Sejauh apapun Pandu berlari untuk menghindar. Sekeras apapun ia untuk menolak. Hari yang tak pernah ia nantikan akhirnya datang juga. Ya, hari pernikahan itu telah tiba. Hari dimana Pandu merasa kehidupannya akan berhenti namun di sisi lain ia merasa telah melakukan hal yang benar. Pada kenyataannya, sejahat dan sekejam apapun dia pada Celine, kenyataan bahwa ia telah tidur dengan perempuan itu tak dapat Pandu sangkal. Dan, hal tersebut cukup membenarkan tindakannya hari ini.
"Gugup?" Bima bersandar di daun pintu. Menatap lurus pada mempelai pria yang nampak melamun menatap keluar jendela.
"Tidak, Tuan!" jawab Pandu sambil menundukkan kepalanya.
"Lalu apa? Tidak ikhlas?"
Pandu terdiam. Tidak ikhlas? Benar sekali. Dirinya masih memiliki sejuta impian untuk di raih dan segalanya langsung tersapu rata begitu Celine datang.
"Maaf membuatmu melalui semua ini," lanjut Bima saat ia menyadari bahwa Pandu membenarkan pertanyaan darinya meski tak harus menjawab secara gamblang.
"Anda tidak perlu meminta maaf." Cepat-cepat Pandu menyela ucapan Bima. Ia tak ingin atasan yang terkadang kejam padanya namun juga menjaganya layaknya saudara itu merasa bersalah. Terlepas dari apa yang Celine inginkan dari Bima, atasan bermata elangnya itu tidak harus meminta maaf untuk apa yang akan Pandu jalani ke depannya. Sungguh! Bima tidak bertanggung jawab untuk semua itu.
Bima menghela napas. Ia menghampiri Pandu dan menepuk-nepuk pipi pria berlesung pipit itu beberapa kali.
"Jangan terlalu kasar pada Celine. Setelah ijab qobul, dia akan resmi menjadi istrimu secara sah. Kau boleh membencinya, tapi jangan terlalu banyak."
"Tapi dia memiliki maksud terselubung dengan semua ini, Tuan muda. Perempuan licik itu mengincar sesuatu dari anda. Saya tahu itu!" ucap Pandu menggebu-gebu.
Bima tersenyum. Di tepuknya kedua bahu Pandu sembari merapikan jas pengantin bodyguard pribadi istrinya itu.
"Dan kau pikir saya tidak tahu?" Pria dengan aura kekuasaan luar biasa tersebut tertawa. "Mungkin dia punya maksud terselubung, tapi bukannya kamu juga tahu kalau dia sebenarnya tidak berbahaya? Celine terlalu lemah untuk meruntuhkan kita. Dan, saya tahu bahwa perempuan itu datang bukan untuk menghancurkan."
"Mustahil, Tuan Muda!" Pandu menolak mentah-mentah hipotesa Bima.
"Ingin bertaruh?" Sebelah alis Bima terangkat. Seringai licik di wajahnya sukses membuat Pandu meneguk salivanya secara tiba-tiba.
***
"Celine! Cantik banget kamu!" puji Ellena riang. Ia tak pernah menyangka bahwa kecantikan Celine akan meningkat 100 kali lipat dalam balutan kebaya putih dan hiasan kepala khas pengantin Sunda.
"Terima kasih, Nona!" jawab perempuan itu malu-malu.
"Ellena! Nggak pakai Nona, apalagi Ibu. Paham?" ujar Ellena memperingatkan.
Calon pengantin wanita yang sedang duduk di depan meja rias mengangguk tersenyum. Melihat Ellena dan Okta yang sibuk melakukan ini-itu di hari pernikahannya membuat air mata Celine berlinang. Demi apapun. Ia melihat bayangan Lorna, Amber, Audrey dan Gabriella di dalam diri Ellena dan Okta.
"Kok nangis?" seru Okta dengan panik. Sigap, perempuan itu menarik selembar tisu dan mengelap air mata Celine yang membasahi pipinya. "Jangan nangis dong! Entar make-up kamu luntur loh. Kan, bentar lagi acara mau mulai, Celine."
"Maaf, mba!"
Okta menghela napas. Di peluknya tubuh ramping Celine demi menenangkan kegamangan perempuan cantik itu.
"Mba tahu kamu pasti sedih karena nggak di dampingi keluarga kamu, kan?"
Celine tak menjawab. Perempuan itu tertunduk seraya menggigit bibir bawahnya.
