Hari pertama

Celine mematung dengan sepiring ikan goreng yang nyaris terjatuh dari kedua tangannya. Kedatangan Pandu yang tiba-tiba ke dapur membuat rasa ngeri wanita itu bangkit kembali.

"Se-selamat pagi!" Celine menyapa tanpa bisa menyembunyikan ketakutannya pada Pandu. Segera, ia meletakkan ikan goreng tadi di meja makan lalu duduk di salah satu kursi.

"Kamu udah mau berangkat?"

Lelaki yang di tanya tampak tak peduli. Wajah tampannya terlihat sangat tidak senang ketika ia menjumpai Celine di dapur apartemennya.

"Nggak sarapan dulu?" tanya Celine tak menyerah. Ia masih berusaha bersikap ramah bahkan ketika Pandu tidak menggubris keberadaannya sama sekali.

Pandu yang hendak melangkah pergi ketika selesai meminum segelas air putih mendadak berhenti. Ia kemudian berbalik. Menatap sinis wanita tak tahu malu yang sedang sarapan di ruang makan apartemennya.

"Dasar perempuan nggak tahu malu," cibir Pandu dengan tatapan jijik sebelum kembali melangkah pergi.

Suara bantingan pintu membuat Celine memejamkan matanya. Sekuat tenaga ia berusaha menenangkan hati. Perempuan cantik itu tersenyum. Meski, kedua matanya berlinang air mata.

"Gak apa-apa, Celine!" gumamnya menghibur diri sendiri. Ia tetap melanjutkan makan. Sambil sesekali tersenyum untuk menipu diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja.

****

"Si*LAN..." umpat Pandu kesal sambil memukul-mukul kemudi mobilnya. "Emang ada ya, perempuan yang nggak punya malu sedikitpun kayak dia?"

Pandu menarik napas panjang. Di sandarkannya kepala lalu memejamkan mata demi menenangkan pikiran yang bergejolak. Selang beberapa saat, lelaki itu kembali menghela napas.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan di kaca mobil membuat Pandu menoleh. Wajah kesalnya mendadak pudar ketika melihat sosok cantik nan menggemaskan Azkia terlihat sudah siap dengan seragam sekolahnya. Di sampingnya, ada Ellena yang sedang menggenggam tangan gadis kecil menggemaskan itu.

"Hai, sweetgirl!" sapa Pandu usai pintu mobil ia buka. Dengan cekatan, ia menggendong gadis kecil itu. Mencium pipi kiri dan kanan Azkia bergantian.

"Uncle kok marah?" tanya Azkia polos.

"Siapa yang marah?" Pandu bertanya dengan wajah jenaka seperti biasa.

"Kalau nggak marah, kenapa stir mobilnya di pukul? Kan, gak salah apa-apa," ucap Azkia polos.

Pandu nampak sedikit tidak enak. Terlebih lagi, saat menatap wajah Ellena yang sepertinya juga sedang menunggu penjelasan darinya.

"Kia masuk mobil dulu ,ya. Mama sama Uncle mau ngomong sebentar." Ellena meraih Azkia dari gendongan Pandu lalu memasukkan gadis kecil itu ke dalam mobil sebelum menutup pintunya kembali.

"Berantem sama Celine?" tanya Ellena dengan tangan bersedekap di depan dada.

"Tidak, Nona!" jawab Pandu berbohong. Pria itu menunduk. Tak berani menatap Ellena dengan netranya yang jelas sedang mengukir kebohongan.

Ellena menghela napas sambil mengangguk paham. Sedikit banyak, Ellena paham situasi Pandu karena ia juga pernah berada dalam posisi yang sama seperti Pandu meski dengan cerita yang jelas sangat berbeda.

"Nggak semua yang terlihat dari Celine itu buruk, Kak!" ucap Ellena menasehati.

Mulut Pandu sudah hampir mengeluarkan suara protes ketika Ellena kembali melanjutkan perkataannya.

"Mungkin dia memang punya motif tertentu dengan mendekati keluarga kita. Tapi, jangan hanya karena satu kecurigaan, membuat Kak Pandu buta untuk menyadari kalau Celine saat ini terlihat sedang putus asa."

