Bab 2. Pulang malam dan keluar kota

Menyelesaikan sisa waktu sarapan pagi dengan tenang setelah Real berhenti membuat kekacauan, anggota keluarga Barata Wirayudha disibukan dengan menu makanan di atas piring mereka masing-masing. Rania terlihat memotong telur dadarnya dengan sendok dan menusuknya bersama dengan potongan kentang.

Issabell, gadis kecil itu menggenggam sandwich dengan daging asap dan keju lembaran terjepit di dalamnya. Melahap sandwich racikan sang mommy dengan begitu antusias. Real, putra mahkota Bara itu terlihat sibuk menarik masuk cairan kental yang memenuhi rongga hidungnya, imbas mengamuk tak berkesudahan.

“Sudah Real, ayo Mommy suapi serealnya.” Bella meraih putranya. Membawa batita itu duduk di pangkuan setelah menyingkirkan sepiring nasi goreng miliknya yang baru akan disentuh. Mengalah demi memastikan Real menghabiskan sarapannya. Menyuapi dengan telaten, sesekali mengusap noda susu memutih di sudut bibir mungil Real.

Dan sang kepala keluarga yang terasing, terlihat menyelesaikan sarapannya dengan buru-buru. Tidak tega saat melihat Bella harus menahan laparnya demi mengurusi Real.

Apa boleh buat, putra mereka satu ini sedikit spesial. Sejak lahir tidak mau dipegang pengasuhnya. Alhasil, Bara hanya mempekerjakan babysitter beberapa bulan saja, seterusnya Bella mengurus sendiri dibantu dengan Ibu Rosma dan Opa Oma Rania yang saat ini sedang liburan ke Bali.

Tampak Bara menghampiri Bella yang sedang memangku Real, setelah merapikan sendok dan garpunya di atas piring yang sudah bersih bersinar.

“Sayang, habiskan sarapanmu. Biarkan aku menemani Real bermain sebentar di halaman depan,” ucap Bara, meraih tubuh Real yang baru saja menghabiskan semangkok sereal.

“Ca, kamu hari ini tidak sekolah, kan?” tanya Bara, menatap putri keduanya yang juga baru selesai menghabiskan sandwich-nya

“Ya, Dad.”

“Ayo ikut Daddy ke depan,” ajak Bara.

“Mas tidak ke kantor?” tanya Bella, mengerutkan dahi.

“Hanya sebentar, Bell. Ini masih pagi. Sambil menunggumu menghabiskan sarapan, aku mau bermain dengan mereka,” jelas Bara. Tanpa menunggu jawaban, pria dengan setelan kerja itu sudah menggendong Real sembari menggandeng Issabell menuju halaman rumah mereka.

Setahun belakangan, perusahaan Bara berkembang pesat. Membuka beberapa cabang di luar kota, membuat Bara harus memangkas waktu berkumpul dengan keluarganya. Tidak jarang pria yang tahun ini akan menginjak usia 41 tahun itu harus mengorbankan kebersamaannya bersama ketiga putra-putrinya.

Mencuri momen singkat di pagi hari seperti inilah yang bisa dilakukan Bara untuk saat ini. Karena ia tahu, setiap pulang kantor hanya akan ada Bella yang menyambutnya. Anak-anak mereka sudah terlelap di peraduan malam, berlayar di alam mimpi.

***

“Mas ....” sapa Bella. Setelah hampir lima belas menit, Bella menyusul Bara. Ikut menikmati pemandangan menenangkan di pagi ini. Terlihat Issabell sedang menemani Real bermain di halaman berumput. Berlarian kecil sesekali berguling di rerumputan hijau.

“Sudah selesai sarapan? Mana Kakak?” tanya Bara, menatap wanita berkaos hitam yang tampak cantik menyegarkan. Wanita yang mengisi hidupnya lima tahun terakhir ini.

“Sebentar lagi Kakak keluar.”

“Bell, tolong awasi anak itu. Aku tidak mau Kakak pacaran dulu, sebelum menyelesaikan sekolahnya.”

“Namanya anak-anak, Mas. Biarkan saja.” Bella menjawab dengan santai. Pandangannya masih tertuju pada Real, putra kecilnya sedang tertawa bersama Issabell.

“Bell, kamu tahu sendiri, kan? Anak-anak seumur Rania itu bagaimana pergaulannya. Pokoknya kakak tidak boleh pacaran dulu sampai menamatkan SMA-nya!” tegas Bara.

“Aku khawatir, Bell. Aku tidak mau Kakak ....”

“Mas, biarkan saja. Namanya juga anak remaja, yang penting diawasi. Jangan terlalu keras, Mas. Kasihan Kakak,” ucap Bella, memberi alasan.

“Bell ....”

