Menua Bersamamu
Selamat datang di Menikahi Majikan Ibu Season 2 dengan judul baru Menua Bersamamu. Disarankan untuk membaca season 1 dengan judul Menikahi Majikan Ibu.
...***...
Cinta kita memang tidak semudah yang dibayangkan.
Dulu kita saling menyakiti dan hampir menyerah.
Tapi kini kita ada 'tuk saling menyempurnakan.
Kuberdoa untuk bisa hidup dan MENUA BERSAMAMU
Waktu begitu cepat berlalu, melesat sampai tidak sanggup terkejar. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Tanpa terasa, pernikahan Bara dan Bella melewati tahun ke lima, sebentar lagi memasuki tahun ke enam.
Kehidupan rumah tangga mereka asam, manis, asin seperti nano-nano. Bara masih sama, tetap pemarah, emosian dan temperamen seperti dulu, meskipun sesekali ia bisa bersikap manis dan menggemaskan. Namun, Bara tetap seorang ayah yang sempurna untuk ketiga anaknya, Rania, Issabell dan si bungsu Real.
Bella, ibu muda itu juga tidak banyak berubah. Tetap lemah lembut, penyayang dan keibuan. Sesekali kekanak-kanakan, bersembunyi di balik kedewasaannya. Semua tetap sama seperti dulu, tidak ada yang berubah. Hanya anak-anak yang semakin besar, dan orang tua semakin menua.
Yang membedakan adalah Bella, gadis belia putri seorang pembantu itu sekarang sudah menjelma menjadi nyonya majikan. Bahkan terkadang Bara, yang dulunya adalah majikan ibunya itu dibuat tidak berkutik saat berhadapan dengan Bella.
...***...
Pagi hari di kediaman Barata Wirayudha.
Kericuhan sudah terdengar sejak azan subuh berkumandang. Suara pertengkaran terdengar jelas dari kamar Rania yang bersebelahan dengan kamar utama, sang pemilik rumah. Kesalahpahaman, perdebatan, pertengkaran kecil yang hampir setiap hari terjadi, membuat Bara harus turun tangan menengahi. Ada saja yang diperdebatkan dua gadisnya, dari berebut boneka sampai berebut foto idola.
“KAKAK!!” jerit Issabell terdengar begitu kencang dan memekakkan telinga.
“NO!” Rania tampak menjulurkan lidahnya, mengejek gadis kecil itu dengan bahasa tubuh terlihat menjengkelkan.
“Kakak!!” Kembali Issabel menjerit, tidak kalah kencangnya.
“Jangan katakan apapun pada Daddy dan Mommy, aku akan mengembalikannya.” Rania melunak.
“Kak, ayo kembalikan ponselku,” pinta Issabell dengan wajah memelas, menyodorkan tangannya.
“Janji dulu, jangan katakan pada Daddy apa yang kamu lihat di ponselku!” ancam Rania, mengarahkan telunjuknya pada adiknya.
“Caca tidak melihat apa-apa, Kak. Sungguh!” ucap gadis mungil itu, menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan, membentuk huruf V.
Aku tidak suka opamu itu, Kak. Sudah setua Opa Sutomo,” ledek Issabell, membandingkan penampakan pria di ponsel kakaknya dengan opa Rania yang sering datang menginap di rumah.
“Caca!” Rania naik darah, saat pujaan hatinya dibandingkan dengan pria renta yang tak lain kakeknya sendiri.
“Dia bukan tipe Caca, Kak. Caca sukanya dengan Oppa RM!” ucap Issabell, gadis kecil yang sebentar lagi akan duduk di bangku sekolah dasar. Yang kecilnya penyuka Hello Kitty tetapi sekarang beralih menjadi penyuka Bangtan Boys.
“Ayo Kak, kembalikan ponselku,” pinta Issabell lagi. Kali ini lebih manis dan tidak sekasar sebelumnya.
“Nanti pulang sekolah aku akan mengembalikan ponselmu, Ca.” Rania menjawab dengan santainya. Berjalan menuju ke meja rias, bersiap mengenakan dasi abu-abunya.
“KAKAK!!” pekik Issabell menahan kesal saat Rania tak kunjung mengalah. Teriakan itu terdengar begitu kencang, memekakkan telinga bertepatan dengan suara pintu kamar terbuka.
