"Mbak udah pilih belum bajunya ?" Raisya menghampiri setelah selesai mencoba semua pakaiannya.
"Udah ini."
"Masa dari tadi cuma pilih satu stel."
"Udah ini aja cukup kok."
"Ah mbak ini. Sana cepetan pake, aku mau lihat."
Aku menurut saja.
"Wahhh mbak memang cocok pake baju itu, terlihat cantik dan bersahaja." Raisya memujiku saat aku keluar kamar ganti.
"Nih mbak coba dua stel lagi, aku pilihin model yang sama dengan warna berbeda. Jangan nolak !" Raisya pemaksa juga.
Selesai menuruti kemauan gadis itu, kami pun menghampiri kasir untuk melakukan pembayaran.
Perburuan Raisya tak berhenti pada pakaian saja. Dia membawaku untuk melihat-lihat bukan.....lebih tepatnya memilih dan membeli sepatu, tas, dan parfum. Ya ampun Raisya...
Aku semakin tak enak hati karena Raisya lagi-lagi memaksaku menerima semua barang yang dibelinya.
Setiap membeli suatu barang, dia pasti membelikan juga untukku.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan ? mbak sebenarnya gak enak hati sama kamu."
"No problem. Aku malah happy banget ditemenin sama mbak. Aku ngerasa kayak punya saudara perempuan. Makasih ya mbak udah mau nemenin aku. Sekarang kita cari makan yuk mbak, laper."
Kami pun memasuki sebuah food court. Aku dan Raisya memilih menu yang sama. Kami sudah duduk berdampingan dan siap menyantap makanan kami.
"Raisya, kamu ada di sini juga ?" tiba-tiba seorang pria menghampiri meja kami dan ikut duduk berhadapan denganku.
"Mas ngapain di sini ? tahu gitu, tadi bareng aja dari rumah."
Riki, pria itu ikut bergabung dengan kami. Kenapa harus bertemu dengannya saat ini ? apa dia memang sudah diberi tahu oleh Raisya kalo kami ada di tempat ini ? atau jangan-jangan Riki mengikuti kami ? Astaghfirullah...aku jangan suudzan. Mungkin memang kebetulan saja kami bertemu.
Tapi aku tetap saja merasa tidak nyaman. Bukannya aku kepedean, tapi rasanya aku menangkap gelagat aneh dari Riki.
"Mas janjian sama temen tapi dia membatalkan. Tadinya mau pulang tapi mas lihat kalian di sini."
"Ya udah mas makan aja bareng kita, boleh kan mbak ?"
"Ehhh ya boleh." Gak mungkin kan aku bilang tidak boleh.
Ya sudahlah yang penting aku tidak berduaan saja dengan Riki.
"Mas ikut duduk aja bareng kalian, soalnya tadi udah makan sambil nunggu temen."
"Terserah mas lah. Aku mau makan sekarang, laperr." Raisya menyantap makanannya lahap.
Aku tak bisa makan dengan tenang karena Riki tak berhenti menatapku. Kenapa laki-laki ini selalu membuatku tidak nyaman ? aku ingin waktu berputar cepat agar bisa segera pulang.
"Awww aku ke toilet dulu ya tiba-tiba perutku sakit." Raisya pergi meninggalkan aku dan Riki.
Ah...kenapa harus seperti ini ? aku jadi tambah gusar kalo harus berduaan dengan Riki.
"Suci, apa kabar ?"
"Baik."
"Kamu beneran gak inget dimana kita pertama bertemu ?"
"Waktu pernikahanku tentu saja." Sudah tak enak perasaanku.
"Sebelum itu kita pernah bertemu juga. Beberapa tahun lalu di Jakarta."
Aku sudah menduga arah pembicaraannya namun saat Riki mengatakan dimana tempat kita pernah bertemu, aku hampir saja tersedak.
Segera ku teguk minumanku untuk menormalkan kembali nafasku.
"Kenapa ? kamu ingat sesuatu ?"
"Tidak mas, sepertinya mas salah orang."
