Tanpa berlama-lama Indah langsung tanda tangan di atas materai. "Nih Pak." Kata Indah memberikan kembali kertas tersebut.
"Sekarang tulis nomor handphone dan rekening mu di sini." Ucap Rendi sambil memberikan secarik kertas.
Indah menurut dan lalu menulisnya, "Kamu bisa cek di rekening mu."
"Baik Pak kalau gitu saya permisi."
Indah berjalan keluar dari ruangan Rendi dan keluar kantor dia pergi ke ATM dekat kantornya untuk melihat saldo di rekeningnya dan dia kaget.
"Wah bener ini uang 50 jutanya sudah ada aku sekalian cairkan deh."
Indah membawa uang itu ke rumah sakit untuk menebus semua biaya operasi ibunya, setelah operasinya di mulai dia duduk menunggu di depan UGD sambil melamun.
"Alhamdulilah akhirnya aku bisa bayar uang operasi mamah. Aku masih binggung? Apa aku kayak jual diriku ke bos untuk jaminan? Aku takut salah langkah."
Tiba-tiba suara handphone nya berbunyi. Dret.. Dret.. Dret.
"Halo siapa ya?" tanya Indah.
"Ini Aku Rendi."
"Oh, Pak Rendi. Iya kenapa Pak?"
"Mulia besok kamu tidak usah kerja di kantor ku. Kau aku pecat!" Seru Rendi.
"Di...Di pecat?!"
"Ya.... Besok aku sudah siapkan semuanya, kita akan menikah."
"Tapi kenapa pak? Dan kenapa mendadak sekali?" Tanya Indah.
"Kamu enggak usah banyak tanya, besok asistenku akan datang ke tempatmu kamu kirim alamat mu sekarang!"
"Baik Pak." Sahutnya menurut dan mnutup telepon.
Indah langsung mengirimkan alamatnya kepada Rendi.
"Besok menikah? Yang benar saja. Kenapa mendadak sekali." Batin Indah.
Setelah beberapa jam berlalu dokter keluar dari ruang UGD dan menghampiri Indah yang tengah duduk di bangku dengan wajah gelisah sambil melamun.
"Indah." Panggil Dokter.
"Ah iya Dok, gimana operasinya?" sahutnya langsung berdiri dan menepis semua lamunan yang ada di pikirannya,
"Alhamdulillah semuanya lancar. Terlambat sedikit nyawa ibumu enggak tertolong."
Indah menghela nafas lega. "Syukur deh Dok."
"Dok apa aku bisa menemui Mamah sekarang?" Tanyanya lagi.
"Jangan sekarang. Besok baru bisa." Ucap dokter mencegah.
"Mending sekarang kamu pulang saja Ndah istirahat, kamu keliatan sangat lelah." Ucap dokter yang melihat wajah Indah yang terlihat kelelahan.
"Baik Dok aku pamit, aku titip ibu aku di sini. Kalau ada apa-apa Dokter langsung hubungi aku ya?"
Dokter hanya mengangguk. Lalu Indah pulang ke kontrakannya dengan menaiki ojeg.
***
Setelah sampai dia melihat mobil berwarna putih yang tepat di depan kontrakannya, dia bertanya-tanya siapakah mobil yang parkir di depan kontrakannya, Indah berjalan kearah pintu. Lalu seseorang dari berkata.
"Maaf permisi Mbak." Indah langsung menoleh dan berbalik.
"Ini dengan Mbak Indah?" tanya seorang laki-laki tampan menghampirinya.
Indah langsung menjawab. "Iya benar aku sendiri. Anda siapa ya?" tanya Indah merasa penasaran.
"Saya Dion asistennya Pak Rendi." Ucapnya memperkenalkan diri.
"Asisten?"
"Bukannya pak Rendi bilang kalau asistennya ke sini itu besok ya, apa aku harus menikah sekarang juga?" Batin Indah bertanya-tanya.
"Iya Mbak saya asisten Pak Rendi ingin memberikan ini kepada Mbak Indah." Ujar Dion seraya memberikan sebuah dokumen yang dia pegang di tangannya.
Indah langsung mengambilnya tanpa berbicara sepatah katapun.
"Kalau begitu saya pamit Mbak selamat malam."
Dion pergi dan membuka pintu mobil lalu masuk.
"Malam." Jawab Indah singkat. Indah berjalan masuk ke dalam kontrakan dan membuka dokumen tersebut.
Dia sadar kalau dokumen yang tadi diberikan oleh asisten Rendi adalah fotokopian surat perjanjian tadi siang. Karena yang aslinya ada di tangan Rendi. Indah membacanya kembali dan seketika matanya membulat karena kaget melihat halaman ke dua dari dokumen itu yang berisi.
