Dengannya

Berulang kali Aruna memegang dadanya yang terasa tidak karuan, membetulkan topi, appron bahkan capitan kue yang tidak tahu apa-apa, diketuknya tanpa henti, jadi bahan incaran kegelisahannya saat ini.

"Run, giliran kamu istirahat." Tegur Dedi yang baru datang dari makan siang di Warteg langganannya.

"Iya." Aruna melepas appron dan menyimpannya dalam laci.

"Bu Manda belum dateng ya?"

"Katanya lagi dijalan, mungkin sebentar lagi. Aku udah bilang kok sama tamunya buat nunggu beberapa menit lagi." Tuturnya seraya berjalan menuju pintu keluar.

Duduk di kursi plastik yang disediakan sebuah kedai juice, Aruna melihat jalanan yang ramai, hari yang sangat panas, cocok bila dia memesan satu cup juice dingin yang membasahi tenggorokannya yang kering ini.

"Pak Juice mangganya sat..."

"Dua."

Aruna menoleh, melihat siapa orang yang sudah menyela perkataannya,"Nuno...."

Dia balas tersenyum,"Boleh aku duduk disini?"

Tak bisa dipungkiri, mata teduh dan senyuman manis itu membuat darahnya berdesir hebat.

"Oh... ah iya, tentu saja." Jawab Aruna tergagap.

Di helanya nafas diam-diam, melirik wajah lelaki yang duduk di sebelahnya, kenapa dia bisa ada di sini???

Tiba-tiba Nuno menoleh menangkap basah dirinya yang sedang mencuri pandang, Nuno tersenyum seakan tahu apa yang dipikirkan Aruna," Tadi aku mengantar Manda, terus aku liat kamu lagi jalan kesini, jadi aku ikutin kesini."

Kok dia bisa baca pikiranku??? Aruna sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Kok diem?"

Aruna tersenyum kikuk,"Nggak papa."

"Udah makan siang?"

"Belum, lagi pengen minum juice aja."

Obrolan mereka terpotong saat juice yang mereka pesan telah jadi. Nuno mengambil j**uice itu dan memberikannya satu kepada Aruna,"Jadi berapa Pak?"

"Tiga puluh ribu Mas."

Nuno menahan tangan Aruna yang akan memberikan sejumlah uang,"Aku saja...." Nuno mengeluarkan uang satu lembar lima puluh ribu,"Kembaliannya ambil saja."

"Wah terima kasih banyak, Mas."

Nuno membalas tersenyun, dan setelah itu kembali melihat Aruna yang menyeruput juicenya tanpa henti,"Kita minum di sana yuk?" Tunjuknya pada sebuah cafe.

"Tapi kan udah pesen ini."

Nuno tersenyum geli,"Memangnya kenapa, kita nggak akan di usir kan kalau bawa minuman dari luar, lagian kita juga di sana bakal pesen makanan mereka."

Sejenak Aruna berpikir, apa harus dia terima tawaran Nuno, berduaan di cafe dengan laki-laki selain Aryo???

"Yuk Run...!" Aruna masih bergeming.

"Kalau kamu nggak mau makan, kita bisa pesen makanan kecil, kayak pisan bolen contohnya."

Aruna terkesiap, melihat Nuno yang tersenyum dengan tatapan yang berbeda, namun tak lama dia tertawa kecil. Ternyata Nuno tidak lupa dengan makanan yang selalu dia bawa sebagai bekal saat sekolah dulu.

"Kamu masih suka itu?"

Aruna mengangguk,"Telor ceplok pake kecap?"

Nuno tergelak, nostalgia yang ternyata masih mereka kenang,"Aku pun masih menyukainya."

Aruna menahan tawa, melipat bibir kedalam hingga dekik pipinya kembali muncul, dan Nuno sangat suka itu, mengamatinya dengan jarak yang lebih dekat seperti sekarang.

"Kenapa?"

Nuno menggeleng,"Nggak papa, yuk!"

Jalanan yang ramai membuat mereka harus bersabar untuk menyebrang, jangan sampai dua kaki yang tidak memiliki mata ini malah salah mengambil kecepatan. Nuno meraih tangan Aruna, menuntunnya hati-hati.

Aruna tertegun, melihat tangan kekar yang hangat dan lembut itu melindungi dirinya dengan sigap, terasa aman dan terjaga dari apapun yang akan melukainya.