"Nggak usah ngerasa sendiri lagi, Celine! Sekarang, kamu benar-benar sudah resmi bergabung dengan kami. Itu artinya, sekarang kamu sudah menjadi keluarga. Sudah menjadi seseorang yang akan kami lindungi dengan segenap tenaga kami." Okta mengusap pelan pipi kiri Celine. Tersenyum begitu teduh ke arah calon pengantin yang benar-benar nampak seperti bidadari hari ini.
"Bukan begitu, mba! Aku sedih karena aku merasa bersalah karena sudah memanfaatkan kalian semua! Maaf!"
"Terima kasih, mba!"
Okta mengangguk.
"Sudah waktunya!" Ellena yang tadi sempat keluar untuk mengecek persiapan kembali masuk ke dalam kamar. Akad nikah sebentar lagi akan di adakan.
"Siap?" Okta memegang erat kedua tangan Celine.
Perempuan itu, meski jantungnya berdentum tidak teratur. Meski kedua lututnya bergetar hebat. Meski pening tiba-tiba menyerang kepala, ia tetap mengangguk dengan senyuman. Biar bagaimanapun, semua ini demi keamanannya.
Mungkin, ada yang berpikir bahwa semua masalah akan selesai jika Celine memberitahu Pandu dan Bima akan alasan sebenarnya ia melakukan semua ini. Namun, perempuan itu cukup sadar diri untuk tidak membuat perang yang berpotensi membuat Pandu dan Bima terluka. Biarkan saja seperti ini! Biarkan Pandu dan Bima tidak tahu apa-apa dan anak buah Madam Chu tetap mengintainya dari kejauhan.
Celine hanya berharap bahwa suatu hari nanti, Madam Chu akan lelah mengejarnya dan dia bisa melepaskan Pandu dan mengembalikan segala yang telah ia renggut dari pria itu. Namun, jika hari itu tak kunjung datang, maka harapan untuk Celine pupus sudah. Segalanya berakhir.
Kata-kata lantang Pandu di depan penghulu dan para saksi menggema di telinga Celine. Kini, ia sah menjadi istri dari pria itu. Kini, hidupnya benar-benar terikat pada Pandu meski ia tahu bahwa lelaki itu sama sekali tidak menginginkannya.
"Mulai hari ini, kamu tidur di sini!" ucap Pandu usai membukakan pintu sebuah ruangan untuk Celine.
Selesai mengucapkan hal yang perlu ia katakan, Pandu bergegas menuju ke kamarnya sendiri. Mengabaikan kebingungan yang Celine alami karena tidak tahu harus berbuat apa dengan ruangan yang penuh barang rongsokan dan berdebu itu.
Celine menghela napas panjang. Perempuan itu membuka kopernya dan mengeluarkan pakaian dari dalam sana untuk berganti pakaian. Selepas itu, ia mulai membersihkan ruangan yang akan ia jadikan sebagai tempat tidur selama menjadi istri seorang Pandu.
"Huffttt... Capek juga!" Celine meregangkan otot-otot lehernya. Saat ini, ruangan yang tadinya kotor dan berantakan sudah bersih dan tertata rapi. Untuk malam ini, ia bisa beristirahat dengan tenang walaupun sepertinya dia akan kepanasan.
"Apa tanyain Pandu aja ya? Siapa tahu dia punya kipas angin yang nggak kepake?" gumam Celine mempertimbangkan. "Tapi, jangan deh! Kalau dia marah, gimana? Kalau aku di cekik lagi, gimana?" Gadis itu memegang lehernya sambil bergidik ngeri.
"Tapi, kalau nggak pake kipas, yang ada aku nggak bisa tidur nyenyak. Gimana dong?" Celine merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur kecil yang memang sudah ada di dalam ruangan itu.
Di celah pintu yang sedikit terbuka, Pandu melihat dan mendengar semua yang Celine lakukan dan katakan. Sejauh ini, perempuan itu tidak melakukan hal yang mencurigakan. Namun, bukan berarti Pandu akan lengah. Lihat saja! Dia pasti bisa mengungkap apa yang di sembunyikan Celine cepat atau lambat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bambang Setyo
Bagus ini.. Celine rajin dari gudang bisa langsung bersih jadi kamar
2021-11-24
0
Yuli Herawati
sangkin lamanya dirimu thor buat update aku jadi baca ulang soalny sedikit lupa alur ny...😁
2021-10-08
0
𝐀⃝🥀👙𝐄𝐥𝐥𝖘𝖍𝖆𝖓 E𝆯⃟🚀
Oalah ni novel kirain th th ga di terusin,, hiatus selamanya.🤭 Alhmdllah trnyta masih ada up jga.. Makasih thoorr.. 🙏🙏🙏
2021-10-01
0