Pilih Aku, Aruna...
"Arunaaa...."
Dekik pipi di sebelah kiri menambah paras ayu wajahnya yang lugu. Kulit putih kuning langsat khas perempuan jawa nampak bersinar kemerahan di terpa silaunya matahari yang beranjak dari peraduan. Seperti arti dari nama Aruna dalam buku Sanskerta, yang berarti bersinar kemerahan-merahan.
"Ya Bude?"
Suara lembut keluar dari bibirnya yang tipis. Aruna beranjak, menutup diary usang yang disembunyikan di balik punggung.
"Bawakan teh ini ke depan!"
"Ada tamu?"
"Iyo... Nak Aryo, gih sana temui, dia sudah nunggu."
"Bude sajalah." Aruna memohon, tak ingin menemui pria yang sudah beberapa bulan ini rutin mengunjungi. Dia pria tampan, baik dan juga mapan. Tapi entah kenapa sulit sekali untuk Aruna membuka hati.
"Ndo.... Nak Aryo jauh-jauh datang kemari, dia kepingin ketemu kamu. Wis jangan mbantah, kamu mau cari bojo seperti apa lagi, kasian dia.... kamu sudah gadis, cukup umur untuk menikah. Bahagia itu bukan hanya karena cinta, tapi juga butuh materi. Percaya sama Bude, cinta itu akan datang setelah kalian sering bersama."
Wejangan Bude membuat matanya berair, bagaimana bisa dia membantah. Bude adalah orang tua pengganti setelah kedua orang tuanya sudah tiada.
Merantau di Ibu Kota sudah menjadi pilihan Bude waktu itu, membawa Aruna kecil yang tak pernah lepas dari pangkuannya. Tubuh kurus yang sudah letih untuk bekerja, tak membuat ia mengeluh, ada Aruna yang menjadi tanggungjawabnya saat ini, mendekap layaknya anak kandung yang harus ia didik dan ia besarkan dengan penuh kasih sayang.
"Iya Bude, Arun mau menikah dengan Mas Aryo."
Akhirnya keputusan besar itu Aruna ambil, senyuman yang diiringi tangis haru begitu kentara di pipi dan keningnya yang sudah berkeriput. Mengucap syukur kepada sang khaliq saat Aruna menerima pinangan Aryo, pria baik yang mencintai dan menerima Aruna yang bukan siapa-siapa,"Kamu akan bahagia Ndo.... kamu akan hidup berkecukupan."
Aruna tersenyum getir, demi Bude ia harus memupus segala angan dan khayalannya akan seseorang. Bayangan semu yang selalu ia ukir di dalam mimpi. Dalam sekejap ia harus tenggelamkan ilusi itu, mengubur dalam-dalan segala harapan yang selama ini dia damba.
Menikah hanya sekali seumur hidup, dan cinta, itu hanya sebuah kata yang mengandung makna yang sangat dalam, yaitu pengorbanan.
Usia sepuh membuat tubuh Bude mengeluh sakit. Ia tergolek lemah tak berdaya, menatap Aruna dengan kasih, mengusap pipinya yang sudah basah karena air mata,"Sekarang Bude bisa pergi dengan tenang, Nak Aryo akan menjagamu. Jadi istri yang solehah, manut sama suami, jangan bantah apa kata suami. Dia yang akan bertanggung jawab akan nasibmu di akhirat kelak."
Aruna menangis sesegukan, amanah terakhir yang Bude katakan saat hembusan nafas diakhir hayatnya.
"Bude... Arun kangen." Aruna mengusap batu nisan yang bertuliskan Sri Winarti, nama budenya yang kini sudah terbaring di dalam tanah satu tahun yang lalu. Dan sekarang ia tak memiliki siapapun selain Aryo, pria yang sudah menikahinya dua tahun silam.
Air mata Aruna berderai, menggenggam tanah yang ia kepal kuat-kuat,"Kenapa nasib Arun seperti ini Bude... sampai kapan Arun bisa kuat menjalaninya." Aruna menepuk-nepuk dadanya yang menganga karena luka, rumah tangga yang ia bina selama dua tahun kini berujung dengan sebuah pengkhianatan, kesetiaan akan suaminya Aryo sedang di uji.
"Siapa dia Mas?"
"Dia hanya klien ku dari luar kota."
"Lalu apa maksud pesan ini?" Aruna menunjukan pesan yang tak sengaja dibukanya kala Aryo sedang berbenah diri dalam kamar mandi.
Aryo merebut gawai itu, seketika gugup namun berusaha tenang untuk menutupi,"Run biar aku jelaskan, kamu jangan salah paham dulu."
"Bagaimana aku tidak salah paham, dia panggil sayang sama Mas, dia mengucapkan terima kasih karena Mas sudah menemaninya malam ini, bagaimana aku tidak salah paham?"