"Kita duduk di sana ya!" Tunjuknya dengan sebelah tangan yang masih memegang juice, dan tangan lain masih berpegang erat mengunci jemari Aruna.

Dirasa Aruna masih diam di tempat semula, Nuno menoleh. Bentangan tangan yang terjalin menjadi jarak diantara mereka.

"Ah Maaf." Segera dilepaskannya tangan Aruna, menyembunyikan tangannya yang tak tahu malu itu di dalam saku.

Aruna menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena aliran darah yang tiba-tiba bergolak panas.

Duduk saling berhadapan, Nuno memberikan list menu pada Aruna,"Mau pesan apa?"

"Craft saja." Jawabnya tanpa melihat menu yang disodorkan Nuno.

"Kenapa nggak bolen?" Tanyanya dengan tersenyum jail, berusaha mencairkan suasana yang tadi sempat kembali kaku.

"Disini nggak ada bolen." Cebiknya.

Nuno tertawa kecil,"Oh,oke.... Craft nya dua ya Mbak."

"Baik Mas, ditunggu sebentar." Ujar pelayan itu ramah.

Aruna memilin jarinya di bawah meja, menguntai dan mencari kata yang sebenarnya ingin dan banyak sekali ingin dia tanyakan. Tapi Nuno yang sekarang bukan Nuno kecil yang sama seperti dulu, sekarang dia sudah menjelma menjadi pria dewasa, tampan, tinggi, berkulit putih, dan memiliki pesona luar biasa, dan dia menyadari itu saat pandangan beberapa gadis di sekitar mereka, terpana mengaguminya.

"Run, aku boleh minta nomor telepon kamu?"

"Boleh, sebentar.... aku tidak ingat nomor ku sendiri." Jawabnya polos, mengeluarkan ponsel dari dalam clutch yang di tentengnya.

Nuno tersenyum, ikut melihat ponsel yang Aruna keluarkan,"Ponsel mu retak.... ah iya, itu karena Jino kan?"

"Tapi masih bisa digunakan."

"Aku akan ganti besok."

Aruna menggeleng cepat,"Jangan, aku dan Jino sudah melupakannya, lagian kamu udah ganti pakai makanan waktu itu kan."

"Harga makanan itu nggak seberapa."

"Tapi menurutku itu sudah cukup."

Nuno menghela nafas panjang, ternyata Aruna keras kepala juga,"Baiklah, tapi kalau ponsel mu rusak, kamu harus bilang."

"Tergantung."

Nuno mengeryit, dan itu membuat Aruna terkikik. Bibir Nuno yang kecil dan mengkerut terlihat imut menggemaskan, alisnya yang tebal malah dibuat menyatu di bagian tengah.

"Kenapa ketawa?"

"Kenapa ekspresinya gitu?"

"Aku nunggu penjelasan kamu dari kata tergantung, maksudnya apa?"

Aruna tergelak,"Lupain aja."

"Mana bisa gitu."

"Sudahlah, mendingan kita makan craft ini saja, enak kalau masih panas."

Pelayan itu menghidangkan dua porsi craft yang menarik perhatian mata agar si lidah segera mencicipi. Sisinya yang garing, ditaburi parutan keju dan kacang almond, bila dibuka, ada slice tipis pisang berbentuk bundar yang dilumuri susu full cream yang sangat manis.

Makanan yang tidak jauh dari pisang, dengan senang hati akan Aruna habiskan.

Aruna melirik jam di tangannya, waktu istirahat yang hanya tinggal beberapa menit tak terasa di lewatinya bersama Nuno.

"No, aku harus kembali kerja."

"Istirahatnya sebentar sekali?"

"Istirahatnya sejam, cuma nggak enak kalau toko lagi rame aku masih istirahat, kasian yang lain."

"Aku duluan ya, makasih buat semuanya."

"Tunggu." Nuno menarik tangan Aruna untuk kembali duduk, mengambil sebuah tisu dan mengusap bagian sudut bibir Aruna yang berair.

"Ada sisa jus di bibir mu."

Pandangan mereka beradu, namun tak lama Aruna tersadar, degupan jantung yang kencang membangunkannya dari buaian lembut sentuhan Nuno di bibirnya,"Terima kasih." Aruna mengambil tisu itu dan mengusapnya sendiri.

Keluar dari cafe, Aruna melihat Manda berdiri di depan toko,mondar mandir dengan mata berkeliaran mencari seseorang, sampai Aruna mendekat pun Manda tidak menyadarinya.

