Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita

Bara duduk sembari menjungkir balikkan pena mahalnya yang terselip di antara jari tengah dan telunjuknya. Pria dengan lengan kemeja tergulung sebatas siku itu sedang menyimak semua informasi yang dibagi Dion, asistennya.

Di sebelah Dion, Donita tampak duduk sembari mencatat instruksi yang keluar dari bibir atasannya. Tidak ada satu pun yang lolos, Donita sangat terampil bekerja. Itu juga poin yang membuat Bara menyukainya sebagai sekretaris.

“Bagaimana proyek di Kalimantan? Sudah sampai tahap mana?” Bara bertanya, menatap seksama Donita yang sibuk dengan pena dan buku catatan. Mengalihkan pandangan pada Dion, anak muda itu begitu bersemangat menggeser layar tabletnya. Bersiap menunjukan bukti nyata hasil kerja keras para pekerja di lapangan.

“Ini, Pak.”

Dion menyodorkan proyek pembangunan perumahan dengan konsep kota mandiri yang sudah rampung tujuh puluh persen. Menggandeng PW Group, ini adalah proyek pertama perusahaan Bara yang sebelumnya lebih fokus pada desain interior. Melebarkan sayapnya di bidang property developer dan real estate, Bara mengincar daerah berkembang di luar pulau Jawa.

Bara mengganguk. Menatap foto-foto yang bergantian di layar. Senyum penuh kepuasan dengan hasil kerja bawahannya termasuk Dion yang sudah sangat bekerja keras dalam hal ini.

“Tolong koordinasikan dengan Kevin. Beberapa hari yang lalu, Wira menghubungiku ... kalau proyek di Kalimantan untuk selanjutnya akan diambil alih Kevin. Wira sedang panen proyek kelas kakap, dia tidak akan tertarik mengurusi proyek receh seperti ini,” ungka Bara, tersenyum.

“Baik, Pak.”

Tatapan Bara beralih pada Donita, meneliti wajah gadis cantik itu dengan seksama. Seperti ada yang berbeda dengan sorot mata yang meredup dengan kulit wajah sedikit pucat.

“Are you okay, Nita?” tanya Bara, melepaskan pena dari tangannya. Berganti dengan menautkan jemarinya di atas meja.

“Ya, Pak,” sahut Donita pelan.

“Oke, ini sudah lewat jam makan siang. Kalian boleh kembali ke tempat masing-masing,” ujar Bara, menatap jam di pergelangan tangannya. Pria tampan itu menghela napas, menyemburkan penat dan lelahnya bekerja dari pagi hingga tengah hari.

Kedua bawahan Bara mengangguk. Segera membereskan barang-barang milik mereka dan bersiap keluar dari ruangan. Dion yang melangkah lebih dulu, diikuti Donita menenteng buku agenda dengan pena terselip di dalamnya.

Tepat saat Dion menggenggam gagang pintu, Donita yang berdiri di belakangnya tumbang. Seperti kehilangan kekuatan, tubuhnya luruh di lantai dingin ruang kerja Bara. Kesadarannya pun lenyap seiring tubuh yang melemah, tergolek di lantai setelah sebelumnya sempat menghantam ubin.

“NITA!” pekik Bara, menghambur ke arah Donita. Gadis muda itu pingsan di depan matanya.

Dion yang tidak kalah terkejut, juga melakukan hal yang sama. Buru-buru menggosokan tangannya pada telapak tangan rekannya, berusaha menyadarkan. Lain Dion, lain pula Bara. Pria matang itu meraih kepala Donita, meletakan di pahanya. Menepuk pipi kanan gadis itu dengan tangannya.

“Nita ....”

“Nita ....”

“Nita ....”

Panggilan itu keluar dari bibir keduanya, bersahutan dan panik. Bara yang masih menepuk pipi sekretarisnya kembali terkejut saat pintu ruangannya terbuka. Belum sempat berbicara, putri kecilnya muncul dengan wajah penuh amarah.

“DADDY! teriak Issabell dengan kencang, menghambur masuk mendahului Bella yang mematung di tempat. Gadis kecil itu menahan amarah yang siap diluapkannya sebentar lagi.

“Sayang, kalian datang,” ucap Bara, memandang istri dan anak-anaknya. Bella terkejut di depan pintu masih dengan Real di dalam gendongan.

“Daddy, kenapa memukul tante. Itu sakit. Tante bisa mati kalau dipukul seperti itu!” pekik Issabell menarik tangan Bara. Tidak terima melihat daddy-nya memukul kencang pipi Donita.

Tidak sampai di situ saja, gadis kecil itu juga menarik lengan Bara supaya berdiri. Tentu saja, kepala Donita yang tadinya diletakan di paha Bara, seketika menghantam lantai.

