"Jangan lupa kamu minum obat,vitamin sama susunya,Siti!" Mama mengingatkan lagi ketika mereka sudah sampai rumah. "Kamu langsung istirahat saja!" Titah mama lagi.
"Iya ma. Terimakasih. Saya ke atas dulu!" Pamit Siti yang di berikan anggukan oleh mama mertuanya.
Siti menatap obat,vitamin dan beberapa kotak susu hamil di atas meja yang ada di depan sofa di kamarnya dengan masygul. Bagaimana jika dia tidak hamil-hamil. Memang bisa seorang istri hamil sendirian tanpa adanya campur tangan dari suaminya? Tidak mungkin kan dia yang meminta duluan? Siti benar-benar dilema. Melakukannya dengan tanpa perasaan lagi seperti hari itu sungguh menyakitkan. Bukan hanya tubuhnya yang sakit,pun hatinya lebih dari sakit. Mengetahui suami tidak mencintainya saja sudah sangat menyakitkan.
Rey masuk ke kamarnya. Matanya langsung menubruk seseorang yang sedang tertidur di sofa dengan beberapa barang di atas meja yang juga tak luput dari penglihatannya.
Rey mendekati sofa,lalu menatap dengan seksama apa saja yang ada di atas meja. Deg. "Susu hamil? Apa Siti hamil? " Gumam Rey. Tapi kalau Siti hamil mamanya pasti memberitahunya tidak mungkin tidak bilang apa-apa. Batin Rey.
Rey membiarkan saja istrinya yang sedang tertidur itu. Dia berlalu pergi ke kamar mandi. Setelah selesai dengan aktifitas mandinya,Rey kembali menatap ke arah sofa. Istrinya masih tertidur. Rey memang sengaja pulang sore karena penasaran dengan hasil tes istrinya.
Rey lalu turun ke bawah. Mungkin mamanya yang akan memberitahukan tentang hasil tes Siti. Di lihatnya dari atas tangga mamanya yang sedang berada di ruang keluarga sedang menonton tv. Rey berjalan mendekati mamanya lalu ikut duduk di sofa.
"Kamu tidak biasanya pulang cepat Rey?" Tanya mama.
"I ya ma. Mama sampai jam berapa di klinik?" Tanya Rey memancing mamanya bercerita.
"Tidak lama kok kan tidak antri." Jawab mama sambil matanya terus melihat ke arah tv.
"Oohh."
"Kamu jangan lupa ingatkan istri mu itu untuk minum obat,vitamin sama susu hamilnya! Mama ingin dia cepat hamil!" Terang mama.
Jadi Siti tidak hamil. Batin Rey. Entah kenapa dia merasa sedikit kecewa.
"Kamu kenapa diam? Kalau perlu kamu ajak istri kamu itu bulan madu kemana terserah. Biar kamu fokus saja sama istri kamu. Pekerjaan biar papa yang handel sama si Toni. Toh hanya beberapa hari saja!" Saran mama yang justru membuat Rey kebingungan.
Ini bukan soal bulan madu atau tidak. Tapi dia yang belum tergerak hatinya untuk. . . Rey sungguh dilema.
***
Siti dan Rey sudah tiba di bandara pulau L pada pukul sepuluh pagi. Karena mamanya yang terus memaksa untuk mengajak istrinya berbulan madu. Rey memilih berbulan madu di dalam negeri saja dan pilihannya jatuh ke pulau L.
Mobil jemputan sudah datang. Mereka lalu naik ke mobil menuju villa keluarga yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang sangat cocok untuk berbulan madu. Tapi bagi Rey di mana pun tempatnya sama saja,toh dia merasa tidak terlalu tertarik tentu saja karena hatinya yang belum terpaut pada istrinya. Walau kenyataannya dialah yang meminta istrinya itu untuk menikah dengannya.
Mereka hanya diam di dalam mobil,seperti biasa tidak ada yang berniat memulai suatu obrolan. Rey bahkan duduk di samping sopir meninggalkan Siti duduk di belakang sendirian. Mobil mulai memasuki daerah yang sepi penduduknya. Hanya ada beberapa villa dengan bangunan besar yang tertutup pagar tinggi dan ada juga yang sengaja tidak di tutup pagar.
Tak lama mobil membawa mereka masuk ke sebuah villa yang bercat putih. Setelah membunyikan bel di pintu pagar,keluarlah seorang laki-laki paruh baya yang membukakan pintu untuk mereka.
