"Kak Rissa."
Suara lembut Bella menyapa tamu yang diyakini adalah sang kakak. Meski hubungan mereka sempat memburuk, tetapi ikatan darah dan persaudaraan tidak akan terputus begitu saja.
Seburuk-buruknya, bagi Bella tetap saja Rissa seorang kakak yang dicintainya. Bagaimana kondisi Rissa sekarang, tentu saja ia akan menerimanya dengan tangan terbuka. Kepulangan Rissa adalah harapannya dan sang ibu yang tidak pernah lepas mendoakan.
Walau umur mereka terpaut jauh, tetapi mereka menghabiskan waktu bersama. Masa kecil Bella dihabiskan berdua dengan Rissa. Suka, duka, tangis dan tawa mereka lewati dengan saling memeluk dan bergandengan tangan. Tentu saja semua kenangan masa kecil itu begitu membekas di hati Bella.
Apalagi sejak kepergian ayah mereka, satu-satunya yang menemani dan mengurusnya hanya Rissa yang waktu itu sudah mulai beranjak dewasa. Mereka berdua merasakan bagaimana menyedihkan saat ditinggal ibu bekerja. Berdua di rumah kontrakan, terkadang harus menahan lapar sepulang sekolah karena tidak punya uang untuk makan. Sedangkan ibu mereka masih banting tulang mengais rezeki sepeninggalan almarhum ayah.
Langkah kaki ibu muda itu terhenti. Masih dengan mendekap Real, netra hitam Bella membola. Kedua putri yang tampak mengekor di belakang, heran melihat reaksi sang mommy tiba-tiba membeku di tempat.
"Mom, ada apa?" tanya Rania sambil menggenggam erat tangan Issabell. Berdiri di samping Bella, ikut menatap ke arah yang sama.
Seorang perempuan cantik dengan rambut hitam jelaga sebatas bahu. Tergerai indah dengan sebagian surai menutupi wajahnya bagai cadar sutra. Perempuan muda itu berdiri, tersenyum menatap Bella dan putra-putrinya bergantian.
"Siapa Mom?" tanya Rania memecah kesunyian. Gadis itu bersuara setelah melihat Bella tidak bereaksi. Hanya mematung di tempat tanpa bersuara. Menatap bingung ke tamu tak diundang di penghujung petang.
Suara putri tertuanya bagai lonceng pengingat, tiba-tiba membuat Bella tersentak dan tersadar dari lamunan sesaat.
"Mommy tidak tahu, Sayang."
"Perkenalkan aku Rikka. Rikka Cantika." Perempuan cantik berlesung pipit itu berjalan mendekat, kemudian mengulurkan tangannya yang halus mulus. Terlihat sekali, ia ingin menjaga sopan dan memberi kesan baik pada tuan rumah.
"Bella Cantika." Ibu muda itu menyambut tangan sang tamu dengan pikiran menerawang. Senyum terpaksa begitu kentara di bibirnya.
Ia belum mengerti siapa dan bagaimana bisa seseorang mengaku sebagai kakaknya. Jelas-jelas Bella tidak mengenal siapa perempuan di hadapannya ini. Satu-satunya yang membuat ia merasa familiar saat tamu perempuan itu menyebut nama belakang yang sama dengan nama belakang miliknya.
"Cantika?" Bella mengulang kembali nama belakang itu.
"Aku adiknya Kak Rissa Cantika. Kami ...." Tamu perempuan itu tidak bisa melanjutkan kalimatnya, Bella sudah mengangkat tangan meminta agar ia berhenti bicara.
"Kak, ajak Real dan Caca ke kamar. Tolong jangan keluar sampai menemui kalian di kamar." Bella memerintah sembari menurunkan Real dari gendongannya.
"Ca, bantu kakak jaga adik, ya," pesan Bella pada putri keduanya.
"Baik Mom." Baik Rania dan Issabell menjawab bersamaan.
"Kalau adik rewel ... minta bantuan mbak," lanjut Bella.
"Ya, Mom." Tanpa banyak protes, Rania menurut. Menuntut kedua adiknya masuk ke dalam rumah.
Bella tersenyum melihat punggung putra dan putrinya menghilang, meninggalkannya dan perempuan asing itu berdua di ruang tamu.
"Silahkan duduk." Bella mempersilakan.
"Terima kasih."
"Kalau boleh tahu ... apa maksud kedatangan Mbak Rikka ke sini? Ada keperluan apa, ya?" Bella melempar pertanyaan beruntun. Tersenyum kaku, duduk di sofa tepat di seberang tamunya. Hanya terpisah dengan sebuah meja tamu marmer putih.
