Bab 19. Kenakalan Real

Jam di dinding sudah menunjukan waktunya makan siang. Setengah jam sebelumnya, Bara sudah meminta Donita memesan nasi soto untuknya dan sang putra. Ia tidak bisa membiarkan Real kelaparan menunggu Bella kembali dari acara jalan-jalannya. Bahkan demi Real, Bara harus merelakan rapatnya dengan para staf ditunda setelah jam istirahat siang berakhir.

Ayah tiga orang anak yang masih terlihat tampan di usia matangnya itu sibuk dengan mangkuk berisi nasi soto yang dipesannya di kantin kantor. Saat ini Bara sedang kewalahan mengejar putra semata wayang yang berlarian keliling ruang kerjanya.

"Real, ayo habiskan makan siangmu!" teriak Bara. Untuk pertama kali ia harus menyuapi putranya sendiri. Bahkan ia mengabaikan perutnya yang keroncongan demi sang putra tidak kelaparan.

Dengan tangan kanan masih menggenggam erat sendok berisi nasi soto, Bara mengikuti jejak langkah Real yang meloncat dari satu kursi ke kursi lainnya. Dari sofa ke sofa, bahkan sesekali terlihat Real naik ke atas meja kerja Bara dan duduk mengacak-acak isi di atasnya.

"Ayo Real, habiskan makan siangmu, Dear." Bara berjalan mendekat dan mengendap-endap. Real sedang meloncat kegirangan di atas sofa kantornya. Tubuh mungil itu melambung ke atas berulang kali dengan tawa dari bibir mungil tanpa henti.

"Ayo dimakan, Sayang. Daddy tidak bisa menyuapimu terlalu lama. Daddy juga lapar," bujuk Bara dengan wajah memelas. Pandangannya beralih pada isi mangkok. Aroma soto itu begitu menggungah selera, tetapi ia belum bisa menyantap jatah makan siangnya sebelum memastikan putranya kenyang.

Setengah jam berjuang menyuapi Real, isi mangkuk di tangannya hanya berkurang setengah. Itu pun hanya dua sendok yang berhasil masuk ke dalam perut Real, yang lainnya tumpah dan berceceran di lantai. Bahkan ada yang terjatuh di atas sofa karena sewaktu Bara menyuapi ke mulut Real, anak itu menghempas kasar tangannya.

"No Daddy, Real kenyang," tolak Real tanpa sengaja menyenggol kembali sendok yang siap disuapi ke mulutnya. Kali ini nasi dan kuah soto itu meloncat mengenai kemeja kerja Bara.

"REAL!!" teriak Bara mulai terpancing emosi.

Real terdiam sejenak, ketakutan mendengar suara kencang Bara. Anak itu baru saja akan menangis, Bara buru-buru membujuk supaya tidak jadi menumpahkan air matanya.

"Sudah, Sayang. Maafkan Daddy." Bara mengalah, suaranya melemah.

Ia sampai harus menghela napas berulang kali supaya tidak terbawa emosi saat menghadapi kenakalan putranya. Di saat emosi tidak terkontrol, otak pun menjadi tidak waras. Yang ia takutkan adalah menyakiti Real tanpa sengaja. Anak itu belum mengerti apa-apa. Mendidiknya harus dengan kelembutan dan kesabaran dalam memberi pengertian. Bara tak mau sifat emosinya menurun pada Real. Sebisa mungkin pria itu menghadapi anaknya dengan sejuta kesabaran yang berusaha dilatihnya sejak Real lahir.

"Sedikit lagi, ya." Bara kembali membujuk dengan lemah lembut setelah berhasil menguasai diri.

"No, Dad. Kenyang!" Real mengusap perutnya sendiri. Membuat Bara kembali kesal. Alasan kenyang yang diungkap Real membuat emosi Bara terpancing. Ia tahu jelas kalau putranya hanya mengisi perut dengan dua sendok nasi.

