"Halo." Ucapnya lewat telepon.
"Mbak Indah di mana ya? Saya di depan kontrakan mbak nih." Ucap Dion sang asisten, yang sejak tadi menunggu di depan kontrakan.
"Hah?!" Seru Indah dengan mata yang terbelalak.
Dia langsung melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan jam 3 pas, dia kenapa bisa melupakan waktu pernikahan dadakan nya itu.
"Aku akan pulang sekarang Mas tunggu ya." Ucap Indah yang langsung menutup telepon.
"Siapa Ndah?" tanya Nella.
"Maaf Nell aku harus pulang sekarang soalnya ada janji."
Indah menyedot minumannya terlebih dahulu, dia mengambil beberapa uang di dompet dan menaruhnya di atas meja. Indah langsung buru-buru pergi meninggalkan Nella. Nella sempat ingin berbicara tapi tidak jadi karena temannya itu sudah keburu menghilangkan dari kantin.
Indah mencari tukang ojeg di depan rumah sakit, setelah dapat dia langsung menaikinya, dia berharap supaya tidak sampai terlambat.
"Bang cepetan ya...." Ucap Indah seraya menepuk pundak tukang ojek.
"Baik Mbak." Sahut Abang tukang ojek yang langsung mempercepat laju motornya.
Di tengah perjalanan lagi-lagi dia di telepon oleh Dion, Dion seperti sudah tidak sabar menunggu Indah yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya di kontrakan.
"Halo, Mas Dion."
"Halo Mbak ada di mana? Biar saya jemput saja." Ucap Dion menawarkan.
"Tidak usah Mas, sebentar lagi aku sampai." Tolak Indah seraya menutup telepon nya.
Sampainya Indah di depan kontrakan, dia langsung turun dan membayar tukang ojek. Dia berlari menuju kontrakannya yang sudah ada Dion menunggu di depan pintu.
"Maaf ya Mas tunggu lama." Ucap Indah merasa tak enak, tangannya sudah mencoba membuka pintu kontrakan dengan kunci, niat hatinya ingin mengganti pakaian.
"Mbak mending sekarang kita langsung berangkat saja, sudah di tungguin sama pak Rendi di sana." Ajak Dion seraya membukakan pintu mobilnya untuk Indah masuk.
"Ya sudah."
Indah tidak jadi membuka pintu kontrakan. Dia langsung berjalan dan masuk ke dalam mobil.
***
Sampailah di Hotel yang sangat mewah dengan hiasan bunga-bunga warna-warni membuat susananya menjadi sangat elegan namun tidak terlalu ramai, karena Rendi hanya mengundang kerabatnya saja. Di depan Hotel Rendi sudah memakai setelan jas berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu, membuat dia menjadi pria yang sangat tampan di Hotel itu.
Namun raut wajahnya memerah karena dia merasa sangat kesal menunggu Indah yang datang terlambat. Rendi berdiri dengan melipat kedua tangannya di atas dada, melihat Indah yang baru saja masuk.
"Indah kamu ini belum apa-apa sudah lupa ya." Ungkapnya dengan kesal.
"Maaf Pak. Sa-sa saya." Indah sudah sudah bicara, rasanya begitu gugup dan tidak karuan. Dia bahkan tidak berani menatap mata Rendi.
"Sudah sana kau masuk ke ruang ganti!" Seru Rendi dengan galak.
"Mbak mari saya antar." Ucap seorang organizer wanita yang mengajak Indah ke ruang ganti untuk memakai gaun pengantin dan mendandaninya.
***
Keluarlah Indah dengan menggunakan gaun putih panjang dengan balutan renda-renda yang sangat cantik. Dan riasan make up yang sesuai dengan wajah cantik Indah menjadikan dia tampil lebih cantik dari biasanya dan terlihat sangat anggun. Dia berjalan menghampiri Rendi dengan hati-hati.
"Wah ini menantu Mamah Ren." Tanya ibunya Rendi yang terkesima melihat kecantikan menantu pertamanya itu.
"Iya Mah, kenalin namanya Indah." Jawab Rendi sambil memperkenalkan Indah.
"Indah, cantik sekali seperti namanya," puji Santi, di lihat dari wajah yang sudah berseri-seri. Pertama kali melihat saja, dia sudah menyukai menantunya itu.
"Terimakasih Tante." Jawab Indah.
"Kok Tante sih... Panggil Mamah dong sayang." Ucap Santi dengan lembut, seraya mengenggam tangan Indah.
"Ah... Iya Ma-mamah." Jawabnya dengan gugup.
"Jadi kamu sudah berapa lama pacaran sama Rendi?" tanya ibunya.
"Aku enggak..."
"Baru sebulan kok Mah." Ucap Rendi menyerobot ucapan Indah, padahal dia menikah saja serba dadakan.
"Oh pantes kamu belum pernah kenalin dia ke Mamah."
"Mamah kan sibuk." Jawab Rendi lagi.
"Alhamdulilah deh kalau kamu serius akhirnya menikah. Mamah sampai kaget lho Indah malem-malem Rendi bilang mau nikah besok, Mamah kira dia bohongin Mamah. Eh ternyata enggak." Ucap ibunya sambil tersenyum, Indah membalas senyuman lagi.
Tak lama datanglah seorang pria paruh baya dengan pakaian rapih dan menggunakan peci, pria itu adalah seorang penghulu.
"Maaf Pak apa bisa kita mulai ijab kabulnya?" tanya Pak penghulu.
"Bisa Pak." Jawab Rendi.
Rendi mengandeng tangan Indah dan duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk prosesi akad. Sebelum di mulai sang penghulu bertanya.
