Aruna mematut dirinya di cermin, gaun putih tanpa lengan mengekspose lekuk dadanya yang berukuran standar. Wajah tirus yang jarang tersentuh make-up sudah dipoles dengan warna-warna natural yang menonjolkan kecantikannya yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Rambut yang tergerai panjang, dibentuk sedemikian rupa, menambah kesan anggun di kepribadiannya yang sederhana.
"Sudah selesai Nona, anda cantik sekali." Ucap si penata rias yang memecah lamunan Aruna yang masih bergeming di kursinya.
"Oh iya, terima kasih." Senyuman lebar terpaksa dia berikan, menghargai kerja kerasnya yang sudah menyulap dirinya menjadi seperti ini.
Selesai menjalankan tugas seperti apa yang diperintahkan Aryo, tukang rias itu segera undur diri, meninggalkan Aruna yang masih enggan beranjak dari duduknya.
Sekali lagi Aruna melihat pantulannya di cermin, untuk apa Aryo pakaikan gaun serta perhiasan indah dan mahal, bila itu hanya dijadikan topeng kehidupan rumah tangganya yang tidak jauh seperti drama mini seri, penuh dugaan yang siapapun orang bisa salah mengira bila melihatnya dengan sekilas mata.
Aruna tersenyum miris, dia yang jadi tokoh utama pun tidak tahu, apakah Aryo benar-benar mencintainya atau hanya sekedar bertanggung jawab atas janji yang dia ikrarkan saat pernikahannya dulu dihadapan wali.
Hatinya terus berkecamuk, ingin rasanya menanyakan banyak hal tentang wanita yang bernama Ranti, tapi apakah harus sekarang???
Dia sendiri belum memiliki banyak bukti, bahwa wanita itu mengandung buah cinta dari hasil hubungan terlarang mereka.
Aruna mendesah berat, memangku kening yang dia pijat secara perlahan, itu bukan alasan sebenarnya, ketakutannya lebih besar dari apapun, takut menghadapi kenyataan kalau semua dugaannya adalah benar.
Menghirup udara sebanyak mungkin,akhirnya Aruna beranjak, tubuh yang masih lemah dibuatnya bertenaga, semoga dengan bantuan beberapa pil obat yang ditelannya sejam lalu bisa menopang tubuhnya yang akan layu.
Tanpa Aruna sadari Aryo memperhatikannya sedari tadi, berdiri di ambang pintu menatapnya penuh damba, mengukir senyuman mengembang tanda dia sedang memuja.
Perlahan Aryo mendekat, meraih dan meremas tangan Aruna penuh cinta,"Kamu cantik sekali."
Aruna memilih diam, mengumpulkan tenaga untuk menghadapi kejutan yang mungkin dia akan dapatkan di pesta nanti, pesta yang kali kedua ini dia sambangi bersama Aryo. Selama ini jarang sekali Aryo mengajaknya ke sebuah acara, dan sekarang, tiba-tiba tawaran itu dia gulirkan.
"Kamu yakin sudah lebih baik?" Ujar Aryo lagi, meraba kening Aruna, mengecek suhu badannya yang tadi sempat panas.
"Aku sudah tidak apa-apa." Seraya mengambil tas kecil yang akan dia tenteng, menghindari sentuhan yang pasti akan lebih dari sekedar meraba.
"Kalau kamu sakit aku tidak akan memaksamu untuk ikut."
"Aku akan baik-baik saja." Menyembunyikan kondisi yang memang belum pulih seluruhnya. ia harus menjadi wanita kuat, bisa berdiri menahan gelombang dahsyat yang menggulung dan menenggelamkannya seketika.
"Kalau tiba-tiba kamu sakit lagi, kamu bilang ya... kita akan langsung pulang." Perlahan Aryo mencium pundak Aruna yang masih memunggunginya.
"Aku bahagia memilikimu." Dipeluknya Aruna dari belakang, melihat pantulan cermin yang menyerukan kalau mereka adalah pasangan yang sangat serasi.
Aruna melihat ke sembarang arah, menghindari tatapan Aryo yang menusuk relung hati, membuat dia gamang dengan kata-kata manis yang merayu, seolah hanya dia satu-satunya wanita yang selalu di puja dan di pujinya.
"Kita berangkat sekarang?" Memutus pergeseran tangan Aryo yang ingin menyusur bagian tubuhnya yang lain.
Aryo menarik nafas berat,"Jangan pernah lepaskan tanganku di pesta nanti." Menghalau rasa kecewa akan penolakan yang diberikan Aruna.
Kembali Aryo menarik tangan Aruna yang ingin menjauh, menyatukan jemari mereka yang di buat bertaut, menekan keinginannya yang seketika membara, merindukan tubuh Aruna yang sudah lama tak terjamah,".... karena aku akan menggenggamnya seperti ini."
Aruna bergeming, kecupan yang menyentuh punggung tangannya mencabik hati yang semakin lumpuh, Aryo menjadikan dirinya bak Ratu di kerajaannya sendiri, yang bisa dengan mudah dia tinggalkan dan pergi menemui selirnya sesuka hati.
