Sayup-sayup Siti mendengar suara azan di kejauhan. Dia mengerjapkan matanya. "Hooaamm!" Dia langsung menutup mulut dengan tangannya. Badannya masih sedikit terasa sakit.
Siti duduk,seperti biasa setiap bangun tidur yang di lihat pertama kali adalah sosok yang sedang tidur di atas sofa. Entah mengapa suaminya itu masih tidak mau tidur seranjang dengannya. Pasti sangat tidak nyaman tidur di sofa semalaman.
Siti bangun lalu berjalan ke ruang ganti untuk mengambil pakaian lalu pergi ke kamar mandi. Tidak sampai setengah jam,dia sudah selesai dengan rutinitas mandinya. Dengan telah memakai gamis beserta hijab syari nya,dia keluar dari kamar mandi.
Mengambil alat sholat lalu mulai dengan ibadahnya. Setelah selesai,dia melirik ke arah sofa. Ternyata suaminya sudah tidak ada lagi dan dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Dia menyunggingkan senyum tipis.
"Saya akan menunggu mas,sampai di mana hati saya sanggup menunggu cinta itu ada untuk saya." Gumam Siti. Dia lalu bangkit hendak menyimpan lagi alat sholatnya.
Tak berapa lama suaminya muncul dari kamar mandi. Masih mengenakan handuk di pinggangnya dan tubuh yang sedikit basah. Mata mereka bersitatap. Sungguh,setiap kali matanya bersitatap dengan suaminya,dada Siti selalu berdebar. Dengan cueknya,Rey berlalu ke ruang ganti. Siti pun melangkahkan kakinya membuka pintu yang mengarah ke balkon. Rutinitas paginya menatap keluar rumah sambil menghirup udara segar.
***
Sudah satu minggu sejak kejadian hari itu. Kini Siti dan Rey sedang duduk di meja makan. Menunggu kedua orang tuanya untuk makan malam bersama setelah satu bulan lebih berada di luar negeri. Satu jam yang lalu orang tuanya baru saja sampai.
Siti merasakan panas dingin dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ini kali pertama dia satu meja dengan mertuanya untuk makan malam. Dia belum terlalu mengenal mertuanya. Bagaimana harus bersikap di depan mertuanya.
Rey merasakan kegalauan istrinya. " Tenang saja,tidak usah gugup." Ucapnya lirih hampir tidak terdengar. Siti lalu menoleh ke arahnya namun Rey hanya menatap ke depan. Ke arah hidangan lezat di depan matanya. "Nanti kamu yang ambilkan makanan untuk saya!" Ucapnya lagi. Siti mengangguk tanda mengerti. Karena selama menikah justru Rey lah yang mengambilkan makanan untuknya walau tanpa berkata apa-apa.
Kedua orang tua Rey muncul di balik pintu lalu duduk di hadapan mereka. "Pagi ma,pa. Bagaimana kabar kalian?" Sapa Rey pada orang tuanya.
Siti bingung bagaimana menyapa mertuanya itu. Akhirnya dia ikut mengucapkan salam seperti suaminya. "Selamat pagi ma,pa." Ucap Siti sambil tersenyum semanis mungkin.
"Hmm,pagi juga. Kabar kita baik. Bagaimana kabar kalian? Apa ada tanda akan memberikan cucu untuk kita?" Mama yang menjawab.
"Ma,kok langsung bertanya seperti itu?" Papa mengingatkan. Rey hanya diam mendengar perkataan orang tuanya. Bagaimana mungkin bisa hamil sekarang,mereka saja baru melakukannya beberapa hari yang lalu. Itu pun karena Rey sedang di sulut emosi.
"Pa,pernikahan mereka kan sudah satu bulan lebih. Kalau menantu kita sehat,tentu sekarang dia sedang mengandung cucu kita kan?"
"Mama ini. Sudah,kita makan dulu papa sudah lapar. Ayo Siti. . .!"
Siti dan Rey mengangguk sambil tersenyum. Siti mulai mengambilkan nasi beserta lauk ke piring Rey seperti arahan suaminya tadi. Setelah terlebih dahulu mama mertuanya mengambilkan nasi untuk papa mertuanya. Mereka makan dalam diam.
"Makan yang banyak,agar tubuhmu lebih berisi dan subur!" Titah mama ketika melihat Siti makan dengan porsi sedikit.
"Mama ini. . ." Protes papa.
"I ya ma." Jawab Siti lirih sambil berusaha tersenyum.
Kini mereka sudah ada di ruang keluarga. Rey sengaja berangkat kerja sedikit siang bersama papanya.
"Cinta kapan ke sini Rey? Papa kangen sama cucu papa itu."
"Nanti sepulang kerja,Rey akan jemput di rumah bundanya pa." Jawab Rey. Papanya mengangguk.
"Cinta jarang main kesini kan sejak punya adik bayi. Coba kalau kamu juga memberinya adik,pasti dia akan sering-sering main kesini Rey." Mama menimpali.