"Putus asa? Cih!" Pandu tertawa menyepelekan.

"Aku pernah di posisi dia sebelumnya. Dan, terlebih lagi, aku dan dia sama-sama perempuan. Kami bisa jauh lebih peka memahami perasaan masing-masing meski tanpa perlu berbicara banyak."

Kali ini, Pandu diam. Ia tak tahu harus dengan kalimat apa untuk memotong pernyataan Ellena. Ia takut Ellena tersinggung jika dia tetap bersikeras mengatakan bahwa Celine selebihnya bukan orang baik seperti yang Ellena pikirkan.

"Kak Pandu ngira aku salah menilai ya?"

Pertanyaan Ellena nyaris membuat Pandu tersedak ludahnya sendiri. Darimana Ellena tahu apa yang Pandu pikirkan?

"Ti-tidak begitu!" sangkalnya.

"Coba lihat lebih baik lagi, Kak! Bisa jadi, Celine jauh lebih rapuh dari yang Kak Pandu pikirkan. Oke?" ujar Ellena sembari menepuk bahu kanan Pandu. "Aku panggil Arkan dulu ya!" lanjutnya sebelum meninggalkan Pandu yang tertegun sendirian.

Selepas mengantar Arkan dan Azkia ke sekolah, Pandu berangkat menuju Dirgantara Group. Ada panggilan darurat dari Bima yang mengharuskan Pandu untuk datang segera. Sementara, tugas memastikan Arkan dan Azkia aman di sekolah sudah di berikan kepada dua bawahan Sam yang lain.

Pandu menghentikan langkahnya yang terburu-buru begitu pintu lift terbuka. Raut wajahnya mendadak suram. Sorot matanya tajam menghunus aura permusuhan kepada seorang perempuan satu-satunya yang berada di dalam lift. Sementara, perempuan itu hanya memeluk map besar berwarna biru dengan erat. Matanya berkedip menghalau ketakutan yang tiba-tiba menguar dari dalam tubuhnya. Nampak, setiap sel saraf Celine sudah mulai terbiasa mendeteksi kengerian setiap berdekatan dengan Pandu.

Mau tak mau, Pandu tetap masuk ke dalam benda kotak itu. Ia tak punya pilihan lain karena harus buru-buru sampai ke ruangan Bima.

"Mau ketemu Pak Bima, ya?" tanya Celine basa-basi. Meski jemarinya bergetar, gadis itu berusaha tetap biasa-biasa saja.

"Bukan urusan kamu," jawab Pandu ketus.

"Ada perlu apa?" tanya Celine lagi.

"Saya bilang, bukan urusan kamu, Celine!" bentak Pandu yang bertambah kesal.

"PMS ya? Galak banget!" cetus Celine yang bermaksud bercanda. Namun, yang ia dapat sebagai balasan justru tatapan tajam tak bersahabat dari Pandu.

"Maaf!" ucap Celine mencicit. Beruntung, pintu lift kembali terbuka dan Celine buru-buru keluar dari sana lebih dulu. Sementara, Pandu menyusul selang 3 detik kemudian dan langsung memasuki ruangan Bima tanpa perlu menunggu persetujuan dari pemilik ruangan.

"Akhirnya kamu datang!" ucap Bima tanpa perlu mendongak melihat siapa yang mampir ke ruangannya.

"Anda mencari saya?" tanya Pandu setelah sebelumnya menundukkan badan sembilan puluh derajat memberi hormat pada atasannya.

"Saya punya tugas untuk kamu," kata Bima sambil terus mencoret-coret sesuatu di tablet pintar miliknya.

"Apa, Tuan?"

"Saya ada pertemuan bisnis selama seminggu di Bali. Tapi, sayangnya saya tidak bisa hadir karena Ellena sedang tidak ingin di tinggal akhir-akhir ini."

"Lalu?"

"Celine yang akan menggantikan saya untuk ke sana. Dan kamu, bertugas untuk menemaninya selama seminggu bekerja tanpa saya," terang Bima tak acuh.

"Anda gila?" tanya Pandu dengan wajah terkejut.

