****
"AHAHAHAHA"
Bu Nadia tertawa sepanjang perjalanan pulang, bahkan sampai sudah memasuki rumah pun Bu Nadia masih belum bisa menahan tawanya
Gara gara kejadian di foodcourt mall, rencana mengunjungi tiga tempat lainnya jadi batal, karena Lisa langsung lari, meninggalkan Bu Nadia dan tatapan penasaran seluruh pengunjung yang ada disana.
"Udah dong ma ketawanya" ucap Lisa yang menjadi objek tertawanya Bu Nadia
"Maaf maaf, abis mama keinget terus kejadian tadi di mall, harusnya tadi kamu lihat ekspresi syok kamu"
"Wajar lah aku syok, tiba tiba aja mama teriak aku hamil didepan banyak orang, malu banget aku jadi pengen gali lubang buat ngumpet"
"Ya maaf, habis Armand kesannya buru buru banget nentuin pernikahan kalian, terus lihat kamu yang pucet kaya gitu mama ya jadi berasumsi kalau kalian udah DP duluan"
"Ya ampun maaa, kita ketemu pertama kali aja dipanti, gimana udah bikin DP"
"Ya kan mama ga tahu, mungkin aja sebelumnya kalian emang udah menjalin hubungan, terus kalian janjian dipanti gara gara kamu hamil, lalu Armand ngenalin kamu sebagai calon mantu mama, makanya dia buru buru nentuin hari pernikahan kalian" Bu Nadia yang kecanduan sinetron mulai mengarang cerita versinya sendiri
"Mama dapat ide mengarang novel darimana? kalau kita emang udah lama menjalin hubungan, Armand ga mungkin rahasiain hubungan kita ke orangtuanya kan?"
"Heemm" Bu Nadia mengehela nafas panjang sambil menyenderkan punggungnya di sofa "Kamu masih belum tahu Armand rupanya, dia itu orang paling susah ditebak dimuka bumi ini, mama aja yang jadi mama nya kadang suka bingung nebak maunya dia"
"Sifat aslinya Armand itu seperti apa memangnya ma?"
mari kita lihat i**nformasi apa yang bisa aku dapat tentang dia
"Armand itu...dia anak yang ceria dari kecil, pandai, humoris, dan pekerja keras, tapi dia tidak pernah terbuka mengenai kehidupan pribadinya, entah dia sedang punya masalah atau tidak, mama ga pernah tahu, dari kecil dia ga pernah bikin masalah, bahkan disekolahpun dia selalu jadi murid teladan, dimata orang dia merupakan anak yang sempurna"
Bu Nadia terdiam sejenak, kemudian dia melanjutkan ceritanya
"Harusnya mama senang punya anak seperti Armand yang bisa membuat iri orangtua lain, tapi mama justru malah khawatir, dia menanggung semua beban hidup nya sendiri, dia tidak mau bersandar pada oranglain meskipun itu orangtuanya, kadang mama juga ingin dia curhat sama mamanya seperti anak anak yang lain"
bahkan orang terdekatnya pun tidak bisa menjangkaunya, kenapa dia jadi mirip bintang dilangit, dapat dilihat tapi tidak dapat disentuh, batin Lisa
"Mungkin Armand cuma ga mau membuat mama khawatir" Lisa mencoba menghibur Bu Nadia yang sudah mulai berkaca kaca
"Ya, mama fikir juga begitu, dia memang lebih mengkhawatirkan keluarga dan perusahaannya daripada dirinya sendiri"
Lisa menggeser duduknya lebih dekat dengan Bu Nadia, dia menepuk nepuk punggung tangan Bu Nadia mencoba memberikan dukungannya.
"Semoga pernikahan kalian bisa membawa kebahagiaan untukmu dan Armand, cuma itu harapan mama"
DEG
Lisa tidak menjawab, dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia ucapkan, pernikahan ini seperti takdir Tuhan yang tidak dapat dia hindari.
.
.
.
.
.
DRRTTT....DDRRTTTT...
Ponsel Lisa sudah bergetar dari tadi, tapi sang pemilik masih belum mengangkat teleponnya, dia meninggalkan ponselnya dikamar karena lupa kalau sekarang dia sudah punya ponsel yang diberikan Armand.
Sepulang dari jalan jalan bersama Bu Nadia Lisa langsung menuju kamar mandi, setelah selesai mandi, dia baru melihat ponselnya yang menyala di atas nakas.
"Gawat aku lupa kalau udah punya HP, mana nada deringnya aku matiin biar ga berisik" Lisa sengaja mematikan nada deringnya karena nada dering yang sudah disetel Dean bisa membuat jantungan orang yang mendengar
Dilayar tertulis duapuluh panggilan tak terjawab, yang semuanya dari Armand, Lisa mengklik nomor Armand dan mencoba menelepon balik.
