Indah sudah menjemput ibunya dan juga Syarif untuk tinggal bersamanya sesuai perintah Toso. Sebenarnya kedua mertua Syarif pun tak keberatan jika menantu dan besannya tinggal dengan mereka namun Indah bersikeras membawa ibu dan adiknya itu. Lagipula memang Syarif dan Bu Ayu pun tak akan mau jika harus menyusahkan mertua Syarif.
"Kenapa Suci pulang gak bilang dulu ke ibu ?" ada gurat kesedihan pada wajah Bu Ayu.
"Sudahlah Bu...jangan lagi mengganggu mbak Suci kan dia sekarang sudah punya suami." Indah sengaja menyembunyikan kejadian memalukan itu dari ibunya.
"Tapi perasaan ibu kok gak tenang ya ? ibu sih cuma takut terjadi sesuatu saja pada mbak mu."
"Itu cuma perasaan ibu saja. Aku yakin mbak Suci gak akan kenapa-napa kan mas Doni sangat mencintainya."
"Tapi ibu disini pasti akan menambah beban kamu dan Toso. Ditambah dengan Syarif juga pasti akan menyusahkan kalian."
"Jangan merasa sungkan. Suamiku itu juga orang yang sangat baik meski kelihatannya judes. Dia sendiri yang menyuruh ibu dan Syarif tinggal di rumah ini. Lagipula aku juga mau mengurus ibu dan adikku. Apa ibu lupa bahwa aku juga sangat menyayangi kalian ?" memeluk erat ibunya.
Apa ibu pikir cuma anak kesayangan ibu yang mencintai ibu dan adikku ? aku dan mas Toso juga sanggup mengurus kalian. Dan bukan hanya Doni yang punya predikat menantu yang baik. Suamiku pun tak kalah baik dengan suami mbak Suci.
Ada rasa iri di sudut lain hati Indah.
***
Suci sudah bersiap sesempurna mungkin untuk menyambut kepulangan Doni. Membuatkan makanan kesukaan suaminya dan berdandan yang cantik.
Menyambut hangat mas Doni dan memberikan pelayanan terbaik agar suasana hatinya lebih tenang. Dengan begitu aku bisa mengajaknya bicara baik-baik dan menjelaskan semuanya pada mas Doni. Itulah yang harus ku lakukan.
Dengan penuh keyakinan Suci merancang rencana untuk mengembalikan sisi baik Doni dan memperbaiki hubungan mereka.
Namun sampai matahari bersembunyi pun Doni tak kunjung pulang. Padahal biasanya paling telat jam 5 sore sudah ada di rumah.
Suci terus menunggu hingga akhirnya dia tertidur di sofa kamar. Saat tengah malam barulah Doni pulang.
Pulang juga dia ternyata.
Doni mendelik ke arah istrinya yang tengah tertidur pulas. Tak ada rasa bersalah atau kasihan pada Suci. Hanya amarah yang menjurus pada kebencian yang ada di hati Doni saat ini. Begitulah yang namanya manusia kadang perasaan dan pemikirannya bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Doni masuk kamar mandi dan saat keluar dari sana dia melihat istrinya sudah bangun terduduk di sofa.
"Mas maaf aku ketiduran aku baru sadar kamu pulang karena mendengar suara air." Suci tersenyum namun Doni tak peduli.
Selesai ganti baju Doni berbaring di tempat tidur tak menyapa dulu istrinya. Seolah tak ada orang lain di kamar itu. Suci segera menghampiri dan duduk di sebelahnya.
"Mas laper ? tadi aku masakin kesukaan mas tapi pasti sekarang udah dingin, biar aku angetin dulu ya mas." Menyentuh tangan Doni dan lagi-lagi ditepis.
"Sebentar ya mas." Berusaha tak memasukkan ke dalam hati apa yang sudah dilakukan Doni.
Suci hendak berdiri namun....
"Gak usah ! aku udah makan."
"Kalau gitu sekarang mas istirahat. Aku gak akan ganggu lagi."
"Apa benar yang Toso bilang ?" bertanya namun tak bersitatap.
"Mas...Toso itu sudah memfitnahku. Aku tidak pernah sekalipun merayu dia. Malah sebaliknya dialah yang berbuat begitu padaku."
"Masalah itu aku tidak perlu bertanya lagi. Aku sudah tahu fakta nya karena aku sendiri yang melihatnya langsung."
"Tapi apa yang mas lihat bukanlah fakta yang sebenarnya terjadi. Aku be..."
"Apa kamu dulu pernah menjadi wanita penghibur ? mengobral cinta sesaat pada setiap pria yang datang ?" bertanya dengan menyalib perkataan Suci.
Suci terdiam. Bukan tak mau menjawab namun merasa tak nyaman mengingat masa lalunya.
"Jawab !" sudah duduk dan menatap tajam istrinya.
"Ya mas benar." Menjawab lirih dengan menunduk tak berani menatap mata garang suaminya.
"Berarti memang benar....hahaha !!! kau pandai sekali menyembunykan identitasmu yang sebenarnya."
Suci sekarang menatap wajah Doni yang tertawa namun penuh hinaan untuknya.
"Tapi itu dulu mas. Aku sekarang sudah berubah dan ingin mengubur dalam-dalam masa laluku." Kegetiran dalam perkataannya.