Gerakan menggambar Bima di tablet terhenti. Wajahnya mendongak dengan tatapan pembunuh ke arah Pandu.

"Gila? Kami bilang saya gila?" Bima meraih salah satu pensil yang berjejer rapi di atas mejanya. Melempar benda tersebut hingga telak mengenai kening Pandu.

"Ma-maaf, Tuan!" ujar Pandu menyesal. Ia memukul mulutnya sendiri karena sudah berseru lancang terhadap atasannya.

"Kalau mau mati lebih cepat, bilang! Mumpung istri saya yang selalu belain kamu lagi nggak ada di ruangan ini!" Bima kembali meraih satu pensil dan melemparnya ke arah Pandu.

"Maaf, Tuan!" Pandu berusaha menghindar yang justru semakin membuat amarah Bima kian menjadi-jadi.

"Permisi, Pak!" Celine tiba-tiba masuk dengan wajah tersenyum. Membuat, pensil yang hampir di lemparkan lagi oleh Bima tertahan di jari pria itu.

"Ada apa?" tanya Bima sembari meletakkan kembali pensil itu di tempat semula.

"Rapat dengan dewan eksekutif dimulai lima menit lagi. Apa Bapak ingin ke ruang rapat sekarang?"

Bima memandangi arloji di pergelangan tangan kirinya. Celine benar. Pertemuannya dengan para dewan eksekutif memang sebentar lagi akan di mulai. Padahal, awalnya Bima sudah salah sangka mengira Celine masuk tiba-tiba ke ruangannya karena ingin menyelamatkan Pandu.

"Ke sini sebentar!" perintah Bima sambil memberi isyarat tangan agar Celine mendekat.

Perempuan cantik itu tetap memasang senyum meski kelopak matanya lagi-lagi berkedip karena grogi harus berdiri berdekatan dengan Pandu.

"Ya, Pak?" tanyanya ramah.

"Dua hari lagi, kamu berangkat ke Bali untuk menghadiri meeting dengan klien perusahaan kita menggantikan saya," kata Bima yang sukses membuat ekspresi wajah Celine kaget bukan main.

"Ta-tapi, Pak... Bukannya itu klien penting? Sa-saya rasa saya..."

"Pandu akan ikut menemani kamu," potong Bima cepat. Lelaki bermata elang itu mampu menangkap ekspresi ketakutan di wajah Celine. Namun, akan hal apa? Kenapa gadis ini terlihat begitu gelisah ketika Bima memintanya menjauh darinya?

"Pak, saya belum cukup pengalaman untuk memperoleh mandat sebesar ini. Akan lebih baik jika wakil direktur anda saja yang berangkat," ucap Celine dengan nada panik. Ke Bali sendirian tanpa Bima? No. Anak buah Madam Chu akan dengan mudah menangkap Celine dan membawanya kembali pada wanita Medusa itu.

"Saya tidak suka di bantah, Celine! Pergi ke Bali atau pergi selamanya dari perusahaan ini. Kamu yang tentukan!" ujar Bima tegas sambil berjalan lebih dulu menuju ruang rapat.

Terpopuler

Comments

Oci Afrela

Oci Afrela

setelah di tunggu2 sekian lama,akhirnya update lagi.kirain udah pindah lapak.baru tau juga klw ceritanya udah di lanjut lagi🥺

2022-01-11

0

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Bima tetap ngawasin celine lah.. Gak mungkin lepas tangan gitu aja..