“Cukup Mas, aku tidak mau berdebat!” Bella mengangkat tangannya, meminta Bara berhenti berbicara.

“Kita juga pernah ada di posisi Kakak. Apa dulu Mas juga tidak pacaran sewaktu SMA? Bukankah dulu Mas pacaran dengan Mbak Brenda sejak duduk di kelas 10 SMA.” Bella mengingatkan.

Deg—

Bara merapatkan bibirnya, tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Ucapan istrinya seperti menampar wajahnya sendiri.

“Mas khawatir Kakak akan bersikap aneh-aneh. Itu sebenarnya hanya ketakutan Mas saja ... atau jangan-jangan dulu sewaktu SMA, pergaulan dan gaya pacaran Mas mengkhawatirkan. Jadi Mas tidak mau Kakak mengikuti jejakmu, Mas,” serang Bella.

“Sudah Bell, kita selesaikan perdebatan sampai di sini saja. Intinya, tolong kamu awasi anak itu. Aku mengkhawatirkannya,” ucap Bara, menelan ludahnya.

Sejak hamil, melahirkan sampai sekarang dia selalu kalah setiap berdebat dengan Bella. Ada-ada saja kalimat Bella yang sanggup mematahkan pendapatnya. Bara sampai heran sendiri, sejak kapan istrinya menjadi begini cerdas dan pintar membantah kata-katanya.

Kalau tahu Bella sepintar ini, harusnya ia mengirim istrinya ke fakultas hukum dulunya. Setidaknya kepintaran Bella bisa disalurkan di ruang sidang dan tidak perlu berdebat dengannya yang hanya seorang arsitek.

Dari dalam rumah, muncul Rania dengan tas menggantung membelah tubuhnya. Tersenyum, sembari menatap layar ponsel, sehingga nyaris tersandung pijakan anak tangga,

“Tuh, Mom. Apa tidak lihat?” Bara sudah memulai kembali.

“Biasa saja Mas. Aku akan mengawasinya, Mas tidak perlu khawatir.” Bella menenangkan.

Memilih tidak mau berdebat lagi, Bara meneriaki Real dan Issabell sebelum berangkat ke kantor.

“Sayang, Daddy mau berangkat ke kantor sekarang. Ayo!” teriak Bara, menarik celana kainnya dan berjongkok menyambut putra dan putrinya. Dalam hitungan detik, Issabell dan Real menghambur naik ke gendongan Bara. Satu di sisi kiri, satu di sisi kanan.

“Daddy mau ke kantor, hari ini daddy pulang malam lagi.” Bara berpamitan, mengecup pipi Issabell dan Real bergantian.

“Dad, mau mobil emot,” pinta Real.

“Ya, minggu kita beli mobil-mobilan.” Bara tersenyum menatap putranya. Miniatur dirinya, sama kerasnya, sama emosiannya.

Menurunkan keduanya, beralih memeluk Rania. “Kakak berangkat dengan Pak Rudi, ya. Daddy harus ke puncak hari ini.” Bara mengecup kening putrinya, menepuk pelan pipi gadisnya yang semakin hari semakin cantik. Kecantikan Rania yang pad akhirnya membuat Bara khawatir. Takut dengan kumbang jantan yang akan datang memetik madu.

“Ya, Dad.” Rania menjawab singkat.

Setelah melepaskan pelukannya pada Rania, Bara beralih menatap Bella. “Mom, aku harus keluar kota lagi. Pulang malam dan ...”

“Ya, Mas,” potong Bella, tersenyum. Ibu muda itu mulai terbiasa dengan kesibukan Bara, tidak pernah protes, tidak pernah mengeluh.

“Love you, Sweetheart.” Kecupan tipis di bibir Bella, sebelum masuk ke dalam mobil. Diiringi lambaian ketiga anaknya.

***

“Mom, Daddy tidak punya istri lagi, kan?” celetuk Rania tiba-tiba. Keduanya masih menatap mobil Bara yang menghilang di balik pagar rumah mewah mereka.

“Apaan sih, Kak!” ucap Bella, menatap tajam ke arah Rania.

“Kakak itu bukan anak kecil lagi. Daddy itu pulang malam hampir setiap hari. Keluar kota hampir setiap minggu. Memang Mommy tidak curiga?” tanya Rania.