"Kenapa aku bisa tertarik pada wanita sepertimu ? kenapa kau tak pernah bilang tentang ini padaku ?"
"Apa mas ingat saat sebelum aku menerima lamaran mas ? Aku pernah ingin menceritakan semua tentang kehidupan dan masa laluku tapi mas gak mau dengar dan berkata bahwa mas akan menerima. Apa semua itu hanya omong kosong ?" sudah berkaca-kaca.
"Maksudmu ini semua salahku ? tapi benar juga...aku yang salah ! aku yang bodoh karena bisa-bisanya aku ingin menikahimu. Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa kau adalah wanita yang sekotor itu. Aku kira kau pernah melakukannya dengan pria yang kau sukai bukan karena uang ! dan itu sangat menjijikan !"
Doni berteriak-teriak.
"Maaf mas mungkin itu memang salahku karena aku tidak tahu malu. Harusnya wanita rendah sepertiku ini tidak boleh mendapatkan pria seperti mas." Sudah berderai air mata.
"Aku jijik padamu Suci ! kau itu wanita kotor. Kau tahu sampah ? ya...seperti itulah kau dimataku sekarang." Turun dari tempat tidur dan meninggalkan Suci.
Brakkk !!! pintu ditutup sangat keras menandakan kemarahan Doni yang semakin kuat.
Suci terdiam dan hanya air matanya yang berbicara menjelaskan segala duka dan luka mendalam di hatinya. Dipeluknya guling dengan erat untuk memberinya tempat mengadu. Setidaknya meski itu benda mati namun Suci merasa ada yang menemaninya saat menghadapi kepedihan.
Seperti sampah.
Bukan pertama kalinya aku mendengar kata-kata itu. Namun saat orang yang aku cintai yang mengatakannya maka terdengar berlipat-lipat lebih mengiris hati. Ya...aku memang kotor dan hina tapi sekarang aku ingin berubah. Tidakkah kau melihatnya mas Doni ?
Dengan mengalir begitu saja ingatan masa lalu itu kembali muncul dalam pikiran Suci.
Harusnya dulu dia tak memutuskan meneruskan bekerja dengan wanita berbisa itu. Setidaknya sekarang mungkin Doni tidak akan menghinanya. Namun penyesalan memang datangnya belakangan dia pun tak pernah menyangka akan seperti ini.
Selama 5 tahun Suci terperangkap dalam dunia hitam itu. Menemani para pria jelalatan entah itu masih single atau sudah berkeluarga. Sengaja mencekoki dirinya sendiri dengan minuman keras agar lebih mudah menjalankan pekerjaannya. Tetap saja saat dia tersadar penyesalan dan benci pada diri sendiri selalu menghantui. Namun bayangan keluarga dan hutang ayahnya memaksa untuk tetap memilih pekerjaan hina itu.
Ingin berhenti tapi ada banyak keraguan dalam hatinya.
Jika berhenti dan mencoba berubah pun tak ada gunanya karena kebanyakan orang tetap akan memandang hina. Lebih baik teruskan saja. Itulah awal pemikirannya namun seiring waktu bergulir dia pun semakin mantap untuk keluar dari kenistaan. Apalagi saat ibunya tahu dan langsung terbaring di Rumah Sakit, Suci semakin yakin dengan keputusannya.
"Mbak Santi saya ingin berhenti dari pekerjaan ini. Ibu sedang sakit keras dan sangat membutuhkan saya." Suci memberanikan mengutarakan maksudnya.
"Apa ? bukankah kamu sangat membutuhkan uang ?"
"Semua orang membutuhkan uang. Tapi saya mau cari uang halal untuk keluarga saya. Mungkin saya akan mencoba berjualan atau melamar di toko atau manapun asalkan halal."
"Bukankah itu tidak akan cukup membayar hutang-hutang ayahmu ?"
"Hutang itu tinggal sedikit lagi. Saya yakin bisa membayarnya nanti meski tanpa harus bekerja di sini."
Santi berpikir cukup lama.
"Baiklah tapi di malam terakhir ini kau bekerja maka semua uang yang kau dapat harus masuk ke kantongku !"
"Baiklah mbak. Terima kasih sudah mengijinkan aku untuk meninggalkan tempat ini."
"Ya...sudah sekarang cepat layani tamu terakhirmu dengan baik !"
Pergilah Suci kemanapun kau mau. Aku sudah tidak terlalu membutuhkanmu lagi. Sekarang pria-pria itu sudah bosan denganmu dan menginginkan mainan baru.
Setelah bebas dari tempat hina itu Suci bekerja di sebuah toko baju selama dua tahun dan memutuskan pindah ke Bandung karena beberapa alasan. Di sinilah dia bertemu Doni. Mengenal, jatuh cinta dan menikah.
*Dan sekarang inilah saat aku menebus semua dosaku di masa lalu. Aku harap mas Doni bisa kembali menerima kekuranganku*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Hasna Fatimah
getir
2021-06-30
1
Yusneli Usman
Ya Allah sungguh berat ujian org yg sudah bertobat....
2021-05-22
1
Rokhmi Nh
manusia itu gak ada yg sempurna....
2021-05-06
2