Terdengar suara berat Bara, pria tampan itu sudah rapi dengan setelan kerjanya. Berjalan masuk ke dalam kamar putrinya dengan tangan terselip di saku celana. Menatap lekat pada Rania dan Issabell bergantian.
Aura mengerikan itu tampak jelas. Bara adalah sosok ayah yang penyayang, tetapi dia juga sangat tegas dengan putrinya. Itu terbukti semua anak-anaknya akan bergidik ketakutan saat dia sudah memasang tampang seriusnya. Kelemahan Bara hanya dua, saat Bella mengambek atau Real mengamuk.
“Bertengkar kenapa lagi?” tanya Bara, menjatuhkan tubuhnya di sofa. Memandang Rania dengan tatapan tajam.
“Tidak ada apa-apa, Dad. Kakak dengan Caca sedang bercanda,” potong Rania buru-buru, tidak mau sang adik mengadu.
“Benar, kan Ca?” Rania meminta dukungan Issabell untuk kebohongannya. Memasang mimik lucu, demi menghempaskan curiga Bara. Gadis manis dengan seragam putih abu-abu berusaha menyembunyikan semuanya dari Bara. Ia tahu bagaimana mengerikannya Bara saat sudah marah.
“Benar begitu, Ca?” tanya Bara memastikan, beralih menatap putri keduanya.
“Ya, Dad. Kita cuma bercanda,” ucap Issabell tertunduk. Ingin rasanya mencekik Rania saat ini, tetapi apa daya. Daddy-nya lebih mengerikan dari apa pun juga.
Bara masih duduk dengan kaki menyilang, kedua tangannya terlipat di dada. Wajah datar dengan tatapan tajam, sampai kedua gadis itu tertunduk.
“Ayo! Kalian belum memberikan Daddy kecupan selamat pagi,” ucap Bara tiba-tiba berubah ramah, merentangkan tangannya bersiap menyambut kedua putrinya, Rania Wirayudha dan Issabell Wirayudha.
Issabell berlari mendahului, meloncat naik ke pangkuan Bara, menghunjami pria tampan itu dengan kecupan.
Rania terlihat lebih santai, hanya duduk di sebelah dan menghadiahkan Bara kecupan di pipi kanan.
“Kalian sudah siap?” tanya Bara, tersenyum.
“Sudah Dad!” jawab keduanya bersamaan.
“Ayo kita sarapan, Mommy dan Real sudah menunggu di bawah.”
Bara menggendong Issabell, seperti biasa gadis kecil ini paling sering bergelayut manja padanya. Hingga hampir berusia enam tahun pun, kebiasaan itu tidak berubah.
...***...
Meja makan sudah dipenuhi dengan berbagai makanan. Ada nasi goreng, sandwich, kentang goreng, telur dadar dan ada juga sereal. Memiliki tiga orang anak yang berbeda sifat dan karakternya, rumah tangga Bara dan Bella begitu berwarna. Terlihat jelas dari meja makan yang penuh dengan menu makanan.
Bella terlihat berdiri di samping meja makan, mengisi piring-piring kosong untuk sarapan putra dan putrinya. Real, putra tampannya yang sekarang hampir berusia tiga tahun terlihat duduk di bangku utama. Tempat di mana harusnya Bara duduk.
“Bell ....” Bara melangkah mendekat sembari menggendong Issabell.
“Good morning, Mommy.” Kecupan di pipi, dilabuhkan Issabell sembari merengkuh leher Bella. Gadis kecil yang masih di gendongan Bara itu terlihat tersenyum melihat sarapan paginya.
“Sandwich?” ucap Issabell.
"Ya, habiskan sarapanmu sekarang, Ca!” ucap Bella, meletakan segelas susu di samping potongan sandwich.
“Good morning, Mom.” Rania memeluk pinggang Bella, berjinjit mengecup pipi ibu muda yang tampil casual pagi ini. Dengan kaos hitam dan rambut dikuncir kuda.
“Morning, Sayang. Habiskan sarapanmu, Kak.” Bella menyodorkan piring berisi kentang goreng dengan sepotong telur dadar di sampingnya.
“Thanks, Mom.”