"Apa yang kamu lakukan pada putraku, Bell. Kenapa Real jadi begini. Semakin besar semakin menyebalkan. Semakin bertambah umur, semakin menguji kesabaranku," ucap Bara pelan dan terdengar putus asa. Ia sudah hampir menyerah menghadapi Real.

***

Jam makan siang terlewati begitu saja, Bara bahkan belum bisa menikmati nasi dan soto miliknya yang mulai mendingin. Perutnya yang lelah protes sekarang mulai kenyang kembali. Setelah gagal menyuapi putranya, Bara memilih menidurkan Real di gendongannya.

Menelungkupkan Real di pundak kirinya, Bara menggerakan tubuhnya ke kiri dan kanan mengikuti irama ketukan sepatu pantofel hitam mengkilap yang menghiasi kedua kakinya. Penampilan Bara sudah acak-acakan. Rambut yang tadinya tersisir rapi, sekarang berantakan. Kemeja kerja yang rapi mengkilat, sekarang sudah tidak berbentuk. Ujung kemeja berontak dari dalam celana lengkap dengan sabuk kulit yang tadinya melingkar rapi sekarang terjulur keluar dari pinggangnya.

"Tidur, Real. Daddy harus kerja lagi," bisik Bara sambil mengusap punggung putranya dengan lembut. Berharap tidur Real semakin lelap. Di tengah perjuangannya menidurkan Real, Donita masuk untuk mengingatkan rapat yang akan dimulai sebentar lagi.

"Pak ...." Gadis itu terpana menatap ruang kerja Bara yang hancur lebur. Bahkan beberapa berkas jatuh ke lantai bercampur dengan tumpahan air mineral. Belum lagi serpihan nasi yang mengotori lantai bersama bekas sepatu Bara.

"Sssttt! Putraku tidur. Tolong panggilkan OB untuk membersihkan ruanganku," titah Bara sembari menimang putranya. Berbicara setengah berbisik, tidak mau mengganggu lelapnya Real.

"Baik Pak."

Donita baru saja berbalik hendak keluar dari ruangan, tetapi sekretaris itu terkejut dengan kedatangan Bella yang tiba-tiba. Bunyi ketukan hak sepatu menggema dari kejauhan. Donita bisa melihat jelas penampilan sang nyonya yang berubah 180 derajat.

Kaos dan celana jeans yang tadi pagi dikenakan Bella sudh berganti dengan rok mini hitam ketat dipadankan dengan atasan model sabrina dengan pundak mulus terbuka. Flat shoes hitam yang dikenakan Bella tadi pagi pun ikut lenyap, berganti dengan high heel 7 cm berwarna kuning keemasan. Dan yang paling mencolok di antara semua perubahan Bella adalah rambut hitam panjang tergerai indah itu sudah berganti dengan rambut bergelombang dengan warna ash blonde yang begitu mencolok dan terang benderang.

Bunyi ketukan hak sepatu kian terdengar jelas. Bara hampir menjatuhkan Real dari gendongannya saat Bella muncul di tengah pintu dengan senyuman menggoda.

"Ya Tuhan, kamu apakan istriku, Bell?" teriak Bara terkejut. Teriakannya terdengar begitu kencang, dengan mata melotot dan mulut ternganga sempurna. Bahkan suara kagetnya sampai mengusik lelap Real. Donita yang ikut mendengar pekikan Bara, buru-buru keluar dan menutup pintu.

"Bagaimana, Mas? Kamu suka dengan penampilan baruku?" tanya Bella tersenyum bahagia. Ia sudah tersipu malu, bersiap menyambut pujian Bara akan perubahan dirinya. Ia yakin Bara pasti terpana dengan penampilannya.

"Kamu apakan itu rambutmu, Bell? Ya Tuhan, kamu baik-baik saja, kan?" Bara masih belum bisa menyesuaikan diri dengan penampilan aneh istrinya.

