berlalu hendak keluar dari ruangan mewah itu yang baginya bagaikan hidup di dalam sangkar emas.
Ia merasa lelaki angkuh itu telah mempermainkan nya. Namun lagi-lagi pria itu mencegahnya dan sedikit agak tegas ia berkata.
"Tolong nona, jangan buat hidup saya susah. Tidak akan terjadi apa-apa jika anda menunggu sebentar saja sampai Bapak Radith datang. Anda hanya tinggal sabar sedikit, itu saja!"
terdengar seperti nada memelas tapi pedas, lelaki itu memohon agar Davina menuruti kata-katanya.
Davina tertegun sejenak. Memang benar juga apa yang di katakan lelaki itu, dia hanya tinggal menaikkan level sabar nya saja setingkat agar urusan dengan pria angkuh itu cepat selesai dan menemukan jalan keluarnya.
Ia berharap semoga saja ada keringanan jika sudah bertemu langsung dan bernegosiasi secara baik-baik dengan nya, fikirnya.
Sejujurnya hatinya agak meringis mendengar penuturannya sendiri yang siap ganti rugi jika ada kerusakan di mobil mewah itu, padahal kalau memang itu sampai terjadi, mana mungkin ia akan sanggup membayarnya yang pastinya akan banyak memakan biaya yang tidak sedikit.
"Baiklah, saya akan tunggu! tapi bolehkah saya minta tolong sedikit?." Tanya Davina sedikit ragu.
Kemudian Davina sedikit mendekatkan tubuhnya pada lelaki itu. Setengah berbisik ia berkata:
" Saya butuh roti Jepang, bisakah anda carikan untuk saya!"
walau sedikit malu tapi ia terpaksa mengatakannya karena ia benar-benar membutuhkannya.
"Hah... apa?...roti Je..pang?" saking kagetnya ia hampir saja menjatuhkan gelas kopi yang sedari tadi di pegangnya.
"Nona, tolonglah jangan buat saya lebih menderita lagi, saya akan bawakan makanan lain yang lebih enak lagi, asalkan jangan yang itu, saya tidak tahu harus beli dimana!"
Pinta lelaki itu dengan polosnya. Davina hanya bisa melongo sambil garuk-garuk kepala walau tidak gatal karena merasa risi kalau harus mengatakan dengan jelas, makanya ia pakai istilah itu. Akhirnya setengah berbisik ia terangkan sedikit, barulah lelaki itu mengerti.
"Bilang aja tolong belikan pembalut, begitu aja kok repot!" kata lelaki itu bergumam ketus.
Sambil berlalu ia kembali menggerutu. "Apa susahnya sih mengakui kalau sedang haid tanpa harus pake istilah-istilah segala, semua orang juga tahu kalau perempuan itu punya siklus menstruasi saat rahim melepaskan sel telur saat tidak di buahi. Pake istilah roti Jepang lah..., lagi dapet lah... dapet apa coba? dapet hadiah lotre?... sampe negara Jepang dibawa-bawa, apa hubungannya coba pembalut dengan negara Jepang? emang sejarah pertama pembuat pembalut adalah Jepang apa?.. aaah!.... bikin ribet aja!"
begitulah kira-kira gerutuan panjang kali lebar lelaki itu tanpa menghentikan langkahnya menuju minimarket terdekat yang berada dilokasi perusahaan.
----------000------------
Di tempat lain, di sebuah rumah sakit elit nampak seorang pria paruh baya yang ternyata adalah ayah dari Radithya yang baru saja tiba di rumah sakit tengah duduk di ruang tunggu dengan raut muka harap-harap cemas.
Tak lama berselang, keluarlah seorang pria muda dengan seorang Dokter Specialis Hematologi. Nampak kecemasan terlintas di kedua wajah pria itu.
" Ada yang ingin saya sampaikan, jadi mari ikut ke ruangan saya!" pinta Dokter itu ramah. " Silahkan duduk!" Sambil berkata lirih, dokter itu menjelaskan.
"Menurut tes laboratorium dan hasil analisis riwayat penyakit bawaan yang di derita pasien, Tuan Reyza mengidap penyakit Anemia Aplastik. Penyakit ini di picu oleh seringnya penggunaan obat-obat tertentu yang menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang sehingga memicu meningkatnya resiko penyakit ini"
sesaat dokter itu mengehentikan penjelasannya, lalu kemudian ia lanjutkan lagi.
"Dengan kondisi Tuan Reyza saat ini, proses transfusi darah menjadi satu-satunya cara memperpanjang harapan hidupnya, sampai saat ini belum ada obat untuk mengobati penyakit itu"
sedikit menghela nafas kemudian ia melanjutkan.
"Adapun cangkok sumsum tulang belakang bisa dilakukan, namun persentase keberhasilannya fifty-fifty karena banyak mempertimbangkan segala resiko kemungkinan yang terjadi. Jadi bertahan lewat transfusi trombosit sajalah salah satu solusinya"
Mendengar penjelasan dari Dokter itu, terlihat ayahnya begitu syok. Radith mencoba berusaha menenangkan ayahnya dengan menggenggam telapak tangan ayahnya yang terasa dingin.
BERSAMBUNG
Note:
Khusus bab ini, mohon koreksi apabila saya salah dalam pembahasan tentang penyakit Anemia Aplastik. Itupun hasil dari googling saya. Terimakasih.🙏🙏
----) vote, like n komen nya di tunggu yaaah makasih..😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Yovita Yuni S
lanjuttt
2021-11-25
0
Emma The@
Cuma wanita yang mengerti istilah itu Thor,termasuk akyuuu 😄
2021-11-18
0
Akun Baru16
lucu juga. bisa aja kamu Thor😁
2021-10-26
1