“Habiskan secepatnya, Kak. Ini sudah terlambat.” Sembari meletakan segelas jus jeruk di hadapan putri tertuanya.
“Mas, giliranmu.” Bella beralih menatap Bara, suaminya sedang berdiri di belakangnya setelah menurunkan Issabell di tempat duduknya.
“Aku mau nasi goreng saja, Bell. Dengan ciuman selamat pagi yang mesra,” bisik Bara tepat di telinga Bella, menghembuskan napas berat di sana.
“Mas, jangan begini. Ada anak-anak,” protes Bella. Tangan lincahnya sedang mengisi nasi goreng ayam buatan asisten rumah.
“Nanti malam dandan yang cantik. Kita buat adek untuk Real. Supaya ia tidak menjerit sepanjang hari,” goda Bara, ikut mengecup pipi Bella, mengikuti dua putrinya.
“Sudah Mas, nanti terlambat.”
“Real, pindah Sayang. Itu tempat Daddy," pinta Bella, sembari menggendong anak bungsunya, kembali ke tempat duduknya. Anak laki-laki Bara dan Bella itu sejak tadi memilih diam, sibuk mengaduk semangkok sereal.
Jeritan Real terdengar memekakan telinga begitu tubuhnya melayang di dalam gendongan Bella. Berteriak, tidak terima saat tempat duduk yang direbutnya dengan tidak hormat, harus dikembalikan pada pemiliknya.
“No! Daddy ... duduk syana!” Menunjuk kursi paling jauh dari semua anggota rumah, meminta Bara menempatinya. Dia masih nyaman dengan kursi kebesaran milik daddy-nya
“Ini tempat Daddy, Real.” Seperti biasa Bara dan putranya selalu bertengkar untuk hal-hal kecil.
Melihat Bara mengambil alih kursinya, jeritan Real semakin menjadi. Bercampur tangisan kencang, mengamuk di dalam pelukan Bella.
“Sudah Bell, aku pindah.” Bara mengalah setelah melihat amukan sang putra mahkota tak mau reda. Mengangkat piringnya, duduk di kursi sebelah, berhadapan dengan kedua putrinya. Baru saja akan menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, kembali terdengar suara Real.
“No! Daddy syana ...” Tangan anak tiga tahun itu menunjuk ke ujung meja makan. Meminta Bara memisahkan dirinya. Jauh dari anggota keluarga yang lain.
“Daddy mau makan di sini saja,” tolak Bara, terbahak melihat Real semakin menjadi.
“Mommy ....” ucap Real di tengah amukannya.
“Mas, kenapa kamu senang sekali mengerjainya?” protes Bella, saat melihat Bara menertawai putranya yang masih saja mengamuk.
“Dia yang mengerjaiku duluan, Bell,” lanjut Bara, masih enggan berpindah.
“Sudah Dek, biarkan Daddy duduk di sini ya. Mommy suapin serealnya.”
“No! Daddy syana!” Masih menunjuk ke arah yang sama. Belum mau berhenti mengamuk sampai keinginannya terpenuhi.
Setelah hampir sepuluh menit meramaikan meja makan, Bara mengalah saat melihat tangisan putranya tetap tidak mau berhenti.
“Habiskan serealmu, Dear. Daddy pindah ke syanaaa,” ucap Bara tergelak, mengikuti gaya bicara putra kesayangannya.
Sembari mengangkat piringnya, pria tampan itu masih mengomel.
“Kamu apa kan putraku sampai seperti ini, Bell?” cicitnya dengan raut menyedihkan. Membawa sepiring nasi goreng, duduk menjauh dari semuanya.
“Itu salahmu, Mas. Setiap hari mengajaknya bertengkar!” sahut Bella, tidak mau disalahkan.
“Sudah menangisnya, Real. Tidak boleh seperti ini pada Daddy. Nanti siapa yang akan membelikanmu mobil-mobilan remote control,” bujuk Bella.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
lili
aku melipir lagi kesini
2024-05-06
0
reza indrayana
😍😍😍 musuh bebuyutan Daddy y Real..., lucu dechh...., 🥰🥰🥰😘😘😘
2024-02-10
0
Ceaser Ari
seru ceritanya
2023-03-18
0