Memutuskan sambungan video, Bella melemas. Tidak bisa berpikir jernih, bayangan kecantikan Donita mengganggu otaknya.
“Kailla ... apa aku tanya Kailla saja, ya,” bisiknya.
Menggeser kembali layar gawainya, Bella segera mencari nomor kontak sahabatnya itu. Tak sabar menunggu panggilan itu tersambung, ia harus meminta petuah dari Kailla yang suaminya juga seorang pengusaha. Yang kesehariannya juga ditempeli sekretaris cantik dari pagi hingga senja.
“Boo, apa kabar?” Terdengar suara renyah Kailla dari seberang.
“Baik, Kai. Kamu sedang sibuk?” tanya Bella pelan. Mengedarkan pandangan ke sekeliling, tidak mau suaranya terdengar oleh orang lain.
“Tidak. Aku sedang di luar. Biasa ....” Suara Kaila terdengar menggoda.
“Astaga Kailla, kamu dengan siapa?” tanya Bella.
“Jangan macam-macam deh!” omel Bella lagi.
“Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku hanya makan siang di kampus. Ada apa menghubungiku, Boo,” tanya Kailla heran.
“Aku bisa meminta pendapatmu?” tanya Bella ragu-ragu.
“Ada apa?” tanya Kailla.
“Em ... Om Pram, apa pernah keluar kota dengan sekretarisnya?” tanya Bella.
“Tidak! Suamiku tidak pernah seperti itu. Suamiku pria baik-baik,” sahut Kailla dengan santai.
“Wanita di dalam hidupnya hanya Tante Anita dan Kailla Riadi Dirgantara. Tante Anita masa lalunya dan Kailla masa depannya.,” ucap Kailla dengan bangganya.
“Benarkah?” tanya Bella lagi.
“Mmmm.”
“Om Pram punya masa lalu?” tanya Bella, mulai penasaran.
“Ya punya, Boo. Suamiku pria normal. Pasti punya wanita di masa lalu.” Kailla menjawab dengan santai.
“Memang ada masalah dengan masa lalu Om Bara?” Kailla balik bertanya.
“Bukan masa lalu, tetap masa depannya, Kai,” jelas Bella.
“Memang ada masalah apa denganmu, Bell?” tanya Kailla, heran.
“Bukan aku, Kai ....”
“Lah, bukannya kamu masa depannya Om Bara. Memang suamimu ada berapa banyak masa depan, Bell?” tanya Kailla bingung.
“Aku ... aku ....” Bella ragu menceritakan masalahnya.
“Aduh Boo. Jadi istri jangan curigaan terus. Kalau curiga, langsung ditanya saja ke orangnya. Jangan disimpan dalam hati. Nanti sakit sendiri. Tanya saja langsung sama Om Bara. Kenapa harus menduga-duga. Belum tentu seperti yang kamu pikirkan, Boo. Bisa saja salah paham,” jelas Kailla.
“Begitu, kah?” tanya Bella ragu-ragu.
“Hmmm.”
“Lagian ya, Boo. Kalau ada perempuan, mau mendekati Om Bara harusnya kamu jangan takut. Lawan Boo! Kalau suami sayang sama kita, pasti dia akan mendukung kok,” lanjut Kailla, mengompori.
“Lalu, aku harus bagaimana?” tanya Bella, meminta pendapat.
“Harus bagaimana apanya, Boo? Masalahnya apa?” tanya Kailla.
“Suamiku punya sekretaris baru, cantik sekali.” Bella mulai bercerita.
“Lalu masalahnya apa kalau sekretaris Om Bara cantik.”
“Aku takut suamiku tertarik dengan sekretarisnya, Kai. Mana sering keluar kota sama-sama lagi,” lanjut Bella.
“Aduh duh duh, Boo! Itu baru dugaan, belum kenyataan. Kalau sudah di depan mata, baru ambil tindakan. Jangan cari masalah deh, Boo. Pastikan dulu kalau Om Bara tidak macam-macam di luar sana. Nanti jadi masalah, kalau dugaanmu salah. Bertengkar lagi, berantem lagi. Mendingan tanya langsung, pastiin langung, Boo. Pokoknya jangan menduga-duga,” cerocos Kailla.
“Jadi ... aku harus bertanya dulu pada suamiku, Kai? tanya Bella dengan polosnya.
“Kalau kamu tidak mempercayai Om Bara, mendingan bertanya langsung, Boo. Kalau ada yang tidak kamu suka, diomongin Boo. Jangan didiamkan, menumpuk malah jadi masalah.”