“Caca, tidak boleh kasar, Sayang.” Bella yang mulai bisa menguasai keadaan, melangkah masuk ke dalam.

“Dion, tolong bawa ke klinik,” perintah Bara. Ia masih terkejut dengan kejadian yang begitu cepat dan tiba-tiba.

“Baik Pak.”

Tak lama, Donita di bawa keluar oleh Dion dan beberapa rekannya. Bella menatap gadis itu digotong keluar dari pintu. Terselip tanya di dalam hati, entah apa yang terjadi sampai Donita ambruk seperti itu.

“Apa yang terjadi, Mas? Kenapa dengan Donita?” tanya Bella, beralih menatap suaminya.

“Tidak tahu, tiba-tiba Donita jatuh di depan mataku,” sahut Bara, mengatur napasnya, berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak kencang. Setelah berhasil menguasai keadaan, pria itu meraih putranya Real dari gendongan Bella.

“Jagoan Daddy datang,” ucap Bara, mengecup pipi Real. Anak laki-laki itu masih lemas karena belum lama terbangun. Menelungkup manja di pundak Bara.

“Ca, kamu tidak menyapa Daddy?” tanya Bara, melihat gadis kecilnya sedang berdiri menatap dengan kedua tangan terlipat di dada.

“Apa yang Daddy lakukan tadi. Daddy memukul tante sampai jatuh.” Issabell berkata dengan pipi cemberut.

“Bukan Sayang, tante sedang sakit. Bukan Daddy yang memukul tante, Sayang.” Bella menjelaskan.

“Benarkah?” tanya Issabell, masih tidak percaya. Terlalu sering melihat Bara marah-marah, bahkan ia sudah hafal bagaimana cara sang mommy menenangkan daddy-nya setiap naik darah. Emosi dan sikap Bara sudah tertanam di dalam otak Issabell.

“Caca tidak boleh seperti itu. Daddy tadi bukan marah. Tante sedang sakit, jadi Daddy membangunkannya,” jelas Bella, menahan tawa. Sejak kecil memang Issabell lebih kritis dibanding Rania. Kalau terjadi selisih paham di antara ia dan Bara, Issabell akan mendukung dan membelanya tanap mencari tahu apa yang terjadi.

Tatapan ibu muda itu beralih menatap Bara. Kebahagiaan merayap ke relung hatinya saat melihat suaminya begitu bahagia menyambut kedatangan mereka.

“Mas, aku bawakan makan siang untukmu. Aku siapkan, ya,” ucap Bella, meraih kotak makanan yang diletakan Issabell di atas kursi. Putri keduanya terlihat sudah mulai bersahabat, ikut naik ke gendongan Bara.

“Ya, Sayang.” Bara menjawab tanpa menoleh pada istrinya. Ia sedang sibuk membawa Real dan Issabell ke jendela besar di kiri ruangannya. Menunjukan pemandangan gedung-gedung pencakar langit.

Menggeser pelan tumpukan berkas di atas meja kerja Bara, Bella tertegun saat melihat salinan biaya rumah sakit terselip di antara kertas-kertas penting perusahaan.

“Mas .... ini apa?” Reflek Bella bertanya, menunjukannya pada sang suami.

“Oh ... itu milik Donita,” sahut Bara, melirik sekilas.

Deg —

“Maksudnya bagaimana, Mas?” tanya Bella, masih saja belum puas dengan jawaban Bara.

“Itu biaya rumah sakit papa Donita.”

Bella terperanjat. Seperti apa sebenarnya hubungan Bara dengan Donita sampai salinan biaya rumah sakit orang tuanya pun sampai ke tangan Bara. Ada banyak prasangka menyerang pikiran saat ini.

“Donita lagi! Sebenarnya ada apa antara suamiku dengan Donita. Sampai-sampai masalah keluarganya pun Mas Bara ikut campur. Apa jangan-jangan uang yang ditransfer itu untuk ini.”

Bella mengamati jumlah biaya yang tertera di kertas yang masih dipengangnya. Mulutnya terngaga saat melihat angka seratus juta sekian. Itu bukan angka yang sedikit, bahkan rekening tabungannya pun tidak pernah menyentuh angka sebanyak itu.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Ninda Yulia

