Setelah memastikan Celine sudah kembali tertidur nyenyak, Pandu perlahan menggeser kepala Celine dari lengannya. Dengan hati-hati, ia meletakkan kepala Celine kembali di atas bantal. Pandu kemudian membuka selimut. Turun perlahan dari tempat tidur setelah kurang lebih 2 jam terpaksa memeluk Celine yang tampak sangat ketakutan.
Entah apa yang Celine impikan sehingga ia bisa sesedih dan setakut itu. Satu hal yang pasti dari semua ini adalah bahwa mimpi buruk Celine dan lelaki misterius yang tadi hendak menculiknya pastilah berkaitan satu sama lain.
"Sebenarnya, apa yang sudah kamu lalui Celine?"
Pandu yang duduk di kursi di tepi ranjang kembali mengelus kepala Celine. Melihat perempuan itu mengalami mimpi buruk seperti ini membuat sudut pandang Pandu terhadapnya sedikit mulai berubah. Pandu mengerti. Celine pasti memiliki trauma yang membuatnya mengalami mimpi buruk itu. Dan, Pandu sangat tahu bagaimana rasanya tersiksa saat ingin melupakan sebuah peristiwa menyedihkan namun tidak bisa. Karena dirinya pernah berada di posisi itu bertahun-tahun yang lalu.
Celine kembali mengernyitkan kening. Keringat dingin kembali memenuhi dahinya.
"Aku di sini! Jangan takut!" ucap Pandu lembut sembari mengurut kening Celine dengan jempol dan telunjuk kanannya.
Tak berselang lama, alis Celine kembali normal. Napas yang tadi terdengar menderu juga mulai terdengar biasa. Pandu kini mulai merasa lega dan memilih beranjak menuju ruang tamu kamar untuk meminum sedikit alkohol demi mengurai pikiran yang terasa kusut.
Teka-teki tentang kedatangan Celine ke hidupnya perlahan mulai terlihat meski masih terasa samar. Semuanya di mulai tepat ketika pernikahan mereka di laksanakan beberapa hari yang lalu. Tepat ketika acara selesai, Pandu menemukan seseorang yang memiliki gelagat aneh ketika dia dan Celine hendak menuju apartemen. Awalnya, Pandu mengira orang itu merupakan salah satu dari sekian banyak musuhnya. Namun, hal tersebut terpatahkan saat Pandu melihat orang yang sama di dalam gedung kantor Dirgantara Group tiga hari yang lalu. Bukan sedang mengawasi dia, Sam apalagi Bima. Melainkan, mengikuti kemana pun arah Celine pergi.
Pandu mengira bahwa hanya dia yang menyadari. Namun, tanpa di duganya, Bima Dirgantara sudah tahu jauh lebih dulu. Hal itulah yang membuat Bima merencanakan semua ini. Membuat Pandu dan Celine hanya berdua saja di tempat yang sedikit jauh dari Bima demi memancing lelaki misterius tersebut bergerak. Dan, BINGO! Sesuai dugaan Bima, lelaki tersebut bertindak gegabah dan masuk ke dalam perangkap.
Pandu yang sudah tahu telah di ikuti semenjak di bandara hanya membiarkan. Begitu pula ketika dia dan Celine di ikuti sampai ke pantai Kelingking. Ia bahkan membiarkan saat mobilnya di pasangi alat pelacak. Itu jauh lebih memudahkan Pandu untuk meyakinkan pria yang mengincar Celine bahwa Pandu benar-benar pergi malam ini. Padahal, yang mengendarai mobil tersebut bukanlah dirinya. Melainkan orang lain yang ia perintahkan untuk bertukar posisi di tengah jalan. Sementara Pandu, kembali ke hotel dan menunggu saat yang tepat untuk menangkap pria itu. Namun, sayang! Pandu sedikit lengah sehingga mangsanya berhasil kabur dan melukainya.
****
Sinar mentari yang menyilaukan membuat mata Celine perlahan mengerjap. Perempuan itu bergerak meregangkan badan. Berbalik ke arah kiri untuk menatap langsung pada jendela kamar yang mengarah ke laut lepas.
"Aku masih mimpi ternyata," gumam Celine di saat ia berbalik dan menemukan wajah terlelap Pandu di sampingnya.
Tangan perempuan itu terulur. Mengelus lembut pipi pria tampan di sebelahnya sambil tersenyum senang. Rupanya, mimpi semalam saat Pandu memeluknya kala ia bermimpi buruk masih berlanjut hingga sekarang.
