Hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Siti sudah mulai membersihkan warung. Tiba-tiba Siti di kaget kan oleh seseorang yang datang ke warung saat hanya tinggal dia sendiri. Sementata paman dan bibi sudah di dalam rumah.
"Ehhmm!"
"Eh. . . Bapak? Ma maaf warung nya sudah mau di tutup!" Ucap Siti gugup. Dia sedikit mundur melibat gelagat bapak-bapak itu yang tidak baik. Melangkah ke arah Siti dengan senyum menyeringai seolah ingin menyantap mangsa di depan nya.
"Dik Siti,jangan panggil saya bapak donk! Panggil saya mas! Mas Agus! Saya loh masih muda walau sudah punya anak!" Pak Agus,duda beranak dua yang selalu menggoda Siti setiap kali makan di warung dan karena nya pula Siti jadi sering di marahi oleh bibi nya. Dia tetap melangkah maju dengan senyum devil nya. Sesekali menyeka wajah dengan tangan nya saat menatap Siti dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Stop pak! Bapak jangan maju lagi,di sini tidak boleh di masuki pembeli!" Ancam Siti demi menutupi ketakutan nya. "Paman Supri . .!" Teriak nya.
"Saya kesini bukan untuk membeli,dik Siti! Saya khusus datang untuk menemani dik Siti. Bahkan bisa menemani dik Siti jika sudah selesai di warung!" Masih menyeringai dan mengedipkan mata nya.
Dengan spontan Siti mengambil gagang sapu. Di arahkan nya ke arah pak Agus. " Stop,saya bilang!"
"Loh kok sudah main sapu-sapuan dik Siti?" Ucap nya menggoda bukan malah takut dengan ancaman Siti. Dia makin maju hingga jarak mereka hanya terpaut satu meter saja.
Siti mundur dengan cepat tapi sayang,dia sudah bersandar di dinding,tidak bisa lagi mundur ataupun lari." Pergi. . .!" Teriak nya histeris.
"Hehhehe. Jangan teriak-teriak donk dik Siti nanti orang datang,mengganggu kita saja toh! Lagipula sudah malam,orang-orang sudah pada tidur! Lebih baik kita juga segera pergi tidur,yuk!" Ucap pak Agus yang membuat Siti makin ketakutan.
"Pergi atau saya pukul!" Ancam Siti lagi. Dia makin kalut melihat pak Agus yang sama sekali tidak takut dengan ancaman nya.
Satu kali lagi pak Agus melangkah,jarak mereka hanya tinggal setengah meter lagi. Siti spontan melayangkan gagang sapu ke lengan pak Agus berkali-kali. Buk! Buk! Buukk!
"Aww!" Teriak pak Agus. Dia ingin merebut gagang sapu dari tangan Siti. Mereka rebut-rebutan tapi apalah daya tenaga seorang Siti yang dari postur tubuh saja sudah kalah belum lagi Siti yang tengah mengantuk dan kelelahan. Akhir nya pak Agus berhasil merebut gagang sapu dari tangan Siti. "Kurang ajar kamu ya!" Bentak nya lalu melempar gagang sapu ke sembarang tempat.
"Pergi!" Teriak Siti. Dia mulai menangis.
"Hehehee. Saya akan pergi tapi sama kamu dik Siti! Kamu harus membayar mahal karena sudah berani memukul saya!" Ancam nya makin menakutkan.
"Paman! Pamaann! " Teriak Siti sambil melembar barang-barang yang ada di warung. Dia terus berteriak memanggil paman nya.
Tiba-tiba pintu penghubung antara warung dan rumah terbuka. Rania muncul di balik pintu.
"Mbak Siti!" Panggil Rania. Dia kaget melihat warung yang berantakan. Antara Rania dan Siti ada Agus di tengah-tengah mereka.
"Tolong mbak,Rania! Orang ini mau berbuat jahat sama mbak!" Teriak Siti sambil sesenggukan.
"Papa! Mama!" Rania berteriak memanggil kedua orang tua nya.
"Diam kamu anak kecil! Pergi sana!" Bentak pak Agus tidak senang dengan kehadiran Rania.
Tak lama datang bibi Rena dan paman Supri.
"Ada apa ini? Siti kamu apakan warung saya?" Bentak bi Rena.
"Iyah mbak Rena,Siti yang merusak semua barang-barang di sini!" Ucap Agus berusaha menghasut bi Rena.
"Bapak ini mau berbuat jahat sama mbak Siti,pa,ma!" Rania mengadu.
"Bohong! Apa bukti nya! Anak kecil sudah pintar bohong!" Bentak pak Agus.
"Jangan bentak putri saya! Dia tidak pernah berbohong!" Paman Supri tidak terima putri nya di bentak.
"Paman,tolong saya!" Siti menghiba.
"Hey,Siti kamu jangan pura-pura!" Bentak pak Agus.
"Sudah diam semua! Siti,kamu apakan warung saya heehh!" Bi Rena marah-marah melihat seisi warung yang sudah kacau karena ada beberapa piring dan gelas pecah di lantai.
"Bi,Siti. . ."
"Siti mau mencelakai saya!" Pak Agus memotong ucapan Siti.