"Maaf sebelumnya wali dari perempuannya mana?" tanya Pak Penghulu, dia tidak melihat wali. Bahkan Indah sendiri tidak punya siapapun di situ yang menghadiri pernikahan nya.
"Pakai wali hakim saja Pak." Jawab Rendi santai.
"Apa Mbak Indah masih punya ayah? Kalau masih punya kita tidak usah pakai wali hakim." Tanyanya lagi.
"Papah saya enggak tau kemana Pak, dia sudah bercerai dengan Mamah saya." Jawab Indah dengan sendu.
Seketika itupun Indah teringat ayahnya yang sudah pergi beberapa tahun meninggalkan dia dan ibunya, namun dia tidak menanggis. Dia mencoba untuk tidak merusak acara ini.
"Baik kalau gitu, tapi siapa nama ayahmu?"
"Hermawan."
Lalu ijab kabul di mulai. Tangan Rendi sudah terulur dan berjabat tangan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Indah Permatasari binti Hermawan........" Ucapnya dengan tegas dan lantang. Dengan sekali ucapan semua orang yang menghadiri acara nya langsung bersorak kata "SAH."
Semua orang memanjatkan do'a, dengan tangan yang bergetar Indah mencoba meraih tangan Rendi yang sudah terulur seakan mengisyaratkan untuk minta di cium punggung tangannya.
Cup.... Indah menciumnya sedikit, namun tertempel di bibirnya.
"Baik kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri." Ucap Pak penghulu.
Indah merasa seperti bermimpi karena dia sudah menikah dengan seseorang yang tidak pernah dia kenal sebelumnya, pernikahan yang tidak pernah dia harapkan sebelumnya, namun dia tidak ada hentinya melihat wajah Rendi yang sangat tampan.
"Kamu kenapa lihatin aku kayak gitu!" Desis Rendi, dia seperti tidak suka di tatap seperti itu.
Indah langsung menunduk.
"Bahkan dia sangat dingin dan angkuh." Batin Indah.
Seorang laki-laki tampan datang menghampiri Indah dan Rendi yang tengah duduk berdua.
"Maaf ya Kak gue baru dateng." Ucap laki-laki itu, dia adalah adik kandung Rendi.
Laki-laki itu terkejut melihat Indah dan Indah pun sebaliknya.
"Indah elu kok."
"Jadi Kak Rendi menikah sama Indah kenapa aku enggak tau."
Batin Rio dalam hati.
"Rio." Jawab Indah samar-samar.
"Kalian saling kenal?" tanya Rendi melihat kearah Indah dan adiknya.
"Dia temen kuliahku." Jawab Rio.
***
Rio Pratama pria berusia 23 tahun dia adalah adik kandung Rendi. Dia memiliki wajah tampan hampir 11.12 dengan Rendi. Rio berkulit putih dan memiliki tinggi yang sama dengan Rendi. Namun sifatnya berbeda dengan Rendi, dia orang yang cukup ramah dan mudah bergaul.
Dan Rio adalah teman kuliah Indah. Dia juga sangat menyukai Indah, namun Indah selalu menolak karena dia bilang tidak ingin pacaran dan fokus pada kuliah dan kerja.
Tapi sekarang Rio malah melihat Indah menikah dengan kakaknya.
Rio sangat kecewa, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Indah sendiri pun tidak tahu kalau Rio sebenarnya adalah adik kandung Rendi.
"Eh sayang Rio kamu kok baru dateng?" Tanya ibunya yang ikut nimbrung.
"Iya Mah tadi macet." Jawab Rio.
"Oh iya ini kenalin Kakak Ipar kamu, namanya Indah." Santi kembali mengenalkan Indah pada anak keduanya itu.
"Apa tadi Rio bilang Mah? Apa jangan-jangan Rio adiknya Pak Rendi. Ah bagaimana ini aku malu sama dia."
Indah yang lagi-lagi hanya bisa bicara dalam hati.
"Aku sudah kenal Mah." Jawab Rio dengan ketus.
"Oh kenal dari mana?"
"Dia teman kuliahku." Rio melirik kearah Indah.
"Bagus dong, jadi kalian bisa cepat akrab ya." Ucap Santi merasa senang.
Setelah beberapa jam acaranya pun sudah selesai dan semuanya pulang ke rumah masing-masing begitu juga dengan Indah yang pulang bersama Rendi ke rumahnya,
namun ibu Rendi berencana untuk menginap di rumah Rendi. Mereka menaiki mobil bersama.
Sampailah di rumah Rendi yang sangat besar dan mewah. Indah berjalan melangkah dan melihat sebuah rumah besar dan mewah bahkan tiga kali lebih besar daripada kontrakannya. Indah yang melihat sangat terkagum-kagum, wajar saja meskipun dia pernah tinggal di rumah besar tapi itu dulu. Sekarang dia tinggal di kontrakan selama beberapa tahun.
"Sayang kenapa diem saja enggak masuk?" ajak ibunya Rendi yang melihat Indah tengah berdiri sambil memandangi rumah anaknya yang besar itu.
"Dasar cewek norak, kelihatan banget miskinnya!"
Umpat Rendi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 429 Episodes
Comments
Jue Juliza Johnson
ohhh rendi...aku sumpah ko bucin akut😝😝🤭
2024-01-29
0
Karsini Seftiani
norak² gitu ya istri mu REN,,,
2023-08-10
2
Meliana Siregar
Aneh jg ya...ortu yg lelaki msh ada, masa ' iya anaknya menikah gak pake lamaran, anaknya bilang mo nikah besok, trus jadi....ortunya hadir aja gitu....tanpa,ba..bi...bu
2023-07-25
0