"Mbak cari siapa?"

"Eh Run, kamu lihat Nuno nggak.... mobilnya masih disini tapi orangnya kok nggak ada, kemana ya?" Dengan mata yang masih sibuk mencari.

"Tadi Nu..."

"Ah itu dia...." Potong Manda, tak menghiraukan apa yang akan dikatakan Aruna, melihat Nuno yang sedang menyebrang jalan.

Manda bergegas menghampiri, seolah tak sabar jika Nuno yang datang sendiri,"No, kamu mau ke kantor lagi kan, aku ikut ke bengkel ya, katanya mobil aku udah beres di service, jalannya searah kok."

"Boleh."

Aruna yang sadar hanya jadi orang ketiga, segera membuka pintu toko.

"Arun..."

Aruna berbalik, melihat Nuno yang masih berdiri di samping mobilnya.

"Aku pergi dulu."

"Kita pergi dulu ya, Run." Timpal Manda.

Aruna mengangguk,"Iya."

Selepas kepergian mereka, Aruna termanggu. Kenapa hatinya terasa di cubit, seperti ada sesuatu yang pergi dan hilang dari sisinya.

Aruna memijit pelipis dan menekan sekeras-kerasnya, ada yang salah dengan perasaannya, dan itu tidak boleh terjadi.

🥀

🥀

🥀

_ Bersambung _

Hai hai semua👋👋🧕🧕

Maafkan si aku yang hilang seminggu ini🙈,,, Seruan Dokter yang mendayu membuat aku rindu dengan belaian tangan dan baju putih bersih kebesarannya.

Alhasil, PakSu yang cemburu mengurung si aku untuk diam dikamar, hanya bisa berguling dengan bantal dan selimut agar si rindu bisa cepat minggat dalam tubuhku, eak eak eak😂😂😂

Love U Full buat semua reader setia ku dan akak othor yang sudah mendukung cerita ini. Apalah arti si aku ini tanpa kalian😘😘😘😘

One more,,, makasih banyak buat Vote, hadiah, koin, like&coment yang sangat luar biasa ini🙏🙏🙏🙏

...Love U All 😍😍😍😘😘😘...