"Kamu menyukainya, Mas?" tanya Bella.

Bara memutar tubuh Bella dengan tangannya yang bebas. Masih dengan menggendong Real, ia berdecak.

"Bagaimana, Mas?" tanya Bella menunggu jawaban.

"Tidak. Kamu terlihat seperti badut, Bell," sahut Bara membuat Bella meradang. Berjam-jam memperbaiki penampilannya dengan yang kekinian, sebaliknya Bara mengomentarinya seperti badut.

"Ini lagi, apa maksudmu dengan rambut kulit jagung ini!" cerocos Bara menggulung rambut istrinya dengan telunjuk, membuat Bella semakin cemberut.

"Bell, kamu tidak bermaksud mematahkan kakimu dengan sepatu tinggi itu, kan?" lanjut Bara. Pria itu kembali berjalan mengitari Bella sambil menggeleng.

"Ini rok mini dan pakaian kurang bahan ini. Kamu mau menggoda siapa dengan penampilanmu ini, Bell?" Bara menepuk pundak telanjang Bella. Cemburu seketika menyerangnya. Membayangkan sang istri dengan penampilan menggoda seperti ini berkeliaran sepanjang hari di mall tanpa pengawalannya.

"Ganti bajumu, ganti sepatumu dan buat hitam kembali rambutmu, Bell!" titah Bara.

"Mas ...." protes Bella.

"Jangan membantah, Bell. Aku tidak menyukainya!" tegas Bara.

"Huh! Giliran Donita, Mas diam saja. Seakan menikmati kecantikan Donita dengan rambut pirang, baju ketat dan high heel-nya. Kenapa giliran istrimu sendiri, Mas protes." Bella tidak terima.

"Rambut Donita jauh lebih kuning." Bella masih saja protes.

"Bell, Donita itu bukan istriku. Aku tidak peduli bagaimana penampilannya. Rambutnya mau diwarnai merah, kuning, hijau ... aku tidak peduli. Aku bahkan tidak memperhatikannya. Dan kamu harus tahu, kamu itu istriku, Bell. Tentu saja aku protes kalau menurutku penampilanmu keterlaluan," jelas Bara berusaha menerangkan.

"Giliran Donita berpakaian seksi, Mas tidak mengeluh."

"Karena aku bukan suaminya, untuk apa aku mengeluh. Kalau aku suaminya, sudah kupastikan pakaian itu berakhir di tempat sampah!" cerocos Bara.

"Mas ...."

"Ganti pakaianmu kembali. Aku tidak menyukainya, Bell. Aku suka kamu seperti biasanya. Itu jauh lebih cantik dari wanita mana pun." Bara masih berusaha menjelaskan.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Rita Mahyuni

Rita Mahyuni

haha....natural lebih syantik ga bosan ...hai nyonya bella...tuan bara macam org serangan jantung shock liatnya...dgn emosi labil gegara putra mahkota🤣