“Lagipula kenapa sih sepertinya kalau sama Om Bara itu takut sekali. Kamu itu istrinya, Boo. Kalau ada yang kamu butuhkan tinggal ngomong. Kalau butuh kejelasan, tinggal bicarakan. Apa susahnya, sih. Apa perlu aku yang bicara langsung dengan Om bara, mengeluhkan semua unek-unekmu,” lanjut Kailla.
“Ja-jangan Kai.” Buru-buru Bella menyela. Bukannya dia tidak tahu bagaimana Kailla, tidak pernah main-main dengan ucapannya. Kalau dia salah bicara, bisa saja Kailla melabrak suaminya. Kailla terkenal dengan rasa solidaritas yang tinggi. Kalau sampai ia salah bicara, bisa saja solidaritas Kailla jadi kebablasan. Kailla tidak akan membiarkan ia diinjak-injak, termasuk oleh suaminya sendiri. Ia mengingat jelas, berapa kali Kailla membelanya di mall, sampai mereka harus berurusan dengan security.
“Boo, kalau sama suami itu harus terbuka. Apa yang kamu rasakan itu harus diungkapkan. Mau manja, mau marah, mau ngambek, ditunjukan, Boo. Jangan kaku!” lanjut Kailla lagi, mulai menasehati.
“Terkadang suami itu suka dimanjakan sekaligus suka kalau istrinya bermanja-manja. Jangan terlalu kaku, Boo. Sesekali minta digendong Om Bara, tidak apa-apa. Asal jangan minta digendong laki-laki lain,” celetuk Kailla, terkekeh.
“Serius?”
“Ya, Boo. Aku malah tiap malam minta digendong suamiku!” cerita Kailla, kembali terbahak.
“Suamimu tidak protes, Boo?” tanya Bella, terbelalak.
“Tidak, suamiku suka-suka saja. Tidak protes sama sekali. Terkadang aku yang memeluk dan menciumnya duluan. Kalau perlu, aku yang merayunya duluan.”
“Astaga, Kailla. Itu memalukan!” Bella tidak sanggup membayangkan kalau diminta memeluk atau merayu Bara duluan.
“Sudah, dicoba saja. Itu suami sendiri, Boo. Kenapa harus malu. Bukannya suami orang.”
Bella terdiam.
“Nanti malam Om Bara dirayu pakai gaun malam yang seksi!” Kailla tertawa cekikikan setelah mengucapkannya. Mengingat bagaimana kakunya Bella dan kerasnya Bara.
“Aku ... aku ... tidak ....”
“Sudah! Aku tahu kalau kamu tidak punya gaun malam yang seksi, kan? Aku akan membelinya untukmu. Anggap saja hadiah dariku. Aku akan meminta Ricko mengirim ke rumahmu nanti.” Kailla berkata.
“Tidak perlu, Kai,” tolak Bella.
“Sudah, tidak apa-apa. Semangat, ya!” Kailla berkata.
***
Sampai lewat jam sepuluh malam, Bara masih juga belum terlihat batang hidungnya. Kecurigaan Bella yang tadinya sempat meredup karena nasehat Kailla, kembali mencuat. Sesuai janji Bara di telepon tadi siang, kalau pria itu akan tiba di rumah sekitar jam delapan malam. Namun saat ini sudah terlewat dua jam lebih.
Was-was, menunggu di kamar tidur mereka. Bahkan Bella mengabaikan Real yang malam ini tidur ditemani asisten rumah. Setelah makan malam bersama ketiga anak-anaknya, Bella memilih mengurung diri di kamar tidurnya. Merencanakan sambutan istimewa untuk sang suami sesuai ide Kailla.
“Mas, kamu di mana?” bisik Bella. Berjalan mondar- mandir, sesekali menatap ke cermin meja riasnya. Memandangi diri yang tampak berbeda malam ini. Bella tersipu sendiri, mendapati dirinya berani mengenakan lingerie yang dihadiahkan Kailla.
“Astaga, ini sungguh memalukan,” ucapnya tertunduk malu.
“Aku sudah mirip wanita penggoda,” cicit Bella pelan.
Lima belas menit mematut diri di cermin, Bella memutuskan mengintip kepulangan suaminya dari balkon kamarnya. Angin malam begitu menusuk, masuk ke dalam kamar saat pintu kaca itu terbuka lebar. Meniup tirai putih yang menjulang tinggi sampai ke langit-langit kamar.
“Apa aku hubungi Mas Bara saja, ya.” Kecurigaan itu sekarang berganti khawatir, takut terjadi sesuatu pada suaminya di perjalanan.
***
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Aisyah Septiyasa
Ada2 aja ama suami sendiri ko malu, gimana ga mudah curigaan kalo gth mah
2022-12-03
0
andi hastutty
kaila good 😂😀🤭😜
2022-11-10
0
Siti Sarfiah
bara pulang terlambat lagi
2022-10-22
0