"Andai kamu bisa terus seperti ini, Pandu! Bahkan, mimpi buruk aku pun tiba-tiba berubah jadi indah karena kamu!" lanjut Celine yang masih belum menyadari apa-apa.
Tatapan Celine menyusuri tiap pahatan indah wajah di depannya. Begitu tampan dan sangat mempesona. Bibir kemerahan milik lelaki itu bahkan terlihat sangat menggoda. Celine yakin. Pasti banyak sekali wanita di luaran sana yang sangat mendambakan di cium oleh bibir seindah ini.
"Mumpung ini mimpi, kalau aku cium nggak apa-apa kan?" Pikiran jahil itu tiba-tiba muncul di kepala Celine. Sesekali, ia terkikik sendiri dengan debaran jantung yang mulai berdetak tak beraturan.
"Oke, Celine! Tenang! Ini cuma mimpi. Jadi, nggak mungkin Pandu bangun dan mau nyekik leher kamu lagi!" ucap Celine menenangkan diri sendiri.
CUP!
Satu kecupan seringan kapas Celine berikan tepat di bibir lelaki yang sedang terlelap di sebelahnya. Tak ada reaksi apapun. Mata Pandu masih tertutup rapat dengan deru napas yang teratur.
"Kyaaaa...." Celine bangun dengan cepat. Menepuk-nepuk pipi yang sudah pasti mengeluarkan semburat kemerahan akibat ulahnya sendiri. "Aku nyium Pandu. Aku nyium Pandu! Ya ampun..." pekiknya kegirangan.
Tiba-tiba, alarm di atas nakas berbunyi. Membuat euforia Celine seketika tertelan oleh kesadaran yang tiba-tiba datang. Jika ini mimpi, mengapa suara alarmnya terdengar begitu nyata? Menyadari kesalahan yang baru saja ia perbuat, Celine buru-buru menangkap alarm di atas nakas. Mematikan benda tersebut sebelum meletakkannya kembali dengan hati-hati di tempat semula.
Celine kemudian menoleh pelan. Harap-harap cemas dalam hati semoga Pandu tidak terbangun akibat ulah alarm terkutuk ini. SAVE! Celine menghela napas lega. Pandu masih tertidur tanpa bergerak sedikit pun.
"Syukur Pandu nggak bangun! Kalau sampai dia tahu ulah aku barusan, bisa-bisa nyawa aku benar-benar bisa melayang hari ini," gumam Celine lega.
Melihat selimut yang berada di atas tempat tidur tidak menutupi tubuh Pandu sama sekali, Celine yang sebenarnya terlalu takut membangunkan Pandu kembali merangkak naik ke tempat tidur. Meraih selimut yang sepertinya semalam hanya dia yang pakai dan memakaikannya pada Pandu.
"Hufft... aman!" kata perempuan itu setelah tugasnya tunai tanpa hambatan.
Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke toilet. Mungkin, dengan mandi bisa menyegarkan kembali otak gila Celine yang saat ini sudah tidak mampu memilah mana kenyataan dan mimpi belaka.
"Gila kamu, Celine! Kenapa kamu sebodoh ini sih ?" gumam Celine sambil memukul-mukul kepalanya sendiri sebelum meraih bathrobe dan masuk ke dalam kamar mandi.
Mendengar bunyi pintu kamar mandi di tutup, sepasang mata yang sejak tadi terlelap akhirnya terbuka juga. Seulas senyum tipis, tertarik di sudut bibirnya.
"Kamu ternyata bisa nakal juga!" pujinya pada perempuan yang tadi baru saja mencuri satu kecupan ringan di bibirnya.
"Akh! Gue mikir apaan sih?"
Pandu mendadak bangun. Menyisir rambut hitamnya dengan jemari tangan sambil berjalan menuju ke arah jendela.
"Gak bisa begini! Perasaan gue nggak boleh goyah sama perempuan licik itu!"
Pandu mengusap wajahnya kasar. Lelaki itu menyadari bahwa perasaannya tidak akan bisa seperti semula lagi dalam memandang Celine. Meski benci mengakui, Pandu sadar bahwa kebenciannya perlahan terkikis seiring kebersamaannya bersama Celine. Memang belum lama. Namun, bukankah Pandu juga dulu hanya membutuhkan waktu sebentar untuk membencinya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Shin Gao
wah Bima pandai banget
2022-08-11
0
sweet@archer
cup cup cup.... hihihi....
celine gimana gak meleleh sama lesung pipi nya pandu....
tetap semangat berkarya Ay Itha 😊
2021-12-04
5
Bambang Setyo
Pengawalnya madame kira2 masih berani ngintai lagi gak ya..
2021-11-24
0