"Mas kenapa kita gak jemput ibu dulu ? kita juga belum pamit pada Syarif." Suci mencoba bertanya meski keadaan sedang tegang.
"Aku tidak peduli ! mereka bukan anak kecil lagi. Ibumu juga bukan ditinggalkan di dalam hutan. Masih ada anak-anaknya yang lain." Menjawab meski pandangannya masih lurus ke depan. Mencoba fokus menyetir meski pikirannya kalut.
"Mas....kejadian tadi tidak seperti yang kamu pikir. Aku sudah difitnah oleh Toso." Menjelaskan kembali karena merasa tidak nyaman dengan sikap suaminya.
"Jangan bicarakan itu sekarang !"
"Tapi mas...aku berani bersumpah bahwa aku tidak pernah menggoda Toso." Suaranya sudah gemetar.
"Diam kau ! tidak ada gunanya kau bersumpah. Aku hanya percaya dengan apa yang ku lihat." Nada bicaranya sudah meninggi.
"Maaf mas...." menundukkan kepala dan meremas jemarinya karena takut melihat suaminya seperti sedang kerasukan.
"Aarghhhh !!!" Doni berteriak membuat orang di sampingnya semakin menciut.
Kecepatan mobil bertambah seiring bertambahnya amarah di dada pengemudinya. Meski berusaha fokus namun bayangan adegan memalukan yang dilakukan istrinya berhasil mengambil alih pikirannya. Doni tak dapat berfikir jernih dan tak memperdulikan keselamatan mereka. Kecepatan terus meningkat. Dengan melakukan itu Doni melampiaskan amarahnya.
"Mas jangan kencang-kencang ! kamu harus hati-hati takut terjadi kecelakaan."
Mendengar suara dari sebelahnya malah membuat Doni semakin tak terkendali.
"Mas...aku takut..." Suci menaikkan kedua kakinya pada kursi yang dia duduki. Dipeluknya lutut itu untuk menahan tubuhnya yang semakin gemetaran.
Takut sedih bahkan syok melihat kemarahan suaminya. Air matanya bahkan kembali mengalir.
Suci hanya bisa berdoa dalam hati agar dia dan Doni tidak mengalami kecelakaan apalagi sampai membahayakan orang lain. Berharap suaminya bisa menghentikan kegilaan ini.
Selang beberapa menit barulah Suci bisa bernafas lebih lega. Akhirnya mobil berhenti.
"Keluar !" suara Doni terdengar pelan.
Namun ketakutan Suci bertambah setelah mendengarnya.
"Maksud mas ?" sudah tak enak hati.
"Keluar dari mobilku !" masih dengan nada yang rendah dan tak menatap.
"Apa mas mau meninggalkanku di tempat sesepi ini ?"
"Keluar !" bicaranya sudah mulai keras.
"Aku tidak tahu jalan pulang. Mas pasti hanya bercanda kan ?!"
"Keluar sekarang juga dari mobilku ! aku tidak peduli kau mau tersesat sekalipun. Saat ini aku benar-benar marah, aku bisa saja berbuat sesuatu yang membahayakanmu lebih dari ini." Tatapan membunuh jelas terlihat dari matanya.
Suci segera menuruti perintah Doni sebelum suaminya itu bertambah murka. Setelah Suci turun mobil pun langsung tancap gas meninggalkan wanita itu sendirian bersama luka yang telah dia torehkan.
"Kenapa mas meninggalkanku di tempat gelap dan sepi ini ? aku tidak tahu sedang berada dimana. Bagaimana caranya aku pulang ? aku bahkan tidak membawa uang sepeser pun. Kartu ATM pun aku tak ada. Selama ini aku selalu diberikan uang cash." Suci terduduk lesu di pinggir jalan.
Kembali dipeluknya kedua kaki itu. Menumpahkan kembali kesedihan lewat air mata.
Kenapa mas Doni tidak percaya padaku sedikit pun ? dia sampai tega membuangku di sini. Apa aku memang sangat hina di matanya ? dia sama sekali tidak mau mendengar penjelasan ku. Aku tidak pernah mengira bahwa suamiku yang baik akan berubah menjadi kejam seperti ini. Apa aku memang pantas untuk mendapatkan perlakuan buruk darinya ? aku sadar bahwa aku memang bukan wanita baik-baik. Tapi aku ini kan tetap istrinya.
Berbagai macam pikiran mengerubungi kepala Suci. Segala kecemasan, ketakutan dan kesediaan berpadu dengan keputusasaan. Namun ada sisi lain hatinya yang menyuruh untuk tetap bertahan dan kuat menjalani seberat apapun ujian hidupnya.
Aku tidak boleh menangis sekarang. Aku harus mencari cara untuk segera sampai di rumah mas Doni. Aku akan jelaskan lagi pelan-pelan padanya.
Suci berdiri dan berjalan mencari sebuah konter HP. Setelah setengah jam barulah dia menemukannya. Segera Suci menjual hp yang ada di dalam tasnya untuk ongkos pulang ke Bandung.
Ahhh kenapa aku lupa tidak mengecek lokasiku di HP. Setelah menjualnya sekarang baru ingat.
Suci pun mencari informasi itu dari wanita pemilik konter.
Masih jauh rupanya. Tapi aku tidak boleh menyerah aku harus secepatnya sampai di rumah untuk meluruskan kesalahpahaman ini.
Semangatnya bergelora. Suci hanya ingin berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya. Hanya itu ! menjadi istri yang baik berarti kau harus menerima segala kekurangan suamimu.
Meski Doni sudah amuk-amukkan dan membuangnya di pinggir jalan begitu saja namun Suci berusaha memaafkan. Demi keutuhan rumah tangga mereka.
Setelah perjalanan yang sangat melelahkan akhirnya Suci sampai di rumah Doni esok paginya. Terlambat karena bus yang dia tumpangi mengalami mogok dan memakan banyak waktu untuk memperbaikinya. Ingin pindah bus lain pun tidak bisa karena itu adalah bus terakhir menuju Bandung.
Saat di dalam rumah Suci tak melihat suaminya.
"Mungkin mas Doni sudah berangkat kerja. Lebih baik sekarang aku mandi." Suci berceloteh sendiri.
"Ibu apa kabarnya ya ? apa beliau akan sakit hati karena tak diajak pulang ? aku khawatir dengan keadaan ibu tapi aku yakin Syarif dan Indah akan menjaganya dengan baik. Mereka kan juga sangat menyayangi ibu."
Kekhawatiran pada ibu dan adiknya menghampiri benak Suci. Namun dia mencoba berpikiran positif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Nurbaiti
sabar sudah jamu sedang diuji hskau sabar ajan naik derajat mu
2021-09-07
1
Hasna Fatimah
hati suci sungguh luar biasa
2021-06-30
2
chusnul chotimah
sedih bangetzz
2021-06-05
1