Terpopuler

Comments

maura shi

maura shi

mgkn yg d harap saat aruna remaja adl nuno ya thor,yg d part pertama itu

2021-11-15

0

Ayuna milik Abinya

Ayuna milik Abinya

kasian lah Thor kisah mereka dibikin ngenes.. aku jadi ambyar

2021-09-22

0

Janah

Janah

❤️❤️❤️❤️❤️

2021-08-19

0

lihat semua
Episodes
1 Tak Setia
2 Baru Dimulai
3 Kembali
4 Mencoba Tegar
5 Remuk
6 Pilihan
7 Pertemuan Pertama
8 Dekik di Pipi
9 Masih Terluka
10 Canggung
11 Kenakalan Jino
12 Makan Malam
13 Dugaan Yang Salah
14 Dengannya
15 Wanita Hamil
16 Dilema
17 Kenyataan Pahit
18 Bersiap ke Pesta
19 Kata Manis berujung Luka
20 Dansa Di Pesta
21 Jino Berulah
22 Berpura-pura Kuat
23 Merenungi Nasib
24 Kedatangan Ranti
25 Menghindar
26 Terciduk
27 Berpisah
28 Awal Yang Baru
29 Karena Jino
30 Kejamnya Aryo
31 Menemukan Aruna
32 Pertama Kali Melihat
33 Bertukar Rasa
34 Curahan Hati Manda
35 Bersama Manda
36 Pesta Kejutan
37 Berusaha Dekat
38 Pelampiasan Amarah
39 Ungkapan Rasa
40 Kejadian Semalam
41 Keceriaan Manda
42 Kejutan Nuno
43 Biarkan Hati yang Memilih
44 Fakta Yang Disembunyikan
45 Tertangkap Basah
46 Kemarahan Manda
47 Kejadian Buruk
48 Penyesalan
49 Keadaan Manda
50 Bisakah Tetap Bersama?
51 Permintaan Terakhir
52 Bermuka Dua
53 Tak Disangka
54 Kehilangan
55 Siuman
56 Sangat Merindu
57 Mengakhiri Segalanya
58 Damar Yang Sebenarnya
59 Melawan Kenyataan
60 Terperdaya Waktu
61 Kegelisahan Bunda Arini
62 Drama Ranti
63 Belajar Ikhlas
64 Kejujuran Manda
65 Kehilangan
66 Status Yang Berbeda
67 Sesak di Dada
68 Pilih Aku, Aruna...(Perpisahan)
69 Biarkan Seperti Ini
70 Tetap Berusaha
71 Keputusan Akhir
72 Masih Butuh Waktu
73 Melihatnya Kembali
74 Mencari Tahu
75 Mencari Tahu 2
76 Menguak Tabir
77 Rasa Tak Menentu
78 Menenggelamkan Rasa
79 Berusaha Meyakinkan
80 Mengungkap Rahasia
81 Keegoisan Manda
82 Sebelum ke Pesta
83 Pemilik Hati
84 Penantian Berujung Ketakutan
85 Karena Mama Dila
86 Membuatnya Sadar
87 Satu Kamar
88 Di Dua Kamar Yang Berbeda
89 Bertemu di Coffee Shop
90 Jujur Apa Adanya
91 Perasaan Aneh (Cemburu)
92 Dia Yang Sudah Pergi
93 Kehadiran Bayi
94 Rencana Pernikahan
95 Degupan Jantung
96 Hari H
97 Bahagia Bersama Selamanya
98 Say Hello
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Tak Setia
2
Baru Dimulai
3
Kembali
4
Mencoba Tegar
5
Remuk
6
Pilihan
7
Pertemuan Pertama
8
Dekik di Pipi
9
Masih Terluka
10
Canggung
11
Kenakalan Jino
12
Makan Malam
13
Dugaan Yang Salah
14
Dengannya
15
Wanita Hamil
16
Dilema
17
Kenyataan Pahit
18
Bersiap ke Pesta
19
Kata Manis berujung Luka
20
Dansa Di Pesta
21
Jino Berulah
22
Berpura-pura Kuat
23
Merenungi Nasib
24
Kedatangan Ranti
25
Menghindar
26
Terciduk
27
Berpisah
28
Awal Yang Baru
29
Karena Jino
30
Kejamnya Aryo
31
Menemukan Aruna
32
Pertama Kali Melihat
33
Bertukar Rasa
34
Curahan Hati Manda
35
Bersama Manda
36
Pesta Kejutan
37
Berusaha Dekat
38
Pelampiasan Amarah
39
Ungkapan Rasa
40
Kejadian Semalam
41
Keceriaan Manda
42
Kejutan Nuno
43
Biarkan Hati yang Memilih
44
Fakta Yang Disembunyikan
45
Tertangkap Basah
46
Kemarahan Manda
47
Kejadian Buruk
48
Penyesalan
49
Keadaan Manda
50
Bisakah Tetap Bersama?
51
Permintaan Terakhir
52
Bermuka Dua
53
Tak Disangka
54
Kehilangan
55
Siuman
56
Sangat Merindu
57
Mengakhiri Segalanya
58
Damar Yang Sebenarnya
59
Melawan Kenyataan
60
Terperdaya Waktu
61
Kegelisahan Bunda Arini
62
Drama Ranti
63
Belajar Ikhlas
64
Kejujuran Manda
65
Kehilangan
66
Status Yang Berbeda
67
Sesak di Dada
68
Pilih Aku, Aruna...(Perpisahan)
69
Biarkan Seperti Ini
70
Tetap Berusaha
71
Keputusan Akhir
72
Masih Butuh Waktu
73
Melihatnya Kembali
74
Mencari Tahu
75
Mencari Tahu 2
76
Menguak Tabir
77
Rasa Tak Menentu
78
Menenggelamkan Rasa
79
Berusaha Meyakinkan
80
Mengungkap Rahasia
81
Keegoisan Manda
82
Sebelum ke Pesta
83
Pemilik Hati
84
Penantian Berujung Ketakutan
85
Karena Mama Dila
86
Membuatnya Sadar
87
Satu Kamar
88
Di Dua Kamar Yang Berbeda
89
Bertemu di Coffee Shop
90
Jujur Apa Adanya
91
Perasaan Aneh (Cemburu)
92
Dia Yang Sudah Pergi
93
Kehadiran Bayi
94
Rencana Pernikahan
95
Degupan Jantung
96
Hari H
97
Bahagia Bersama Selamanya
98
Say Hello

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!