Aku tidak akan melepasnya jika bukan kamu yang melepasnya sendiri
🌿🌿🌿🌿
Ballroom Hotel bintang lima di sulap menjadi sebuah kerajaan besar di negeri dongeng. Dekorasi bernuansa putih dan biru bersatu menjadi warna apik yang berpadu cantik. Gaya modern masih turut andil mengukir indahnya pesta yang diciptakan amat sempurna. Pesta ulang tahun seorang putri konglomerat Ibu Kota yang merayakan sweet seventy, siap meninggalkan masa remaja untuk menyosong hari kedewasaannya.
Tuan rumah yang mengadakan pesta menyambut dengan tangan terbuka, menyapa dengan ramah, mengaminkan segala doa yang diberikan untuk putrinya tercintanya yang sedang berbahagia memperingati hari jadi.
"Selamat ulang tahun, semoga selalu diberikan kebahagiaan." Ucap Aryo, dan Aruna yang berdiri di sisinya hanya menambahkan dengan sederet senyuman, ikut merasakan kebahagian dari gadis belia yang menjadi putri malam ini.
"Terima kasih." Balas si putri cantik yang tak henti menebar senyum bahagia.
"Makasih loh sudah mau datang." Saut Ibu si gadis yang juga berdandan cantik tak mau kalah dengan putrinya.
"Semoga suka dengan hadiahnya." Aruna memberikan kotak panjang yang diberi hiasan pita, kado yang sudah disiapkan Aryo, dan Aruna pun tidak tahu apa isi didalamnya. Disini dia hanya sedang memainkan sebuah kisah tentang bahagianya menjadi pasangan Aryo, mengesampingkan hatinya yang sangat memungkiri.
Mata gadis itu berbinar,"Terima kasih banyak, aku pasti menyukainya."
"Apa ini istri Nak Aryo?" Tanya Ayah si gadis, yang terus memgapit si tuan Puteri dari mata jahat lelaki yang mengintai. Para bujang satu sekolah yang di undang, ikut memadati dan meramaikan pesta yang menggabungkan konsep pesta anak muda tanpa meninggalkan kesan formal untuk jamuan para koleganya sendiri.
"Iya Pak, ini istri saya, Aruna."
Pria paruh baya itu mengangguk dan tersenyum, menjabat tangan Aruna dan mengacungkan telunjuknya kepada Aryo,"Sekarang saya tahu alasan Nak Aryo selalu ingin pulang cepat...." Alisnya dibuat turun naik bermaksud menggoda.
Nafas Aruna tertahan, merasakan tangan Aryo yang berubah dingin. Inilah yang sedari tadi Aruna siapkan, membentengi hati dengan tameng berlapis baja, mengetahui secuil kebohongan namun berdampak luar biasa bagi hatinya yang membatin.
"Itu pasti karena Nak Aryo memiliki istri secantik ini, bisa bikin betah di rumah, menghabiskan waktu berdua untuk bermanja-manja... bukan begitu?"Selorohnya.
"Aduh Pah, jangan godain Nak Aryo terus." Timpal istrinya tak enak hati.
Aryo hanya menanggapi dengan senyuman palsu, mengiyakan tebakan yang mengguncang hati wanita disampingnya yang tertegun. Bukan pulang cepat jika dia kembali bila hari sudah berubah gelap.
"Oh ya ampun saya sampai lupa menyapa tamu yang lain, kami tinggal dulu ya.... silahkan menikmati pestanya, sebentar lagi acara dansa, Nak Aryo dan Nak Aruna harus memiliki tenaga ekstra untuk berdansa romantis dan saling bertukar pasangan di depan nanti."
Aryo kembali tersenyum,"Iya Pak silahkan."
Sepeninggal tuan rumah si pengada pesta, keduanya saling menatap, ada luka yang ingin Aruna katakan lewat tatapan mata, entah Aryo menyadari atau tidak, Aruna hanya ingin dia sadar kalau luka itu semakin menganga lebar.
"Aku ingin mengambil minum dulu."
Pegangan tangan yang akan terlepas, kembali Aryo cekal, meraih pinggang Aruna yang sudah memberikan jarak,"Kamu duduk di sana, biar aku yang mengambilkan minuman untukmu."
Aruna mengikuti arah mata Aryo, menunjuk kursi kosong yang melingkari meja bundar. Aruna kembali melihat Aryo, kenapa dia selalu memberikan luka setelah dia menyuguhkan kata-kata manis yang melambungkan hati.
Aryo mengelus pipi Aruna,"Tunggu aku di sana."
Aruna pergi tanpa menjawab sepatah kata pun, berderap menuju kursi yang menunggu raganya yang sudah lelah.
Disaat menenangkan batin yang terus berperang, Aruna menangkap sesosok bayangan yang memperhatikannya dari kejauhan. Di pusatkannya mata yang semula menunduk, membalas tatapan pria yang mengeja namanya dengan perlahan.
"Arun...."
🥀
🥀
🥀
_ Bersambung _
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Mrs.Kristinasena
diiiih enek bgt Ama Aryo..klo suamiku dah tak cincang" itu senjatanya..biar nyahok...hehehe
2022-12-06
0
Irkham Maulana
Aryo ....kita tabok online berjamaah yuukk...banyakan drama
2022-10-21
0
maura shi
q gemes sm aruna,ungkap donk run,bongkar borok suami mu,sabar amat sih!!!!,
hooooooh
2021-11-15
0