Bukannya ucapan salam atau halo, yang terdengar diujung sana malah suara teriakan.
"DARIMANA SAJA KAU SEHARIAN INI?"
Lisa menjauhkan ponselnya dari telinga, dan mengorek kupingnya dengan jari
"Maaf tadi mama ngajak aku jalan jalan, karena buru buru aku jadi lupa bawa HP, kalau ga percaya tanya mama aja"
"Mama juga ga ngangkat teleponnya"
"Mana aku tahu kalau mama ga ngangkat telepon kamu, beneran ko aku tadi abis jalan jalan sama mama, coba tanya sama Mang Eman (sopir Bu Nadia)"
"Dimana kamu sekarang?"
"Dikamar" Jawab Lisa singkat
"Bersiaplah, sebentar lagi Dean menjemputmu dirumah"
"Mau keman" tuutt..tuut..Belum selesai Lisa berbicara, Armand sudah mematikan teleponnya
Lisa langsung berlari ke ruang gantinya, dia bingung sendiri mai pakai baju apa, karena Armand tidak menjelaskan dia mau diajak kemana.
Sialan, udah main suruh seenaknya, seenggaknya kasih tau mau kemana ke, kan jadi bingung harus pake baju apaan
Akhirnya Lisa memilih dress biru muda yang tidak terlalu mencolok juga tidak terlalu simple, dia merias sedikit wajahnya agar tidak terlalu polos, terserah Armand mau mengajaknya kemana, ke pelaminan sekarang juga Lisa sudah pasrah
***
"Haaaa" Armand menghela nafas panjang sambil menjatuhkan badannya ke sofa diruangan kerjanya
"Aku benar benar ceroboh, bagaiamana bisa aku membiarkannya sendirian tanpa pengawasan, aku bahkan belum tahu tujuan pastinya apa, bagaimana kalau dia berencana mencelakain orangtuaku"
Armand bermonolog mengingat tindakan cerobohnya
"Semua gara gara matanya itu, setiap kali melihatnya aku seakan terhipnotis, kenapa dia bisa memiliki mata yang begitu tenang, sama sekali tidak ada ambisi, bahkan emosi yang terpancar dari sorot matanya"
Armand yang terhipnotis pancaran mata Lisa membiarkan gadis itu begitu saja, dia bahkan tidak meminta Jeremi untuk sekedar memperhatikannya, sampai tadi Lisa dan mamanya tidak dapat dihibungi, barulah fikiran negatif Armand bermunculan.
Bagaimana jika Lisa menyekap mamanya dan mengancam Armand untuk melepaskannya setelah memberi uang tebusan, semua adegan adegan yang ada di film action bermunculan di kepala Armand.
"Setelah menikah nanti aku akan menjauhkannya dari orang orang terdekatku"
***
Hanya perlu waktu 15 menit untuk Lisa bersiap, dan itu bertepatan dengan kedatangan Dean.
"Selamat sore nona" Sapa Dean sopan kepada Lisa
"Sore juga Dean" Lisa menjawab sapaan Dean sambil berjalan memasuki mobil
"Dean, kita mau kemana sekarang?" tanya Lisa pada Dean yang sudah duduk dibangku kemudinya
"Ke kantornya Pa Armand nona"
"Kenapa ke kantornya?" Lisa bingung untuk apa Armand ingin dia ke kantornya sore sore begini
T**ahu gitu aku tadi pilih baju yang simpel aja, mana dandan syantik begini, sayangkan kalo cuma dipajang dikantornya dia, lagian harusnya kan ini jam pulang kerja
"Saya juga tidak tahu nona, Pa Armand cuma menyuruh saya menjemput anda"
"hemm, bukannya sekarang harusnya jam pulang kerja ya?"
"Iya nona, saya juga harusnya sudah pulang tadi"
Dean terlihat memasang wajah kesal nya karena harus menjemput Lisa padahal sudah masuk jam pulang
"Kasian dong jam kerja kamu jadi nambah gara gara jemput aku, padahal harusnya bos kamu itu pulang aja kerumah kalau ada yang mau dia omongin, kenapa juga harus ngerepotin orang"
"Itulah seninya jadi bos nona, bisa nyuruh nyuruh orang seeemaunya"
"Hahahaha, iya ya"
Ucapan Dean yang selalu benar itu membuat Lisa tertawa, sekilas dia memang terlihat polos, tapi sebenarnya dia bisa mengerti apa yang sedang terjadi disekitarnya, sifatnya yang seperti itu lah yang membuatnya bertahan selama ini disisi Armand.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments