Setelah dokter memeriksa keadaan Indah, dia menyuruh Indah istirahat dan memberikan beberapa obat untuk dia minum. Dokter juga berpesan supaya Indah tidak banyak pikiran yang membuatnya stress. Karena memang akhir-akhir ini Indah mengalami masa sulit yang membuat dia selalu berpikir keras dan menguras otak.
Dokter berjalan keluar dari kamar Rendi. dan di luar pun Rendi dan ibunya sedang menunggu lalu bertanya, "Gimana keadaan menantu saya Dok?" tanya mertua Indah
"Dia nggak apa-apa kok Bu, hanya demam dan sedikit banyak pikiran saja. Kalau gitu saya permisi ya." Dokter itu pergi meninggalkan mereka.
"Iya terima kasih Dok."
"Kenapa dia pakai piyama ku, itu kan sangat mahal"
Gumam Rendi yang sedari tadi hanya memikirkan pakaiannya.
"Ren kamu kenapa kaya kesel gitu. Ayok masuk ke dalem." Ibu Rendi menarik tubuh anaknya dan mengajak masuk ke dalam kamar.
"Ah... Iya Mah."
Rendi mencoba untuk tidak memperhatikan rasa kesal dan keki di depan Santi, karena dia takut kalau ibunya akan marah dengannya.
"Indah sayang, gimana keadaan kamu sekarang?" tanya ibu mertuanya dengan lembut sambil memegang tangannya.
"Udah jauh lebih baik kok Mah." Sahut Indah yang mencoba duduk menyender di tepi ranjang.
"Kamu udah minum obatnya?"
"Udah Mah, terima kasih ya mamah sudah baik sama aku."
Mata terlihat Indah berkaca-kaca.
"Sama-sama sayang, lagian kan sekarang kamu jadi anak Mamah. Oya kata dokter kamu lagi banyak pikiran. Kamu ada masalah apa?" Santu menyentuh dagu Indah dengan lembut.
"Mah mending biarin Indah istirahat dulu ya, Mamah juga istirahat capek sudah malem." Rendi yang tiba-tiba menjawab dan mengalihkan pertanyaan ibunya.
"Ya udah sayang, Mamah tinggal selamat malam Indah... Rendi."
Santi nerjalan keluar dan membuka pintu.
"Malam Mah," sahut mereka berdua.
Dret.. Dret.. Dret.
Bunyi suara deringan telepon dari Dion, Rendi segera mengangkatnya.
"Selamat malam Pak, saya sudah membelikan beberapa pakaian dan saya sudah ada di depan rumah Bapak," ucap Dion.
"Oke kau masuk saja, aku tunggu di depan kamar," sahut Rendi seraya menutup telepon.
Rendi kembali menatap wajah Indah dengan pandangan sinis dan tidak suka. Dia pun langsung berjalan keluar dari kamar.
Tatapan Rendi yang menusuk itu membuat Indah juga tersadar kalau Rendi sangat marah gara-gara dia memakai pakaian miliknya.
Setelah beberapa menit Rendi masuk kembali ke kamar dengan membawa paper bag berisi pakaian yang di beli Dion.
Rendi melihat Indah yang sudah tertidur pulas membuatnya merasa kesal, lalu dia membanting paper bag yang dia bawa di bawah lantai.
Brakk......
Bantingan itu terdengar sangat keras, hingga membuat Indah terperajat dan membelalakkan mata.
"Aaahhh ..." Pekiknya seraya bangun. "Kenapa Mas? Ada apa?" tanya Indah.
"Kenapa-kenapa! Enak banget kamu ya baru beberapa jam menikah sudah nyusahin aku!" Pekik Rendi marah-marah.
Dia memiringkan bibirnya, "Itu coba apa yang kamu pakai!" Rendi menunjuk-nunjuk ke depan tubuh Indah.
"Maaf Mas tapi aku juga nggak tahu kalau aku pakai piyama Mas yang mahal ini," sahut Indah seraya memegang pakaian yang dia pakai di tubuhnya.
"Sadar juga dia kalau piyama ku mahal."
Ucap Rendi dalam hati.
"Lagian kamu apa susahnya sih, aku kan bilang tunggu ya tunggu! Kamu malah pingsan di dalam kamar mandi, jadi rusak kan pintu kamar mandi ku! Baru semalam menikah kamu udah bikin aku rugi banyak!" Bentak Rendi memaki.
Indah hanya bisa menanggis, air matanya sudah lolos mengalir di pipi. "Maafkan aku Mas," lirihnya pelan.
"Pokoknya buat uang bulan ini kamu nggak akan aku kasih! Itu untuk bayar semua ganti rugi kamu malam ini! Sekarang kamu tidur di bawah!"
Indah mengangguk dan bangun dari kasur, dia mendudukkan bokongnya di bawah lantai yang sudah terasa dingin itu. Duduk sebentar saja sudah dingin, apa lagi tidur semalaman.
"Jahat sekali dia, pelit lagi. Benar-benar tidak punya hati."
Gumam Indah.