Ninda Yulia

Thor buat cerita issabell sudah besar dong

2024-06-25

0

Nur Lizza

Nur Lizza

kdng lht bara menjengkelkn.kok bs bella diam aj.klu jd aku uda uda berontak

2023-01-01

0

ria aja

ria aja

pisah sja suami yg suka nolong org tnpa ksih tau k istri

2022-12-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2 Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3 Bab 3. Sekretaris baru
4 Bab 4. Pulang terlambat
5 Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6 Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7 Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8 Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9 Bab 9. Kepercayaan
10 Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11 Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12 Bab 12. Tamu di sore hari
13 Bab 13. Rikka Cantika
14 Bab 14. Kumpulan Sampah
15 Bab 15. Gangguan di pagi hari
16 Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17 Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18 Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19 Bab 19. Kenakalan Real
20 Bab 20. Kamu cantik!
21 Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22 Bab 22. Rikka dan ibunya
23 Bab 23. Pertengkaran
24 Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25 Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26 Bab 26. Hamil
27 Bab 27. Kunjungan Kailla
28 Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29 Bab 29. Ancaman Bara
30 Bab 30. Rujak serut
31 Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32 Bab 32. Ayah sempurna
33 Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34 Bab 34. Nasi goreng
35 Bab 35. Berburu mangga
36 Bab 36. Piknik
37 Bab 37. Tragedi
38 Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39 Bab 39. Ricko lagi
40 Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41 Bab 41. Ibu Dian terkejut
42 Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43 Bab 43. Ayah Daddy
44 Bab 44. Lontong balap
45 Bab 45. Ketiga anak Bara
46 Bab 46. Masalah Bara
47 Bab 47. Menemui Bara
48 Bab 48. Menjual rumah
49 Bab 49. Bantuan Pram
50 Bab 50. Pratama Wirayudha
51 Bab 51. Menjenguk adik bayi
52 Bab 52 : Kekesalan Bella
53 Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54 Bab 54 : Bara vs Matt
55 Bab 55. Kita putus
56 Bab 56 : Ketahuan
57 Bab 57 : Nasib Aa Teo
58 Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59 Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60 Bab 60 : Persiapan melahirkan
61 Bab 61 : Pamit keluar kota
62 Bab 62 : Kepanikan Bara
63 Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64 Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65 Bab 65 : Kemarahan Bara
66 Bab 66 : Pertengkaran
67 Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68 Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69 Bab 69 : Masih di-lockdown
70 Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71 Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72 Bab 72 : Babysitter baru
73 Bab 73 : Kunjungan Matt
74 Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75 Bab 75 : Aku titip Issabell
76 Bab 76 : Pernikahan Rikka
77 Bab 77. Utusan Tuhan
78 Bab 78. Om Di Caprio
79 Bab 79. Akhirnya - ENDING
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2
Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3
Bab 3. Sekretaris baru
4
Bab 4. Pulang terlambat
5
Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6
Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7
Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8
Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9
Bab 9. Kepercayaan
10
Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11
Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12
Bab 12. Tamu di sore hari
13
Bab 13. Rikka Cantika
14
Bab 14. Kumpulan Sampah
15
Bab 15. Gangguan di pagi hari
16
Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17
Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18
Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19
Bab 19. Kenakalan Real
20
Bab 20. Kamu cantik!
21
Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22
Bab 22. Rikka dan ibunya
23
Bab 23. Pertengkaran
24
Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25
Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26
Bab 26. Hamil
27
Bab 27. Kunjungan Kailla
28
Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29
Bab 29. Ancaman Bara
30
Bab 30. Rujak serut
31
Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32
Bab 32. Ayah sempurna
33
Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34
Bab 34. Nasi goreng
35
Bab 35. Berburu mangga
36
Bab 36. Piknik
37
Bab 37. Tragedi
38
Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39
Bab 39. Ricko lagi
40
Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41
Bab 41. Ibu Dian terkejut
42
Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43
Bab 43. Ayah Daddy
44
Bab 44. Lontong balap
45
Bab 45. Ketiga anak Bara
46
Bab 46. Masalah Bara
47
Bab 47. Menemui Bara
48
Bab 48. Menjual rumah
49
Bab 49. Bantuan Pram
50
Bab 50. Pratama Wirayudha
51
Bab 51. Menjenguk adik bayi
52
Bab 52 : Kekesalan Bella
53
Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54
Bab 54 : Bara vs Matt
55
Bab 55. Kita putus
56
Bab 56 : Ketahuan
57
Bab 57 : Nasib Aa Teo
58
Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59
Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60
Bab 60 : Persiapan melahirkan
61
Bab 61 : Pamit keluar kota
62
Bab 62 : Kepanikan Bara
63
Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64
Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65
Bab 65 : Kemarahan Bara
66
Bab 66 : Pertengkaran
67
Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68
Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69
Bab 69 : Masih di-lockdown
70
Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71
Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72
Bab 72 : Babysitter baru
73
Bab 73 : Kunjungan Matt
74
Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75
Bab 75 : Aku titip Issabell
76
Bab 76 : Pernikahan Rikka
77
Bab 77. Utusan Tuhan
78
Bab 78. Om Di Caprio
79
Bab 79. Akhirnya - ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!