Selesai acara aku langsung diboyong ke rumah suamiku. Ibu tak ikut dengan kami, karena masih kangen dengan anak bungsunya. Syarif memang akan menginap semalam lagi di Bandung. Besok pagi baru akan berangkat ke Majalengka. Ah ibu itu, aku tahu selain kangen dengan anaknya pasti ibu juga tidak mau menganggu pengantin baru.
Padahal rumah mas Doni itu cukup besar. Ada sekitar empat kamar di sana, tidak termasuk kamar ART. Tiga kamar di lantai atas dan satu kamar tamu di lantai bawah.
Mas Doni juga menyuruh ibu untuk tinggal bersama kami. Namun ibu maunya besok saja pindahnya setelah Syarif pulang.
Setelah mandi dan berganti pakaian, mas Doni menghampiriku. Dia duduk di sebelahku.
"Besok pagi kita akan jemput ibu." Ucap mas Doni.
"Baik mas, makasih karena kamu mau berbaik hati mengijinkan ibu tinggal di rumahmu."
"Ibumu itu ibuku juga. Dan rumah ini rumahmu juga." Senyum mas Doni membuat hatiku tenang.
Aku sangat beruntung memiliki suami sebaik dia.
"Mas, sekarang giliranku ke kamar mandi." Aku hendak berdiri namun mas Doni menarik tanganku hingga kini aku duduk di pangkuannya.
"Nanti aja..." bisik mas Doni di telingaku. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku.
Aku merinding, apalagi saat ini hidungnya menyentuh leherku. Dadaku seakan meletup-letup.
"Tapi mas...aku belum mandi, bauuu." Aku berusaha menutupi kegugupanku.
"Kamu itu gak mandi pun gak bau." Mas Doni sekarang membuka hijab yang memang belum sempat aku buka.
Sebenarnya bukan tidak sempat tapi aku malu.
"Kamu sangat cantik Suci." Suamiku itu dengan lekat memindaiku dari atas hingga bawah.
Bisa dipastikan jika saat ini wajahku sudah sangat matang karena malu. Debaran jantungku semakin tak beraturan. Ya memang ini saatnya untuk melaksanakan tugas sebagai istri mas Doni.
"Mas...aku mandi dulu ya sebentar." Bujukku pada suamiku, karena aku sudah tak nyaman dengan lengketnya badan ini.
"Nanti saja...aku menginginkanmu saat ini."
Seakan mau pingsan saat tatapan mas Doni berhasil menembus hatiku. Tubuhku pun ikut bergejolak terasa bergetar.
"Sebentar saja ya mas."
"Syuttt. Jangan ngomong lagi !" Telunjuk mas Doni menempel di bibirku.
Dengan cepat dia menyambar bibirku.Membuat tubuhku lemas dan pasrah menerimanya.
Yang benar saja mas,aku belum mandi ini....tapi mau bagaimana lagi. Sepertinya suamiku itu tak bisa menunggu lagi. Ya sudahlah...aku turuti saja kemauan mas Doni. Ini kan memang kewajibanku.
Malam ini adalah malam penyatuan cinta kami. Terasa berkesan sekali di benakku. Meski ini bukan kali pertama aku bersenggama dengan seorang pria, namun jujur ini pertama kalinya aku merasakan kehangatan yang penuh makna.
Mungkin karena saat ini aku melakukannya dengan pria yang benar-benar aku cinta. Dan hubungan kami pun bukan hubungan yang terlarang. Jadi aku begitu menikmatinya.
Aku tersenyum menatap suamiku yang sudah tidur pulas secepat itu.
Aku juga sebenarnya sudah lelah dan ngantuk, tapi sebelum istirahat aku lebih baik ke kamar mandi dulu.
***
Ah segarnya, kini tubuhku sudah bersih dan aku pun sudah mengganti bajuku.Tapi...perutku sudah menagih untuk diisi. Bagaimana ini ? apa aku ke dapur saja ? tidak mungkin aku membangunkan mas Doni, kasihan. Lagipula aku ini bukan anak kecil, aku sudah 25 tahun, masa mau makan saja harus menggangu istirahat suami.
"Ada apa nyonya ? kalo ada keperluan tinggal bilang aja sama saya. Saya bi Ayi, pembantu di rumah ini." Saat di dapur aku bertemu dengan wanita berusia kira-kira 45 tahun.
"Ahhh maaf bi, apa ada makanan ? saya laper." Aku sedikit nyengir karena malu.
"Sedang saya hangatkan sebentar lagi diangkat kok.vMaaf nyonya, saya telat anter makanan ini ke kamar. Saya sebenarnya tadi diminta tuan supaya jangan dulu ke kamar. Takut ganggu." Bi Ayi menjelaskan agak sungkan.
"Ohhh gitu ya bi, gak apa-apa." Aku tersenyum padanya.
Tak menunggu lama, akhirnya makanan itu sudah diangkat dari microwave. Aku segera membawa secukupnya untukku dan mas Doni.
"Mas....makan dulu."
"Mas....kamu gak laper ?"
Mas Doni belum bangun juga. Padahal aku ingin makan bareng.
"Mas ayo kita makan bareng."
"Hmmmmm...ya..." akhirnya suamiku itu bangun juga.
Mas Doni mengucek matanya dan diam sejenak untuk menunggu nyawanya kumpul kembali. Dia menatapku dan tersenyum lebar.
Kenapa ? apa ada yang aneh pada wajahku ? atau...mas Doni tersenyum seperti itu gara-gara mengingat yang terjadi antara kami tadi.
Ahhh wajahku kembali memerah. Maluuuu.
"Mas kita makan sekarang ya." Ku alihkan pikiran suamiku.
Lagipula perutku ini semakin mengaung, menjerit ingin segera diisi.
"Ahh ya." Mas Doni pun bangkit.
Kami pun duduk di sofa dekat pintu kamar, dan makan bersama. Mas Doni menyuapiku makanan itu langsung dari tangannya. Rasanya sangat romantis. Malam ini malam yang sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Cici Kartini
aku mampir nich
2022-03-04
1
Hasna Fatimah
mdh2han kebahagiaannya berlangsung lama
2021-06-30
1
Devina Nur Fitriyani
semangat.....
2021-06-25
2