Rendi langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, namun dia teringat kalau Indah tadi habis pingsan.
"Indah," panggil Rendi
"Iya," jawab Indah pelan.
"Kamu ambil tikar di samping lemari dan bawa bantal ini buat tidur di situ," ucap Rendi seraya menunjuk.
Indah berdiri mengambil dan mengelar tikar tepat di depan kasur. Dia juga mengambil bantal di samping kepala Rendi.
Dia merebahkan tubuhnya lalu dia mulai tertidur. Namun di tengah malam dia terbangun, seluruh tubuhnya terasa dingin dan mengigil.
"Ah dingin sekali, aku butuh selimut," tubuhnya sudah melengkung tak karuan, namun rasanya dia tidak tahan tidur di bawah.
Indah bangun dan naik ke kasur, dia berbaring di samping Rendi yang sudah tertidur pulas.
"Aku bisa mati ke dinginan," ucap Indah seraya menarik selimut dan melanjutkan tidur.
***
Pagi harinya Rendi terbangun dan melihat Indah yang berada di sampingnya, dia mengucek-ngucek mata seakan tak percaya. Tapi raut wajahnya sudah memerah.
"Indah, bangun Ndah!" Pekik Rendi, tanyanya menggoyangkan tubuh Indah.
"Emmm," Indah hanya bergumam.
"Indah!" Rendi berteriak.
Indah langsung membuka matanya secara paksa dan terbangun, jantungnya berdebar dengan kencang. Nyawanya seakan belum terkumpul semua.
"Kamu aku suruh tidur di bawah, kenapa kamu tidur di sini. Kamu susah di bilangin banget jadi orang, Aku emosi lama-lama sama kamu!" Rendi sudah menyender di tepi ranjang.
Indah bangun dan berdiri. "Mas bukannya kita sudah menikah? Lalu apa salah kalau aku tidur bersama suamiku sendiri. Aku tidur di sini karena semalam aku mengigil kedinginan... Aku enggak kuat Mas."
"Indah asal kamu tau ya, kita memang sudah menikah tapi ini hanya status. Status buat keluargaku, tapi posisimu tetap jadi bawahan ku enggak lebih!"
"Maksudnya Mas?" Indah terlihat binggung dengan ucapan Rendi.
Rendi bangun dan mengambil dokumen di dalam lemari dan memperlihatkan pada Indah.
"Kamu belum ngerti juga, aku jelasin sekarang. Mamahku menyuruh aku cepat-cepat menikah, dan aku pusing mendengarnya, sebelum kamu juga aku sudah cari wanita lain yang ingin aku ajak nikah dengan cara seperti ini, tapi berhubung kamu yang datang sendiri meminta bantuan padaku jadi aku menawarkan padamu, dan kamu juga setuju. Harusnya sekarang kamu mengerti dan menuruti semua yang aku katakan, dan bukannya itu sudah jelas tertulis di dokumen perjanjian kita, apa kamu tidak membacanya? Apa kamu tidak mengerti maksud dari isi perjanjian itu?"
Ucapan Rendi membuat Indah sadar akan posisinya dan hubungan mereka yang hanya di atas perjanjian. Karena kalau bukan karena Indah membutuhkan untuk biaya operasi, Indah tidak akan mau menikah dengan cara seperti ini dan dengan pria seperti Rendi.
"Indah apa kamu sudah mengerti sekarang?" tanya Rendi yang melihat Indah diam.
"Iya Pak, sekali lagi maafkan aku," sahut Indah menunduk.
"Aku sudah bilang panggil Mas, dan jangan bersikap canggung di depan Mamah dan keluargaku. Aku nggak mau kalau sampai mereka curig," ucap Rendi.
"Baik Mas. Apa sekarang aku boleh mandi?" tanya Indah dengan sopan.
"Iya. Itu kamu ambil baju baru kamu yang semalem aku beli, buat kamu pakai sekarang dan ada handuk buat mandi juga." Rendi menunjuk kearah paper bag yang ada di bawah lantai.
"Iya terima kasih Mas." Indah langsung mengambilnya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi dia keluar dari kamar dan berjalan ke ruang makan, dia melihat mertuanya sedang duduk menunggu.
"Akhirnya kamu keluar juga, sini duduk sarapan bareng," ajak Santi dengan hangat.
"Nggak usah Mah aku mau ke rumah sakit," sahutnya menolak.
Indah hari ini juga harus kembali melihat keadaan ibunya, dia juga sudah tak tahan tinggal lama-lama di rumah ini. Baru semalam tapi sudah terasa menyiksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 429 Episodes
Comments
Helda Watie
dasar laki tak tahu di untung..keterlaluan..kalau dh tahu indah itu miskin.kenapa mahu nikah sama indah..dasar laki tak guna
2023-05-18
1
Fitriyani Puji
wah sesak dada ku thour dasar gila org kaya emang pada ngak punya ati yak
2023-02-20
0
Dewi Debritos
panyesan gak dapat2 jodoh pelit dan songong banget
2022-12-19
0