Deg—

“Masuk ke mobil sekarang, Kak. Pak Rudi sudah menunggu,” usir Bella, berusaha menghempas pikiran buruk yang ditanamkan Rania padanya.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Aisyah Septiyasa

Aisyah Septiyasa

Wah jangan2 benar bara ada sesuatu yg di sembunyikan dr bella

2022-12-03

0

Nur Lizza

Nur Lizza

semoga dugaan rania tdk benar

2022-10-22

0

M.azril maulana

M.azril maulana

harus nya memang begitu,patut di curigai

2022-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2 Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3 Bab 3. Sekretaris baru
4 Bab 4. Pulang terlambat
5 Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6 Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7 Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8 Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9 Bab 9. Kepercayaan
10 Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11 Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12 Bab 12. Tamu di sore hari
13 Bab 13. Rikka Cantika
14 Bab 14. Kumpulan Sampah
15 Bab 15. Gangguan di pagi hari
16 Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17 Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18 Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19 Bab 19. Kenakalan Real
20 Bab 20. Kamu cantik!
21 Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22 Bab 22. Rikka dan ibunya
23 Bab 23. Pertengkaran
24 Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25 Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26 Bab 26. Hamil
27 Bab 27. Kunjungan Kailla
28 Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29 Bab 29. Ancaman Bara
30 Bab 30. Rujak serut
31 Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32 Bab 32. Ayah sempurna
33 Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34 Bab 34. Nasi goreng
35 Bab 35. Berburu mangga
36 Bab 36. Piknik
37 Bab 37. Tragedi
38 Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39 Bab 39. Ricko lagi
40 Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41 Bab 41. Ibu Dian terkejut
42 Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43 Bab 43. Ayah Daddy
44 Bab 44. Lontong balap
45 Bab 45. Ketiga anak Bara
46 Bab 46. Masalah Bara
47 Bab 47. Menemui Bara
48 Bab 48. Menjual rumah
49 Bab 49. Bantuan Pram
50 Bab 50. Pratama Wirayudha
51 Bab 51. Menjenguk adik bayi
52 Bab 52 : Kekesalan Bella
53 Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54 Bab 54 : Bara vs Matt
55 Bab 55. Kita putus
56 Bab 56 : Ketahuan
57 Bab 57 : Nasib Aa Teo
58 Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59 Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60 Bab 60 : Persiapan melahirkan
61 Bab 61 : Pamit keluar kota
62 Bab 62 : Kepanikan Bara
63 Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64 Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65 Bab 65 : Kemarahan Bara
66 Bab 66 : Pertengkaran
67 Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68 Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69 Bab 69 : Masih di-lockdown
70 Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71 Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72 Bab 72 : Babysitter baru
73 Bab 73 : Kunjungan Matt
74 Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75 Bab 75 : Aku titip Issabell
76 Bab 76 : Pernikahan Rikka
77 Bab 77. Utusan Tuhan
78 Bab 78. Om Di Caprio
79 Bab 79. Akhirnya - ENDING
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2
Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3
Bab 3. Sekretaris baru
4
Bab 4. Pulang terlambat
5
Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6
Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7
Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8
Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9
Bab 9. Kepercayaan
10
Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11
Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12
Bab 12. Tamu di sore hari
13
Bab 13. Rikka Cantika
14
Bab 14. Kumpulan Sampah
15
Bab 15. Gangguan di pagi hari
16
Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17
Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18
Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19
Bab 19. Kenakalan Real
20
Bab 20. Kamu cantik!
21
Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22
Bab 22. Rikka dan ibunya
23
Bab 23. Pertengkaran
24
Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25
Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26
Bab 26. Hamil
27
Bab 27. Kunjungan Kailla
28
Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29
Bab 29. Ancaman Bara
30
Bab 30. Rujak serut
31
Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32
Bab 32. Ayah sempurna
33
Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34
Bab 34. Nasi goreng
35
Bab 35. Berburu mangga
36
Bab 36. Piknik
37
Bab 37. Tragedi
38
Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39
Bab 39. Ricko lagi
40
Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41
Bab 41. Ibu Dian terkejut
42
Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43
Bab 43. Ayah Daddy
44
Bab 44. Lontong balap
45
Bab 45. Ketiga anak Bara
46
Bab 46. Masalah Bara
47
Bab 47. Menemui Bara
48
Bab 48. Menjual rumah
49
Bab 49. Bantuan Pram
50
Bab 50. Pratama Wirayudha
51
Bab 51. Menjenguk adik bayi
52
Bab 52 : Kekesalan Bella
53
Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54
Bab 54 : Bara vs Matt
55
Bab 55. Kita putus
56
Bab 56 : Ketahuan
57
Bab 57 : Nasib Aa Teo
58
Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59
Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60
Bab 60 : Persiapan melahirkan
61
Bab 61 : Pamit keluar kota
62
Bab 62 : Kepanikan Bara
63
Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64
Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65
Bab 65 : Kemarahan Bara
66
Bab 66 : Pertengkaran
67
Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68
Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69
Bab 69 : Masih di-lockdown
70
Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71
Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72
Bab 72 : Babysitter baru
73
Bab 73 : Kunjungan Matt
74
Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75
Bab 75 : Aku titip Issabell
76
Bab 76 : Pernikahan Rikka
77
Bab 77. Utusan Tuhan
78
Bab 78. Om Di Caprio
79
Bab 79. Akhirnya - ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!