Aruna menepis tangan Aryo yang hendak menyentuhnya,"Kamu selingkuhi aku Mas."
"Biar aku jelaskan dulu."
"Kamu bermain gila dengan wanita itu, kamu tega Mas." Air mata yang sedari tadi Aruna tahan akhirnya berguguran. Hatinya hancur, kepercayaan penuh yang selalu ia berikan kepada Aryo pupus seketika.
"Run, kamu terlalu jauh mengartikan.... aku tidak sedekat itu dengan dia, ini hanya kedekatan aku sebagai kontraktor dan klien, aku hanya memberikan bunga sebagai ucapan terima kasih karena perusahaannya mau bekerja sama dengan PT ku, dan tadi aku mencarikannya Hotel untuk menginap malam ini, makanya aku pulang agak malam."
Aruna menggeleng, tubuhnya merosot. Kaki ini terasa lemah menopang tubuhnya yang dalam pesakitan,"Kamu khianatin aku Mas."
Aryo bersimpuh,"Run lihat aku....," Aryo meraih pipi Aruna,".... aku hanya mencintai kamu, tidak ada wanita lain yang ada di hatiku selain kamu, tolong percaya sama aku.... aku hanya ingin bahagia denganmu, aku tidak mau kehilangan kamu, aku tidak tahu jadinya kalau kamu tidak lagi mempercayaiku."
"Kamu bohong."
"Aku masih sangat mencintaimu."
"Tapi kenapa kamu lakukan ini sama aku." Suara Aruna bergetar, membenamkan wajah di kedua lutut yang ia peluk dengan erat, meminta kekuatan, berdamai dengan keadaan, kalau hatinya harus mampu menghadapi ketidaksetiaan Aryo.
Dua tahun lamanya ia berusaha membuka diri, belajar mencintai Aryo dengan sepenuh hati, mengabdi layaknya seorang istri yang sangat mencintai suaminya.
Aryo menarik kepala Aruna untuk dia dekap,"Maafkan bila aku salah, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku terlalu sibuk hingga kamu merasa sendiri dan tidak diperhatikan, maafkan aku Run... aku akan memutuskan kerjasama dengan perusahaannya kalau itu membuatmu percaya. Aku rela bila perusahaan ku rugi besar, asal kamu mau memaafkan ku."
Kata-kata ampuh yang berhasil memenangkan Aruna, sentuhan lembut dan kata-kata merayu, membuat Aruna yakin kalau Aryo memang sangat mencintainya. Ini hanya sebuah kesalahpahaman, ini hanya sebuah ujian pernikahan yang menemui batu kerikil di setiap perjalanannya. Fase pasang surut yang harus ia jalani agar tetap kuat untuk bertahan, mengarungi bahtera rumah tangga yang seperti Bude katakan, dia akan bahagia.
Aryo meraih pundak Aruna, menuntunnya duduk di tepi ranjang yang selama ini jadi saksi, dimana Aruna dengan berat hati merelakan kesuciannya untuk Aryo, suami yang belum sepenuhnya ia cintai. Namun kata wajib dalam hukum Islam harus Aruna jalani, melayani suami, memberikan hak atas dirinya yang sudah menjadi istri, ikhlas dan sukarela menjalani semuanya.
Namun sekarang, di saat hatinya sudah terbuka untuk Aryo, rasa sakit malah ia kukung dalam hati. Satu pesan mesra dari wanita yang entah itu siapa.
Aruna menatap Aryo dengan sendu,"Jangan lakukan itu lagi Mas, aku tidak memiliki siapapun selain kamu."
"Maaf...," Aryo memeluk Aruna,".... aku tidak akan mengulanginya lagi, beri aku kesempatan membuktikan semuanya."
Aruna balas memeluk, memaafkan segala kekhilafan suaminya di luar sana.
"Jangan kecewakan aku lagi." Menyusun kata sabar dan Ikhlas, dua kata yang akan dia coba jalani dan tafakuri, meyakinkan diri kalau suaminya akan berubah dikemudian hari.
Aryo mendaratkan sebuah kecupan hangat, sadar akan kesalahan yang melukai hati Aruna, istri yang selalu setia menunggu dan melayaninya selama ini,"Aku janji."
🥀
🥀
🥀
_ Bersambung _
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
mampir disini
2022-05-12
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
Halo kak slm kenal. Sudah ku tap love ya💕. mmpir jg ke tmptku jika brkenan💕
2021-12-04
0
maura shi
emg ya ujian suami tuh saat dia kaya,banyak uang
tp ujian istri saat rmhtangga mereka dlm keadaan miskin,ekonomi yg lemah
2021-11-15
0