2021-11-24

0

Neshazr

Neshazr

udah lama ditunggu2

2021-11-15

0

lihat semua
Episodes
1 Sekuel kedua Bima&Ellena
2 Luka Hati
3 Permulaan
4 Wanita Misterius
5 Keputusan
6 Sekretaris Baru
7 Bukan Sekretaris Biasa
8 Pernikahan
9 Hari pertama
10 Bali dan dirinya
11 Satu kamar
12 Malam Pertama
13 Mimpi buruk yang berakhir indah
14 Pengulangan
15 Belajar menyukaimu
16 Tentang masa lalumu
17 Pesan yang menghancurkan
18 Beri aku sedikit kepercayaan
19 Bukan pelarian yang tepat
20 Balas dendam yang sepadan
21 Mari mulai sekali lagi!
22 Friends with benefit
23 Oleh-oleh
24 Kita pernah ada
25 Seperti seharusnya
26 Jejak yang terputus
27 Darren vs Damian
28 Anjing VS Serigala
29 Orang ketiga
30 Khawatir kamu mencintai yang lain
31 Khilafku
32 Dia suamiku!
33 My bos, My superhero
34 Bertahan atau lepaskan?
35 Tentang Hati Celine
36 Tentang hati Pandu
37 Masa lalu
38 Sebenarnya cinta
39 My Father is a devil
40 Sebelum badai
41 Segalanya dimulai
42 Membuat kenangan
43 Mari berpisah!
44 Dalam gelap
45 Lubang hitam
46 Cinta pertamaku
47 Dua pilihan
48 Kepedulian Okta
49 Mendapatkan kembali
50 Peka
51 Sebelum perang dimulai
52 Kehilangan sandaran
53 One night part I
54 One Night Part II
55 One Night part III
56 Detik terakhir Part I
57 Detik Terakhir Part II
58 Detik Terakhir Part III
59 After the darkness
60 Hidup terus berjalan
61 Pencarian terakhir
62 Perompak
63 Pulang
64 Berpisah
65 Sekeping hati yang hilang
66 Memulai kembali
67 Healing
68 Seperti sedia kala
69 Cuti
70 Cuti part II
71 Dream's come true
72 Hati wanita tua
73 Ikhlaskan yang sudah hilang!
74 Bebaskan dirimu!
75 Perkara gaji
76 Janji terakhir
77 Serangan balik
78 Serangan balik part II
79 Cari aku jika bosan
80 Ending
81 Epilog
82 Di akhir cerita
83 Pengumuman
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Sekuel kedua Bima&Ellena
2
Luka Hati
3
Permulaan
4
Wanita Misterius
5
Keputusan
6
Sekretaris Baru
7
Bukan Sekretaris Biasa
8
Pernikahan
9
Hari pertama
10
Bali dan dirinya
11
Satu kamar
12
Malam Pertama
13
Mimpi buruk yang berakhir indah
14
Pengulangan
15
Belajar menyukaimu
16
Tentang masa lalumu
17
Pesan yang menghancurkan
18
Beri aku sedikit kepercayaan
19
Bukan pelarian yang tepat
20
Balas dendam yang sepadan
21
Mari mulai sekali lagi!
22
Friends with benefit
23
Oleh-oleh
24
Kita pernah ada
25
Seperti seharusnya
26
Jejak yang terputus
27
Darren vs Damian
28
Anjing VS Serigala
29
Orang ketiga
30
Khawatir kamu mencintai yang lain
31
Khilafku
32
Dia suamiku!
33
My bos, My superhero
34
Bertahan atau lepaskan?
35
Tentang Hati Celine
36
Tentang hati Pandu
37
Masa lalu
38
Sebenarnya cinta
39
My Father is a devil
40
Sebelum badai
41
Segalanya dimulai
42
Membuat kenangan
43
Mari berpisah!
44
Dalam gelap
45
Lubang hitam
46
Cinta pertamaku
47
Dua pilihan
48
Kepedulian Okta
49
Mendapatkan kembali
50
Peka
51
Sebelum perang dimulai
52
Kehilangan sandaran
53
One night part I
54
One Night Part II
55
One Night part III
56
Detik terakhir Part I
57
Detik Terakhir Part II
58
Detik Terakhir Part III
59
After the darkness
60
Hidup terus berjalan
61
Pencarian terakhir
62
Perompak
63
Pulang
64
Berpisah
65
Sekeping hati yang hilang
66
Memulai kembali
67
Healing
68
Seperti sedia kala
69
Cuti
70
Cuti part II
71
Dream's come true
72
Hati wanita tua
73
Ikhlaskan yang sudah hilang!
74
Bebaskan dirimu!
75
Perkara gaji
76
Janji terakhir
77
Serangan balik
78
Serangan balik part II
79
Cari aku jika bosan
80
Ending
81
Epilog
82
Di akhir cerita
83
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!