"Iya ma. . " Jawab Rey singkat. Dia sebenarnya malas jika membahas masalah tentang bayi. Baginya mempunyai Cinta sebagai putrinya itu sudah cukup. Putri dari seseorang yang sangat di cintainya. Entah sampai kapan perasaan itu bersemayam di hatinya.
"Siti,nanti kamu ikut saya ke dokter kandungan ya! Kita periksa apakah ada masalah dengan kesuburan kamu." Titah mama.
Rey terkejut mendengar ucapan mamanya. Dia memang sudah berjanji akan segera memberikan cucu untuk orang tuanya jika mengijinkannya menikah dengan Siti. Dia pikir lebih baik menikah dengan Siti yang jelas sangat di sukai oleh putrinya karena Siti terlihat menyayangi putrinya dan juga berkepribadian baik. Daripada menikah dengan wanita lain yang belum tentu bisa menyayangi putrinya. Toh tidak ada wanita lain yang dia cintai selain ibunya Cinta yang kini telah mempunyai keluarga. Rey melirik istrinya itu sekilas.
"I ya ma." Jawab Siti sambil menunduk. Dia terlihat gelisah. Bagaimana dia bisa hamil,suaminya bahkan enggan untuk satu ranjang dengannya. Hanya sekali itu saja mereka melakukannya,itu pun karena suaminya yang sedang di sulut emosi. Melakukannya tanpa perasaan hingga menimbulkan trauma untuknya. Apa mungkin bisa hamil hanya dengan sekali saja? Siti pun tidak yakin.
***
"Dokter Layli ini teman saya sewaktu kuliah dulu. Bahkan dia yang membantu saat Rey lahir. Jadi dia sudah senior di sini!" Terang mama mertuanya saat mereka sampai di sebuah klinik bersalin. Siti hanya mengangguk. Tak lama nama Siti pun di panggil.
"Ibu Siti Khairunissa!" Panggil suster jaga.
"I ya. . ." Sahut Siti gugup.
"Ayo!" Ajak mama dengan semangat.
Mereka lalu masuk ke ruang periksa.
"Asti. . ." Seru dokter Layli pada mama. Mereka lalu saling berpelukan." Ternyata kamu!" Ucapnya lagi.
"Iya,Li. Ini saya mau periksakan menantu saya,sudah lebih satu bulan lalu menikah tapi belum hamil juga." Terang mama sambil memasang wajah cemberut.
"Kan baru satu bulan lebih,As."
"Loh,saya dulu langsung isi loh!"
Dokter Layli hanya tersenyum." Kamu beruntung. Saya bahkan harus menunggu dua tahun baru bisa hamil."
"Oh iya." Mama tersenyum tidak enak hati." Saya ini sudah tua Li,sudah sangat ingin menimang cucu."
"Kan sudah ada Cinta. Jadi yang ini sabar saja dulu." Hibur dokter Layli. "Ayo Siti,berbaring di sini dulu!" Titah dokter Layli. Siti lalu berbaring seperti instruksi dokter Layli.
Dokter Layli lalu melakukan pemeriksaan terhadap Siti. Juga menanyakan beberapa hal penting tentang siklus bulanan Siti. Setelah selesai,dokter mempersilahkan Siti untuk kembali duduk di sebelah mertuanya.
"Bagaimana Li?" Tanya mama tidak sabar.
"Hmm,baiklah. Setelah saya lakukan pemeriksaan,Siti tidak ada masalah dengan kesuburannya. Semua sehat dan normal. Siklus bulanannya juga lancar. Jadi saya pikir hanya tinggal menunggu saja kapan di kasihnya!" Terang dokter Layli.
"Hmm,kamu bisa kasih Siti obat penyubur kandungan kan?" Tanya mama.
"Ooh iya saya akan kasih. Dan Siti,kamu tidak boleh kelelahan dan harus banyak makan buah dan sayur ya agar tubuh kamu fit,sehat. Kamu juga bisa mulai minum susu hamil." Terang dokter Layli sambil menuliskan resep untuknya.
"Iya dokter." Jawab Siti.
"Menantu saya ini kalau di rumah tidak pernah ngapa-ngapain kok Li. Rey melarangnya bekerja." Terang mama.
"Hmm,sayang sekali Rey pada istrinya ya. Kamu beruntung Siti bisa menikah dengan Rey. Dia sulit sekali dekat dengan perempuan." Ucap dokter Layli sambil tersenyum.
"Iya Siti yang di katakan dokter Layli itu benar. Jadi kamu harus bersyukur bisa menikah dengan anak saya. " Mama ikut menimpali dengan perasaan bangga.
"Iya. . " Ucap Siti sambil tersenyum.
"As,ini nanti kamu tebus di apotek di depan ya. Ini obat penyubur kandungan yang paling bagus. Sama vitamin juga!" Terang dokter Layli sambil menyerahkan kertas resep pada mama.
NEXT
050421/19.35
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Eri Khaerunisa Khaerunisa
nama ny sama Khairunissa
2021-09-21
0
Fahri doank
bagus
2021-09-13
0
Si Cantik 21 + 🌽🍎
siti cantik dan manis inimah
2021-09-10
0