Bab 9. Kepercayaan

“Mas, makan siangmu sudah siap?” Bella memilih mengabaikan pertanyaan besar yang bergelayut di pikirannya. Sejak awal melihat Donita, ia terlalu menanamkan hal-hal buruk di dalam otaknya sehingga semua hal yang berkaitan dengan Donita selalu membuatnya berprasangka buruk.

“Kamu masak, Bell?” tanya Bara, sembari menyerahkan Real yang masih saja bergelayut manja padanya.

“Mommy tidak bisa memasak, Dad!” Issabell menjawab.

“Mommy hanya bisa mengoles roti dan mengisi piring dengan masakan mbak,” lanjut Issabell, mengingat apa yang dilakukan Bella setiap pagi, hanya menyiapkan sarapan di atas piring kosong para penghuni rumah. Bagian memasak sudah ada asisten yang melakukannya.

Bara baru saja menjatuhkan tubuh di kursi kebesarannya saat Issabell meloncat naik ke pangkuannya.

“Caca, turun Sayang. Daddy mau makan siang,” pinta Bella saat melihat Issabell dengan santainya duduk nyaman di pangkuan Bara, meraih ponsel daddy-nya yang tergeletak di atas meja.

“Biarkan saja, Bell. Anak-anak akan bertumbuh. Suatu saat ... dengan sendirinya mereka akan menolak. Sementara mereka masih bersedia menempel padaku, aku akan menikmatinya,” ulas Bara, tersenyum sambil menepuk lembut pucuk kepala Issabell.

“Dad, aku mau main game. Kenapa ponselmu tidak seperti ponsel Mommy,” keluh Issabell sesaat setelah Bara memasukan kode untuk membuka kunci layar gawainya.

“Ponsel Daddy untuk cari uang, ponsel Mommy isinya rumpian ibu-ibu yang bahas sekolah anaknya. Terkadang out of topic. Bahas bubur ayam terenak sambil menunggu anaknya pulang sekolah sampai minyak goreng diskonan.” Bara terbahak, mengingat beberapa hari yang lalu sempat membaca isi pembahasan di percakapan group whattapp di ponsel Bella yang bukan hanya satu atau dua group saja. Bahkan sebentar lagi akan bertambah saat Real masuk sekolah.

“Kamu membongkar isi ponselku, Mas?” todong Bella. Ibu muda itu sedang duduk di sofa, menemani Real bermain monster truck yang dibawanya dari rumah.

“Tidak sengaja, Bell. Karena berdenting terus, aku pikir ada hal penting. Ternyata seorang ibu sedang membuka lapak jualannya. Pantas saja dentingannya tidak berhenti,” cerita Bara, sembari menyuapkan sesendok penuh isi kotak bekal ke dalam mulutnya.

Setelah pembahasan isi chat, Bella memilih diam. Menemani putranya bermain dengan pikiran berkeliaran ke mana-mana. Sedangkan Bara, sibuk menghabiskan makan siangnya, sesekali mengobrol dengan Issabell.

“Mas, Donita tinggal di mana?” tanya Bella, tiba-tiba.

“Aku tidak tahu, Bell. Dion yang lebih paham. Mereka berangkat dan pulang bersama-sama,” sahut Bara, tanpa mengalihkan pandangannya dari kotak makanan. Kedua tangannya sibuk dengan sendok dan garpu. Memainkannya dengan lincah.

“Papanya sakit apa?” tanya Bella lagi.

“Aku tidak jelas, Bell. Aku tidak memperhatikan salinan biaya rumah sakit yang diberikan Dion. Mereka sempat menceritakannya tetapi aku tidak terlalu memasukannya ke dalam ingatan. Sakit lumayan parah sepertinya.”

“Tidak penting juga untukku,” lanjut Bara santai.

Bella terhenyak dengan kata mereka. Penasarannya semakin menjadi. Yang tadinya hanya sekedar coba-coba bertanya sekarang semakin memancing keingintahuannya.

“Mas ....” Bella memberanikan diri berterus terang akan penasaran yang selama ini mengisi hatinya. Prasangka yang mengganggu pikiran dan tidur malamnya.