Siti membuka pintu mobil sendiri sebelum Rey membukakan untuknya. Sementara laki-laki yang membuka pintu,sibuk membawa koper milik Rey dan Siti. Memasukkannya ke dalam villa menuju kamar mereka.
Siti mengikuti laki-laki itu sementara Rey masih di luar sedang sibuk menelepon seseorang. Siti langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Perjalanan dari bandara ke villa yang memakan waktu hampir dua jam membuatnya kelelahan hingga akhirnya tertidur.
Saat terbangun,dia merasakan perutnya perih. Dia ingin memakan sesuatu tapi dia tidak membawa makanan. Siti keluar kamar,sepi. Dia akhirnya berkeliling sendirian di dalam villa yang cukup luas mencari dapur mungkin ada yang bisa di makan. Dia tidak tahu di mana keberadaan suaminya.
"Ah,sepertinya di dekat pintu itu ada dapur." Gumamnya dengan riang. Siti berjalan cepat ke sana. Ah benar kan dapur. Batinnya bersorak. Dia menoleh kiri kanan tapi tidak ada siapa pun. Akhirnya dengan sedikit ragu,dia buka pintu kulkas. "Yaahh." Gumamnya dengan nada kecewa. Kulkas kosong.
Dia lalu duduk di meja makan sambil berpikir. Siti tidak tahu dimana suaminya dari tadi tidak terlihat. Dia pun berlalu dari dapur hendak melihat-lihat keluar villa. Bagus. Tidak ada siapapun. Perasaan Siti jadi tidak enak. Dia buru-buru masuk dan kembali ke kamarnya. Dia memilih menunggu saja di kamar tidak lupa mengunci pintu kamar rapat-rapat. Siti ingat kalau belum sholat,dia pun melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu bersuci.
"Alhamdulillah sedikit lebih tenang rasanya." Gumam Siti. Dia kembali tiduran dan menerka-nerka sekarang di mana suaminya.
Ceklek! Seperti ada yang ingin membuka pintu kamarnya. Siti deg-degan. Dia diam saja menunggu orang itu bersuara.
"Siti." Panggil orang itu dari luar kamar. Suaminya Rey.
Siti memegang dadanya. Dia sedikit lega lalu tersenyum sambil melangkah ke pintu. Ceklek.
Rey masuk." Kenapa di kunci?" Tanya Rey datar.
"Hmm,ta tadi saya turun lalu keluar villa tapi tidak ada siapa-siapa." Jawab Siti gugup.
Rey melirik sekilas. " ini,makanlah!" Lalu Rey berniat kembali keluar kamar.
Entah kekuatan dari mana,Siti tiba-tiba langsung menyusul dan meraih tangan Rey. "Ma mau kemana?" Tanya Siti.
Rey melihat tangannya yang di pegang Siti. Istrinya itu memegang tangannya sangat kuat. "Ja jangan pergi!" Siti memohon. Kenapa membawanya ke tempat sejauh ini kalau hanya untuk meninggalkannya sendirian. Ok,kalau di rumah mertuanya dia masih bisa menerima dan tidak merasa was-was seperti sekarang. Tidak ada siapa pun selain mereka berdua. "Untuk apa membawa saya kesini kalau hanya untuk di tinggal sendirian?" Kenapa suaminya masih saja bersikap dingin padanya. Siti berpikir hubungan dengan suaminya akan jadi lebih baik saat mengajaknya berbulan madu. Tapi ternyata sama saja.
"Hmm." Jawab Rey singkat.
"Orangtua mas menginginkan saya hamil. Bagaimana saya bisa hamil kalau mas seperti ini? Mungkin mereka akan meminta mas untuk menceraikan saya karena saya tidak juga hamil." Siti mulai terisak. Di lepaskannya tangan suaminya lalu dia membalikkan badan berlalu ke kamar mandi. Dia merasakan wajahnya memerah. Dia malu. Kenapa dia bisa mengucapkan kata-kata itu? Seolah-olah dia wanita murahan saja yang mengharapkan di sentuh. Tapi mengharap di sentuh oleh suaminya sendiri apakah salah? Masalahnya suaminya itu tidak menginginkannya. Suara dalam hatinya yang berkecamuk. Dia lalu menghidupkan shower. Mungkin bisa mendinginkan hati dan pikirannya yang kacau.
NEXT
070421/00.40
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Afri Yosman Coyok
pakai... PITONGWAN... pasti hamil...
PInjam toTONG kaWAN..😂😂😂
2021-12-01
0
Fahri doank
waaaww
2021-09-13
0
Si Cantik 21 + 🌽🍎
waaahhh city berani y
2021-09-10
0