Bi Rena langsung berjalan ke arah Siti lalu menjambak rambut nya yang tertutup hijab.
"Kamu sok suci,Siti!" Mendorong tubuh Siti hingga tersungkur di lantai.
"Ma. . .!" Ucap paman dan Rania hampir bersamaan. Paman Supri mendekati Siti dan mengajaknya berdiri." Kamu apa-apaan sih ma?" Bentak paman pada bi Rena.
"Papa,kok malah bentak mama? Lihat ulah keponakan papa yang tidak tahu diri ini! Warung kita jadi hancur!" Bi Rena makin emosi.
"Maafkan Siti bi. . . Siti hanya ingin membela diri. Bapak itu tadi mau memperkosa saya!" Siti masih sesenggukan.
"Apa? Percaya diri sekali kamu heh! Ngaca! Mana sudi saya!" Ucap pak Agus membela diri.
"Lalu untuk apa pak Agus datang ke warung kami malam-malam begini?" Tanya paman menyelidik. Dia memang kurang suka terhadap pak Agus tapi tidak mengira kalau akan berbuat nekad pada keponakan nya.
"Sa saya hanya lewat tadi. Ehh keponakan pak Supri ini manggil-manggil saya katanya minta di temani beres-beres warung karena takut sendirian. Eh terus dia genit-genit sama saya!" Pak Agus bersilat lidah.
"Tidak! Itu tidak benar,paman! Dia datang sendiri tiba-tiba dan hendak memperkosa saya!" Siti berusaha membela diri. " Paman tahu saya sudah biasa sendirian malam-malam di warung kan!"
"Kamu jangan memfitnah saya Siti! Kamu orang baru di sini tidak akan ada yang percaya sama kamu! Lihat saja apa pakaian nya sudah robek? Mana bukti saya mau memperkosa hehh?!"
"Sudah cukup! Saya tidak mau tahu pokoknya saya minta ganti semua barang-barang saya yang sudah hancur ini!" Teriak bi Rena.
"Minta ganti sama ponakan kalian yang tidak tahu diri ini. Sudah di temani malah memfitnah saya!" Ucap pak Agus.
Siti masih sesenggukan." Saya akan ganti bi. . ." Ucap nya pelan.
"Ganti pakai apa heh? Besok kamu gajian kan,itu untuk mengganti semua barang yang sudah kamu pecahkan!" Ucap bi Rena.
"Tapi bagaimana dengan Seno bi. Dia pasti butuh uang itu! Saya mohon jangan semua bi. . ." Siti memohon sambil memegang tangan bibi nya.
Bi Rena langsung menepiskan tangan Siti. "Lepas kan tangan saya! Saya tidak mau tahu soal adik kamu! Kamu sudah buat saya rugi,tahu!" Bentaknya.
"Ma. . ." Paman hendak bicara tapi langsung di potong oleh bi Rena.
"Sudah pa! Saya capek! Bersihkan warung saya ,Siti!" Bentak bibi lagi sambil mendorong Siti hingga hampir saja jatuh lagi di lantai.
"Kamu,pergi dari warung kami pak Agus!" Titah paman.
"Awas kalian ya! Terutama kamu Siti! Urusan kita belum selesai!" Ancam pak Agus lalu meninggalkan warung sambil membanting pintu.
"Kamu tidak apa-apa kan Siti? Kamu yang sabar ya! Soal Seno biar paman bicara sama bibi kamu!" Hibur paman.
"Iya paman,terimakasih!" Sambil mengusap sisa air mata nya. Setidak nya kehormatan nya masih terjaga. Batin Siti. Siti mulai membersihkan pecahan barang-barang di warung.
"Saya bantu ya mbak!" Rania menawari.
"Terimakasih Rania,kamu sudah menolong mbak!" Ucap Siti.
Rania lalu memeluk Siti." Iya mbak! Mbak jangan sedih lagi ya!" Hibur nya.
"Kamu tidur saja,Rania! Besok kamu kan mau sekolah!"
"Saya bantu mbak dulu!" Tolak nya.
"Tapi ini sudah larut,Rania nanti kamu kesiangan sekolah!"
"Rania kunci dulu warung nya mbak!" Rania berjalan ke pintu warung lalu menguncinya. "Lain kali kunci dulu pintu nya mbak!" Pesan Rania.
"Tadi mbak mau nyapu di luar pintu jadi belum sempat mbak kunci,Rania!"
"Iya mbak,lain kali lebih hati-hati! Pak Agus seperti nya dendam sama mbak!"
"Kamu juga harus lebih hati-hati ya! Dia pasti kesal karena kamu datang dan menggagalkan niat jahat dia!"
"Iya benar yang mbak bilang! Kita saling jaga ya mbak!"
N E X T
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
sriasih
aku mampir di sini...
2021-12-15
0
karim Ok
kasian bgt km siti...sabar y Ndok
2021-09-10
0
Desi Ummu Ihsan
Syukurlah ada adik sepupunya datang membantu...meskipun kecil ternyata Rania cukup berani...Alhamdulillah kali ini Siti terselamatkan...Semangat thor
2021-07-28
0