“Mas memberi uang lima puluh juta pada Donita?” tanya Bella.

“Tidak,” sahut Bara. Pria itu terlihat santai, tidak terpengaruh. Menganggap penasaran Bella adalah hal biasa.

“Lalu ... bukti transfer itu apa?” tanya Bella lagi.

“Oh itu ... Dion meminjam uang untuk membantu biaya rumah sakit papa Donita,” sahut Bara, kembali menyuapkan nasi dengan potongan ayam suwir dan sayur brokoli ke dalam mulutnya.

“Maksudnya bagaimana, Mas?” tanya Bella, bingung.

“Dion meminjam uang padaku lima puluh juta, dikirim ke rekening Donita untuk biaya rumah sakit,” jelas Bara, melepas sendok dan garpu dari tangannya, beralih menatap Bella.

“Aku tidak mungkin menggunakan uang perusahaan, Bell. Baik Donita maupun Dion itu belum lama bekerja. Aku tidak mau menimbulkan kericuhan karena uang lima puluh juta yang dikeluarkan bagian keuangan. Pasti karyawan yang lain akan menganggap Dion ini spesial. Baru bekerja sudah mendapat pinjaman sebesar itu. Jadi aku menggunakan uang pribadi,” jelas Bara. Pria itu masih terlihat santai.

Bella hanya mengangguk, sampai di sini Bella mulai mengerti apa yang dimaksud Bara. Ia hanya bingung dengan hubungan Dion dan Donita sejauh mana.

“Dion seorang pekerja keras. Aku akui Dion memiliki potensi. Proyek di Kalimantan, ia mengurusnya dengan baik. Aku berencana memberinya bonus setelah proyek itu rampung. Makanya aku tidak mempermasalahkan saat ia meminjam uang,” jelas Bara lagi,

“Apa lagi Dion bukan orang lain, ia keponakan Pak Rudi. Aku bukan hanya melihatnya, tetapi melihat Pak Rudi juga. Ia sudah mengabdi pada keluarga Wirayudha sejak PW Grup masih di tangan papaku.” Bara menjelaskan.

Bella tersenyum. Buru-buru menghampiri Bara dan menarik kursi di hadapan suaminya. Membiarkan Real sendirian di sofa, sibuk dengan mobil-mobilannya.

“Mas, apa Dion dan Donita memiliki hubungan? Bagaimana bisa Dion meminjam uang untuk Donita?” tanya Bella, setengah berbisik.

“Aku tidak tahu, Bell. Bukan kapasitasku mengurusi hubungan asmara para bawahanku. Selagi pekerjaan mereka bagus dan masih bisa bersikap profesional di kantor, aku tidak akan membahasnya.” Bara menatap lekat istrinya. Ia sudah tahu jelas apa isi otak Bella.

“Maafkan aku, Bell. Aku bukannya tidak mau bercerita padamu. Aku tidak mau membawa masalah pekerjaan di dalam kehidupan rumah tangga kita. Andai Donita bukan pekerjaku, tentu saja aku akan bercerita padamu. Dengan catatan kamu bisa mengurangi isi kepalamu dengan kecurigaan.”

“Selama ini ... tidak pernah sekali pun aku membahas masalah perusahaan padamu. Karena aku berpikir ketika di rumah ... aku benar-benar ingin menikmati waktu bersama istri dan anak-anakku.” Bara menjelaskan.

Bella tertunduk.

“Maafkan aku, Mas. Aku ... aku sudah berpikiran yang tidak-tidak padamu.”

“Aku tahu, isi otakmu selalu mencurigaiku terus.” Bara tergelak, menyentil dahi Bella yang tertutup poni panjangnya.

“Maafkan aku, Mas,” bisik Bella. Kedua tangannya saling meremas di atas meja. Rasa bersalah menghantamnya.

“Aku tahu kamu sudah berpikiran buruk sejak awal menemukan bukti transfer. Bahkan aku bisa melihat sorot mata cemburumu saat pertama kali kamu melihat Donita,” sahut Bara, menggenggam tangan Bella.

