Pandu terbangun dari tidurnya dengan menemukan Celine yang masih pulas tepat di sebelahnya. Lelaki itu menarik napas panjang. Di liriknya jam weker yang berada di atas nakas. Pukul 6.30 pagi. Waktu yang terbilang cukup jarang untuk terbangun sedini itu.
Pandu mengusap wajahnya dengan tangan kanan. Lelaki itu tersenyum saat berusaha mengingat kapan terakhir kali ia tertidur selelap tadi malam. Rasanya sudah sangat lama. Rupanya, suara Celine benar-benar baik untuk membuat Pandu rileks dan akhirnya tertidur. Ia bahkan tidak ingat, kapan kepalanya berpindah dari pangkuan Celine ke atas bantal yang saat ini ia gunakan saking lelapnya.
Perlahan, Pandu menyingkap selimut dan turun dari tempat tidur. Ia melangkah membuka jendela besar di samping kamar lalu berjalan keluar untuk menghirup udara segar. Di regangkannya otot-otot yang terasa kaku dengan melakukan sedikit stretching. Hah! Hidup Pandu rasanya tak pernah sedamai dan sehidup ini.
Puas menikmati pemandangan di area sekitar kamar, Pandu kembali masuk. Di tutupnya kembali jendela kamar yang menyerupai pintu super besar dan lebar itu dengan suara pelan. Amat berhati-hati agar perempuan cantik yang masih terlelap di atas ranjang tidak terganggu sama sekali.
"Dasar bayi besar!" gumam Pandu dengan senyum kecil saat memandangi Celine yang tertidur sambil meringkuk kedinginan akibat selimut yang ia pakai kini hanya teronggok di bawah kakinya. Lelaki itu memutuskan untuk mendekat. Memakaikan kembali selimut pada tubuh Celine dan hendak mengusap kepala perempuan itu.
"Nggak!" Kepala Pandu menggeleng. Setengah akal sehatnya menolak untuk melakukan hal tersebut. Tangannya yang belum sempat menyentuh kepala Celine hanya mengambang di udara sebelum di tarik kembali olehnya.
"Jangan lupa, Pandu! Lo cuma harus berpura-pura baik. Jangan sampai Lo justru malah kebawa perasaan dan bikin semua misi ini berantakan! Ingat! Segala hal baik yang Lo lakuin sampai sekarang itu cuma akting! Akting, Pandu!"
Pandu kembali menggelengkan kepalanya.
"Apa gue udah nggak waras?" ocehnya kesal pada diri sendiri.
****
Tidur lelap Celine terusik saat suara getaran ponsel di atas nakas terdengar nyaring. Perempuan itu kemudian memutuskan untuk membuka mata. Meraih benda pipih persegi panjang di atas nakas dengan malas kemudian membaca nama pemanggil yang tertera di sana.
"Ketua?" gumam Celine yang merasa asing dengan nama tersebut. Jelas, itu bukan ponsel miliknya. Di baliknya benda pipih tersebut untuk melihat bagian belakangnya.
"Oh, ini kayaknya Hp punya Pandu."
Celine bergegas untuk bangun dan memberikan ponsel tersebut pada Pandu. Rasanya, tidak pantas ia menjawab panggilan itu karena belum pernah mendapatkan izin dari pemiliknya sebelumnya.
Mencari ke ruang tamu, tidak ada. Celine memutuskan untuk masuk ke kamar. Barangkali, Pandu sedang di toilet, pikirnya.
Benar saja. Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Celine yang berniat mengetuk menjadi bingung sendiri. Haruskah ia menganggu ritual mandi Pandu? Tapi, memutuskan untuk menunggu Pandu juga bukan sesuatu yang Celine pikirkan tepat. Sepertinya, panggilan ini penting. Terbukti, sudah tiga kali nomor yang sama memanggil.
"Gimana ya?" Bimbang Celine memutuskan.
Ia baru akan mengetuk ketika sebuah pesan WA tiba-tiba masuk.
"Sudah dapat petunjuk tentang siapa pria misterius yang mengincar Celine? Ingat, Pandu! Misi ini sangat penting! Kita masih belum tahu apa yang komplotan pria itu incar dari Celine. Kita juga masih belum tahu apa yang Celine incar dari kita. Tetaplah berpura-pura baik meski kau tidak suka. Itu satu-satunya jalan untuk membuat Celine mempercayaimu!"
DEG!