2024-11-05

1

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

😁😁😁🤣

2024-07-28

0

ria aja

ria aja

hnnn

2023-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2 Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3 Bab 3. Sekretaris baru
4 Bab 4. Pulang terlambat
5 Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6 Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7 Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8 Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9 Bab 9. Kepercayaan
10 Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11 Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12 Bab 12. Tamu di sore hari
13 Bab 13. Rikka Cantika
14 Bab 14. Kumpulan Sampah
15 Bab 15. Gangguan di pagi hari
16 Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17 Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18 Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19 Bab 19. Kenakalan Real
20 Bab 20. Kamu cantik!
21 Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22 Bab 22. Rikka dan ibunya
23 Bab 23. Pertengkaran
24 Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25 Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26 Bab 26. Hamil
27 Bab 27. Kunjungan Kailla
28 Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29 Bab 29. Ancaman Bara
30 Bab 30. Rujak serut
31 Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32 Bab 32. Ayah sempurna
33 Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34 Bab 34. Nasi goreng
35 Bab 35. Berburu mangga
36 Bab 36. Piknik
37 Bab 37. Tragedi
38 Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39 Bab 39. Ricko lagi
40 Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41 Bab 41. Ibu Dian terkejut
42 Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43 Bab 43. Ayah Daddy
44 Bab 44. Lontong balap
45 Bab 45. Ketiga anak Bara
46 Bab 46. Masalah Bara
47 Bab 47. Menemui Bara
48 Bab 48. Menjual rumah
49 Bab 49. Bantuan Pram
50 Bab 50. Pratama Wirayudha
51 Bab 51. Menjenguk adik bayi
52 Bab 52 : Kekesalan Bella
53 Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54 Bab 54 : Bara vs Matt
55 Bab 55. Kita putus
56 Bab 56 : Ketahuan
57 Bab 57 : Nasib Aa Teo
58 Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59 Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60 Bab 60 : Persiapan melahirkan
61 Bab 61 : Pamit keluar kota
62 Bab 62 : Kepanikan Bara
63 Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64 Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65 Bab 65 : Kemarahan Bara
66 Bab 66 : Pertengkaran
67 Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68 Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69 Bab 69 : Masih di-lockdown
70 Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71 Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72 Bab 72 : Babysitter baru
73 Bab 73 : Kunjungan Matt
74 Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75 Bab 75 : Aku titip Issabell
76 Bab 76 : Pernikahan Rikka
77 Bab 77. Utusan Tuhan
78 Bab 78. Om Di Caprio
79 Bab 79. Akhirnya - ENDING
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2
Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3
Bab 3. Sekretaris baru
4
Bab 4. Pulang terlambat
5
Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6
Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7
Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8
Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9
Bab 9. Kepercayaan
10
Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11
Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12
Bab 12. Tamu di sore hari
13
Bab 13. Rikka Cantika
14
Bab 14. Kumpulan Sampah
15
Bab 15. Gangguan di pagi hari
16
Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17
Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18
Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19
Bab 19. Kenakalan Real
20
Bab 20. Kamu cantik!
21
Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22
Bab 22. Rikka dan ibunya
23
Bab 23. Pertengkaran
24
Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25
Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26
Bab 26. Hamil
27
Bab 27. Kunjungan Kailla
28
Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29
Bab 29. Ancaman Bara
30
Bab 30. Rujak serut
31
Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32
Bab 32. Ayah sempurna
33
Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34
Bab 34. Nasi goreng
35
Bab 35. Berburu mangga
36
Bab 36. Piknik
37
Bab 37. Tragedi
38
Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39
Bab 39. Ricko lagi
40
Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41
Bab 41. Ibu Dian terkejut
42
Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43
Bab 43. Ayah Daddy
44
Bab 44. Lontong balap
45
Bab 45. Ketiga anak Bara
46
Bab 46. Masalah Bara
47
Bab 47. Menemui Bara
48
Bab 48. Menjual rumah
49
Bab 49. Bantuan Pram
50
Bab 50. Pratama Wirayudha
51
Bab 51. Menjenguk adik bayi
52
Bab 52 : Kekesalan Bella
53
Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54
Bab 54 : Bara vs Matt
55
Bab 55. Kita putus
56
Bab 56 : Ketahuan
57
Bab 57 : Nasib Aa Teo
58
Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59
Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60
Bab 60 : Persiapan melahirkan
61
Bab 61 : Pamit keluar kota
62
Bab 62 : Kepanikan Bara
63
Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64
Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65
Bab 65 : Kemarahan Bara
66
Bab 66 : Pertengkaran
67
Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68
Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69
Bab 69 : Masih di-lockdown
70
Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71
Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72
Bab 72 : Babysitter baru
73
Bab 73 : Kunjungan Matt
74
Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75
Bab 75 : Aku titip Issabell
76
Bab 76 : Pernikahan Rikka
77
Bab 77. Utusan Tuhan
78
Bab 78. Om Di Caprio
79
Bab 79. Akhirnya - ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!