“Masalahmu ada di kepercayaan. Kamu belum sepenuhnya percaya padaku. Aku ingin kamu belajar, Bell. Seberapa penting kepercayaan di dalam rumah tangga. Saat kamu tidak memiliki kepercayaan padaku, semua hal akan terlihat salah di otakmu.”

“Maafkan aku, Mas.”

“Selama menikah, aku banyak berbuat kesalahan. Aku berusaha memahamimu dibalik sikap kerasku. Namun sampai hari ini, kamu belum sepenuhnya memahami suamimu, Bell.”

Bella semakin merasa bersalah. Kalau dipikir-pikir, memang semuanya berawal dari kecemburuannya saat melihat Donita yang begitu cantik. Duduk di sebelah Bara saat makan siang di puncak.

“Dikhianati itu menyakitkan sekali, Bell, Aku tahu rasanya dikhianati dan aku tidak mau membagi sakitnya pada orang lain, terlebih pada istri dan anak-anakku.”

Bara berdiri mendekati wajahnya pada Bella yang tertunduk dan merasa bersalah.

“Dion dan Donita sepertinya pacaran. Jangan berpikiran yang aneh-aneh lagi,” bisik Bara.

Bella tersenyum bahagia saat mengetahui hubungan Donita dan Dion. Itu terlihat jelas dari sorot matanya yang berbinar.

“Ada apa denganmu, Bella Cantika? Mereka yang pacaran, kenapa kamu yang bahagia,” ucap Bara tergelak.

***

Terpopuler

Comments

Jeissi

Jeissi

kalau pake uang pribadi berarti harusnya istri juga tau biar ga salah paham. bara aja yang menyepelekan hal itu. masih sama seperti bara yang dulu, menganggap hal yang penting seolah tidak penting.

2024-11-07

1

Sarah Harona

Sarah Harona

Bara setiap hari di keliligi 3 bidadari cantik sm jagoan jadi kalau ada cewk yg coba" deketin Daddy siap tonjok siemangat bikin adek bt Real