"Aku ingin menemui Tante Rosma dan Kak Rissa." Tamu bernama Rikka itu menjawab dengan tenang. Memamerkan seutas senyuman indah.
"Maaf, ada hubungan apa dengan ibuku dan Kak Rissa?" tanya Bella masih belum bisa menebak dan merangkai sama sekali.
"Aku Rikka, adik kandung Kak Rissa," jelasnya santai.
Bella terkejut, masih belum bisa mengurai cerita yang keluar dari bibir Rikka. Sebaliknya, ia semakin bingung dengan segala informasi yang menamparnya tiba-tiba.
"Maaf ... bagaimana?" tanya Bella ragu.
"Aku Rikka, tante Rosma pasti mengenalku. Apalagi Kak Rissa. Aku dan mamaku kehilangan jejak mereka selama ini. Bisakah membantuku untuk bertemu dengan mereka?" tanyanya.
"Maaf, tapi ibuku sedang di Bali. Beberapa hari lagi baru kembali. Kalau Kak Rissa ...." Lidah Bella keluh saat menceritakan tentang Rissa. Yang jelas, ia juga tidak bisa menceritakan yang sebenarnya terjadi. Musibah yang dialami Kak Rissa adalah aib keluarga yang harus disembunyikannya. Apalagi ia tidak mengenal jelas siapa perempuan yang bertamu di rumahnya.
"Oh ...." Rikka tertunduk menyimpan kecewa.
"Maaf, kalau boleh aku tahu ... bagaimana bisa mendapatkan alamat di sini?" tanya Bella penasaran.
"Awalnya aku mendapatkan alamat rumah yang di Surabaya. Dan pekerja di sana memberi alamat rumah sini. Tante Rosma katanya sudah tidak tinggal di Surabaya."
"Ya, ibu lebih sering tinggal bersamaku. Ada apa mencari ibu?" todong Bella.
"Em ...." Rikka terlihat ragu. Kedua tangannya saling meremas di atas pangkuan. Sejak tadi perempuan itu tampak gusar dan tidak tenang. Apalagi mendengar pertanyaan Bella, gugup yang sejak tadi disembunyikannya semakin nyata.
Bella menatap lekat pada lawan bicaranya sebaliknya Rikka hanya mampu mencuri pandang diam-diam. Tidak berani memandang Bella secara terang-terangan.
Suasana canggung di ruang tamu itu mencair saat seorang asisten rumah keluar dengan nampan di tangannya.
"Maaf mengganggu. Silakan," ucap asisten rumah sembari berlutut dan menata secangkir teh manis hangat dengan setoples kukis kacang di atas meja.
"Terima kasih." sahut Rikka tersenyum kaku.
"Silakan Mbak Rikka." Bella mempersilakan. Netra indahnya masih menatap tamunya tak berkedip. Meneliti Rikka sampai tak ada satu pun yang terlewati.
"Maaf ... bisa tolong ceritakan padaku lebih detail lagi. Apa maksudmu mengatakan kalau Kak Rissa itu kakakmu dan ibuku adalah tantemu. Aku masih belum paham sampai sejauh ini." Bella kembali mencerca Rikka.
"Kak Rissa itu kakak kandungku. Tante Rosma tahu jelas. Aku datang ke sini ingin bertemu dengan kakakku. Mama ingin bertemu dengan Kak Rissa." Rikka menjelaskan.
"Aku masih bingung. Bagaimana kamu bisa mengatakan kalau Kak Rissa adalah kakakmu. Setahuku kami hanya dua bersaudara. Kami tumbuh bersama, tidak ada kisah Mbak Rikka di dalam keluarga kami."
"Maaf, aku tidak bisa menjelaskan. Kalau Tante Rosma ada di sini, aku yakin tante akan paham dengan semua yang aku ceritakan," jelas Rikka.
Bella tersenyum kecut. “Bagaimana bisa membantu, kalau persoalannya saja aku tidak tahu jelas.”
“Mamaku sedang sakit keras. Ingin bertemu Kak Rissa. Sudah hampir 13 tahun kami mencari keberadaan Kak Rissa dan Tante Rosma.” Rikka menimpali.
Bella tertegun, tidak bisa berkata-kata. Ingin rasanya mengusir, tetapi hatinya tidak setega itu.
***
To be continue
Love you all
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
berarti rissa kembaran rikka , bukan saudara kandung bella melainkan saudara sepupu
2022-10-24
0
nur
Bella rupanya anak tunggal mama rosma
2022-09-13
0
Mariyati Pasaribu
pantas karakter bella ,risa beda ternyata beda ibu
2022-01-07
1