"Aku yakin wanita yang pernah bersamaku di Jakarta adalah kamu."
Mendengar Jakarta rasanya tubuhku lemas. Kepalaku dipaksa mengingat kehidupan gelapku di kota itu.
"Apa ini bisa membuatmu ingat padaku ?" dengan lancangnya Riki mengenggam tanganku. Senyumnya menyeringai.
"Mas memang sahabat suamiku, tapi jangan pernah berani menyentuh ku !" segera aku beranjak dari sana dan meninggalkan pria itu sendirian.
Aku akan pulang naik taksi saja.
Sepanjang perjalanan tak terasa air mata ini mengalir mewakili hatiku yang tergores karena sikap kurang ajar Riki. Aku merasa dilecehkan dan tak dihargai.
Raisya menelpon.
(Mbak kenapa pulang gak tunggu aku dulu ?Jangan-jangan mas Riki bikin mbak gak nyaman)
(Mbak tiba-tiba gak enak badan. Maaf gak bilang kamu dulu)
Aku terpaksa berbohong pada Raisya. Jika dia tahu maka bisa saja Raisya bertengkar dengan kakaknya.
(Tapi aku kan jadi merasa bersalah. Ini juga kenapa barang yang aku kasih buat mbak gak dibawa)
(Mbak lupa)
(Nanti aku anterin aja ke rumah mbak ya)
(Gak usah)
(Tapi kan ini udah jadi milik mbak. Pokoknya mbak harus terima)
(Ya ya maaf merepotkanmu)
Aku benar-benar tidak bisa menolaknya.
Sampai di rumah aku langsung menuju kamar. Kulihat mas Doni sedang tertidur di sofa. Aku sengaja tak membangunkan karena takut menganggu istirahatnya.
Masih ada waktu untuk mandi sebelum sholat Dzuhur berakhir. Astagfirullah..aku bahkan melupakan sholat karena sibuk dengan Raisya.
Dengan cepat ku bersihkan badan dan berwudhu. Setelahnya aku berganti baju dan memakai mukena, melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim.
"Kamu udah pulang ?" mas Doni terbangun saat aku tengah membereskan peralatan shalat.
"Ya mas. Mas udah makan ?"
"Belum."
"Kalo gitu aku sekarang mau ke dapur. Nanti kita makan bareng."
"Ya." Mas Doni masuk kamar mandi.
Saat aku menuruni tangga aku melihat Raisya sudah duduk di ruang tamu. Aku menghampirinya.
"Mbak gak apa-apa ? mbak sakit apa ?" Raisya berdiri menyambutku.
"Mbak gak apa-apa, tadi cuma pusing sedikit." Astaghfirullah aku berbohong lagi.
Memang benar jika kita sudah berbohong maka kita akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan yang lain. Tapi aku belum bisa menceritakan apapun padanya. Apalagi pada mas Doni. Akan jadi petaka jika mereka semua tahu.
"Ini minumannya non." Bi Ayi datang membawa segelas jus untuk Raisya.
"Tadinya saya mau panggil nyonya mau kasih tahu ada nona Raisya di sini." Bi Ayi mengangguk pelan padaku setelah menyimpan minuman itu di meja.
"Gak apa-apa bi. Makasih."
Bi Ayi kembali ke belakang.
"Ini barang-barang punya mbak. Jangan dibuang ya, harus dipake ! semua ini special dariku. Aku senang bisa punya saudara perempuan seperti mbak." Raisya memelukku.
Aku merasa seperti sedang dipeluk Indah.
"Makasih, kamu baik banget. Mbak juga senang jika punya saudara sepertimu."
Aku bahagia dengan kedekatan kami.Semoga hubungan kami bisa membawa berkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Hasna Fatimah
jangan2 dony mencintai suci
2021-06-30
1
sahabat syurga
stau sy sholat sunah qabliyah yg 4 rakaat adanya di wktu dzuhur klo di wktu asyar gk prnah dnger
2021-06-04
5
Little Peony
Lanjut ya Thor 🌻🌻🌻
2021-05-15
1