-----
Saya Rendi Pratama bersedia memberikan.
Uang sebesar 50 juta untuk di jadikan mas kawin pernikahan.
Memberikan nafkah sebulan sebesar 10 juta, tidak lebih dan tidak kurang.
Asalkan Indah Permatasari menjalankan perjanjiannya saya juga akan memberikan 2 hal tersebut dan memberikan dia nafkah setiap bulannya.
-----
Wahh ini serius aku di kasih uang nafkah 10 juta sebulan? Dan yang 50 juta hutang itu dia bilang buat mas kawin. Berarti lunas dong. Indah merasa lega dan sangat senang setelah membaca surat tersebut.
***
Keesokan harinya Indah pergi menemui ibunya di rumah sakit.
Indah masuk ke dalam ruangan dan melihat ibunya tengah berbaring dengan lemah. Ibu Indah bernama Sarah dia berusia 41 tahun.
"Mah gimana kabar Mamah? Apa sekarang Mamah jauh lebih baik?" ibunya tidak menjawab hanya diam tertidur. Lalu suster datang untuk mengecek kondisi ibunya.
"Sus gimana keadaan mamah?" tanya Indah dengan lembut.
"Karena habis di operasi ibu Mbak mengalami koma untuk beberapa hari." Jawabnya,
"Tapi apa Mamah akan baik-baik aja kan Sus?"
"Iya Mbak tenang saja, ini biasa terjadi."
Dret.. Dret.. Dret.
Bunyi suara ponsel Indah berdering. Ternyata Rendi yang menelepon.
"Indah."
"Iya, Pak."
"Kita menikah jam 3 sore, kau harus datang dan tidak boleh telat! Jangan lupa selalu ada di tempatmu. Nanti asistenku akan menjemput!"
"Baik Pak."
Tut.... Tut.... Tut. Sambungan telepon sudah di putuskan oleh Rendi.
Tiba-tiba uara cacing di perut Indah berbunyi, dia merasa sangat lapar. Karena sejak pagi belum sempat sarapan.
"Aku cari makan ke kantin deh."
Indah bangun dari duduknya, namun ketika dia baru saja ingin keluar dari ruangan ibunya, dia bertemu dengan Nella, sahabatnya.
"Eh Indah kamu mau kemana?" tanya Nella yang berjalan menghampiri Indah.
"Kamu Nell kesini mau apa?" tanyanya,
"Aku mau jengguk tante Sarah gimana keadaanya?" Nella sambil menenggok ke dalam ruangan.
"Baik, mamahku belum bisa di jengguk sekarang Nell."
"Kenapa?"
"Kita ke kantin aja ngobrolnya aku laper soalnya," Indah menggengam tangan Nella dan mengajaknya makan di di kantin.
"Jadi Ndah kenapa tante Sarah bisa di bawa ke rumah sakit?" tanya Nella sambil duduk setelah memesan makanan.
"Kondisi mamah cukup parah jadi harus di operasi." Ucap Indah mencoba tegar.
Tak lama makanannya datang dan mereka makan bersama. Nella pun meneruskan pertanyaannya.
"Terus sudah di operasi apa belum?" Tanya Nella sambil mengunyah makanan.
"Sudah." Indah pun juga makan.
"Kamu ada uang Ndah? Kamu pinjam sama siapa? Kalau butuh apa-apa kamu bilang aja sama aku."
Nella mengulurkan tangannya, memegang tangan Indah yang berada di atas meja.
"Aku kasbon di kantor, aku enggak mau nyusahin kamu terus Nell."
"Nyusahin apa sih Ndah!"
"Kamu kan sering bantuin aku, hutang kemaren saja pas buat berobat mamah belum aku bayar." Ucapnya merasa tak enak.
"Santai aja sih Ndah. Oya kamu kapan kuliah lagi? Aku nggak ada temen nih."
"Aku enggak tau Nell, kayaknya aku bakal berhenti kuliah buat sementara." Jawab Indah murung.
"Sayang lho padahal bentar lagi kita mau lulus." Menyedot minuman.
"Iya sih tapi..."
Dret... Dret... Dret.
Deringan telepon berhasil menyela ucapannya, dia melihat layar ponsel di atas meja dengan nomor baru yang memanggil.
"Nell aku angkat telepon dulu ya?" Tanya Indah. Nella pun mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 429 Episodes
Comments
Pisces97
walaupun tiap bulan kasih 10 juta
sama saja menjual diri ya 🥺
2024-01-08
0
Fitriyani Puji
wuih kasih duit jatah satu bulan sepuluh juta bisa ngak tidur ni aku hhhhh
2023-02-13
1
Nur Intang
nanti juga jatu cinta sama suamix
2023-01-09
0