Satu buah pisau seperti baru saja menancap di ulu hati Celine. Jadi, selama dua hari ini Pandu hanya berpura-pura baik? Jadi, apa yang di katakan oleh lelaki berlesung pipi itu semuanya dusta? Celine menertawai dirinya sendiri sekarang. Bodohnya dia yang begitu percaya pada semua perkataan Pandu. Jauh lebih bodoh lagi karena ia masih berharap bahwa justru pesan inilah yang bohong. Bukan segala apa yang sudah Pandu berikan padanya sejak kemarin.
"Kamu ngapain berdiri di situ?" tanya Pandu yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu kamar mandi.
"Ah, ini... Ada telepon sama pesan yang masuk di ponsel kamu!" jawab Celine sembari menyodorkan ponsel yang ia genggam pada pemiliknya.
Pandu dengan cepat merebut ponsel miliknya dari tangan Celine. Raut wajah lelaki itu mendadak berubah kembali gelap.
"Kamu buka hp aku sembarangan?" ucapnya dengan kesal.
"Bu-bukan begitu." Celine menggeleng cepat menyangkal segala tuduhan Pandu.
"Hpnya memang nggak kekunci. Jadi, aku nggak sengaja buka pesannya. Tapi, kamu tenang aja! Aku belum sempat baca isinya kok!" Celine tersenyum. Berusaha bersikap sebiasa mungkin agar Pandu tidak curiga.
"Kamu yakin, sama sekali nggak baca?" tanya Pandu yang tidak mungkin secepat itu percaya.
"Iya," angguk Celine meyakinkan.
Pandu mengangguk mengerti. "Lain kali, jangan kayak gitu lagi. Nggak sopan!" ujarnya dengan perasaan yang masih kesal.
Kedua tangan Celine saling meremas menguatkan. Ia mengangguk tersenyum dan lagi-lagi meminta maaf pada Pandu. Dan, di saat lelaki itu sudah beranjak meninggalkan ruangan kamar, Celine dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintu dari dalam. Di sana, barulah air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah. Hah! Celine benar-benar sangat cengeng. Ia sebenarnya sudah lelah menangis. Namun, mau bagaimana lagi? Selalu ada hal yang memaksanya untuk menumpahkan air matanya.
****
Pandu mengekori Celine yang baru selesai mandi dengan tatapan penuh curiga. Lelaki itu masih tak yakin bahwa Celine tak melihat isi pesan yang di kirimkan Sam beberapa saat yang lalu.
"Pagi ini kita sarapan apa? Kamu mau ke restoran atau makan di sini aja? Kalau di pikir-pikir, kita kan belum sempat nyobain menu makanan di hotel!" celoteh Celine sembari memilih-milih baju di lemari pakaian.
Pandu diam mendengarkan. Di amatinya gerak-gerik Celine dengan cermat.
"Kamu kenapa? Kok ngelihatin aku kayak gitu?" tanya Celine yang sadar bahwa Pandu sedari tadi mengamatinya.
"Bener kamu nggak lihat isi pesan itu?" tanya Pandu sekali lagi.
Celine memutar bola matanya malas. "Iya, Pandu! Lagian, emang isinya apaan sih? Kok kamu sampai segitu takutnya ketahuan?"
Perempuan itu kembali memilih-milih pakaian sebelum berakhir dengan mengambil sebuah dress bermotif bunga sebagai outfit hari ini.
"Aku pakai baju dulu, ya!" pamit Celine yang kembali ke kamar mandi untuk mengenakan pakaian.
"Apa benar kamu nggak lihat apa-apa, Celine? Kok aku ngerasa nggak yakin ya?" gumam Pandu dengan kedua tangan yang menopang dagunya.
Sementara itu, Celine yang berada di dalam kamar mandi menatap nanar pada pantulan dirinya di dalam cermin. Perempuan itu melepaskan handuk yang melilit kepalanya dengan pikiran kosong. Ia lelah bersandiwara. Padahal, kemarin ia telah memutuskan untuk berhenti melakukan pekerjaan melelahkan ini. Namun, sepertinya pekerjaan tersebut harus tetap ia lanjutkan demi bertahan hidup. Ya, bertahan hidup jauh lebih penting ketimbang perasaan Celine yang tiba-tiba tumbuh untuk Pandu, bukan?
Tolong! Siapapun katakan bahwa pilihan yang di ambil Celine ini tidaklah salah. Tolong!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Shin Gao
biar pandu rasain di tinggal celine
2022-08-16
0
Qeisha A.F Ladyjane
sama udah ada rasa sekarang dihempas ke jurang yg dalam
2021-12-19
2
Bambang Setyo
Yah ketahuan sikap pandu.. Gimana dong...
2021-11-24
1