2023-06-30

0

andi hastutty

andi hastutty

nah gi2 dong biar ngga ada salah paham

2022-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2 Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3 Bab 3. Sekretaris baru
4 Bab 4. Pulang terlambat
5 Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6 Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7 Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8 Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9 Bab 9. Kepercayaan
10 Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11 Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12 Bab 12. Tamu di sore hari
13 Bab 13. Rikka Cantika
14 Bab 14. Kumpulan Sampah
15 Bab 15. Gangguan di pagi hari
16 Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17 Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18 Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19 Bab 19. Kenakalan Real
20 Bab 20. Kamu cantik!
21 Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22 Bab 22. Rikka dan ibunya
23 Bab 23. Pertengkaran
24 Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25 Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26 Bab 26. Hamil
27 Bab 27. Kunjungan Kailla
28 Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29 Bab 29. Ancaman Bara
30 Bab 30. Rujak serut
31 Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32 Bab 32. Ayah sempurna
33 Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34 Bab 34. Nasi goreng
35 Bab 35. Berburu mangga
36 Bab 36. Piknik
37 Bab 37. Tragedi
38 Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39 Bab 39. Ricko lagi
40 Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41 Bab 41. Ibu Dian terkejut
42 Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43 Bab 43. Ayah Daddy
44 Bab 44. Lontong balap
45 Bab 45. Ketiga anak Bara
46 Bab 46. Masalah Bara
47 Bab 47. Menemui Bara
48 Bab 48. Menjual rumah
49 Bab 49. Bantuan Pram
50 Bab 50. Pratama Wirayudha
51 Bab 51. Menjenguk adik bayi
52 Bab 52 : Kekesalan Bella
53 Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54 Bab 54 : Bara vs Matt
55 Bab 55. Kita putus
56 Bab 56 : Ketahuan
57 Bab 57 : Nasib Aa Teo
58 Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59 Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60 Bab 60 : Persiapan melahirkan
61 Bab 61 : Pamit keluar kota
62 Bab 62 : Kepanikan Bara
63 Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64 Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65 Bab 65 : Kemarahan Bara
66 Bab 66 : Pertengkaran
67 Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68 Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69 Bab 69 : Masih di-lockdown
70 Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71 Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72 Bab 72 : Babysitter baru
73 Bab 73 : Kunjungan Matt
74 Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75 Bab 75 : Aku titip Issabell
76 Bab 76 : Pernikahan Rikka
77 Bab 77. Utusan Tuhan
78 Bab 78. Om Di Caprio
79 Bab 79. Akhirnya - ENDING
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1. Pagi hari di kediaman Wirayudha
2
Bab 2. Pulang malam dan keluar kota
3
Bab 3. Sekretaris baru
4
Bab 4. Pulang terlambat
5
Bab 5. Secarik kertas yang mencurigakan
6
Bab 6. Berjuang untuk adik Real
7
Bab 7. Berkunjung ke kantor Bara
8
Bab 8. Ada apa dengan Bara dan Donita
9
Bab 9. Kepercayaan
10
Bab 10. Pria di depan gerbang sekolah
11
Bab 11. Ayah daddy & Ibunda mommy
12
Bab 12. Tamu di sore hari
13
Bab 13. Rikka Cantika
14
Bab 14. Kumpulan Sampah
15
Bab 15. Gangguan di pagi hari
16
Bab 16. Keriuhan di pagi hari
17
Bab 17. Ada apa dengan Rikka
18
Bab 18. Tawaran Kailla yang menggiurkan
19
Bab 19. Kenakalan Real
20
Bab 20. Kamu cantik!
21
Bab 21. Mencintaimu yang sederhana
22
Bab 22. Rikka dan ibunya
23
Bab 23. Pertengkaran
24
Bab 24. Terserah padamu saja, Bell.
25
Bab 25. Sakit kepala tak kunjung hilang
26
Bab 26. Hamil
27
Bab 27. Kunjungan Kailla
28
Bab 28. Menjaga Mommy dan adik bayi
29
Bab 29. Ancaman Bara
30
Bab 30. Rujak serut
31
Bab 31. Telur ceplok membawa bencana
32
Bab 32. Ayah sempurna
33
Bab 33. Kakak ipar dan adik ipar
34
Bab 34. Nasi goreng
35
Bab 35. Berburu mangga
36
Bab 36. Piknik
37
Bab 37. Tragedi
38
Bab 38. Rindu tangisan di tengah malam
39
Bab 39. Ricko lagi
40
Bab 40. Kesan pertama begitu menggoda
41
Bab 41. Ibu Dian terkejut
42
Bab 42. Kucing Anggora Himalaya
43
Bab 43. Ayah Daddy
44
Bab 44. Lontong balap
45
Bab 45. Ketiga anak Bara
46
Bab 46. Masalah Bara
47
Bab 47. Menemui Bara
48
Bab 48. Menjual rumah
49
Bab 49. Bantuan Pram
50
Bab 50. Pratama Wirayudha
51
Bab 51. Menjenguk adik bayi
52
Bab 52 : Kekesalan Bella
53
Bab 53 : Curhat ke ahlinya
54
Bab 54 : Bara vs Matt
55
Bab 55. Kita putus
56
Bab 56 : Ketahuan
57
Bab 57 : Nasib Aa Teo
58
Bab 58 : Pendampingan orang dewasa
59
Bab 59 : Menunggu hari kelahiran
60
Bab 60 : Persiapan melahirkan
61
Bab 61 : Pamit keluar kota
62
Bab 62 : Kepanikan Bara
63
Bab 63 : Menunggu di depan ruang bersalin.
64
Bab 64 : Princess Bella Wirayudha
65
Bab 65 : Kemarahan Bara
66
Bab 66 : Pertengkaran
67
Bab 67. Manisnya di ujung perdebatan
68
Bab 68. Tamu di tengah kegelapan
69
Bab 69 : Masih di-lockdown
70
Bab 70. Wanita garang sejuta ancaman
71
Bab 71 : Obrolan di depan meja rias
72
Bab 72 : Babysitter baru
73
Bab 73 : Kunjungan Matt
74
Bab 74 Jodoh di tangan kita sendiri
75
Bab 75 : Aku titip Issabell
76
Bab 76 : Pernikahan Rikka
77
Bab 77. Utusan Tuhan
78
Bab 78. Om Di Caprio
79
Bab 79. Akhirnya - ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!