***
"Pa, sekretaris Pa Bram menelpon saya terus terkait kontrak kerja sama yang mereka tawarkan, apa anda masih belum memutuskan pa?" tanya Dean pada Armand yang baru saja duduk dimeja kerjanya
"Tidak, aku belum memutuskan, info terakhir darimu sudah cukup meyakinkanku kalau Mandala tidak seperti perusahaan pada umumnya" Jawab Armand sambil menyalakan laptop nya dan mulai bekerja
"Jadi apa saya langsung tolak saja pa?"
Kali ini Armand menoleh pada Dean sebelum menjawab "tidak perlu, kita lihat seberapa pentingnya kerjasama ini untuk Bram, biar dia kesini sendiri kalau memang butuh"
"Baiklah pa, kalau begitu saya permisi dulu" Dean membungkukkan kepalanya sedikit kemudian berbalik menuju pintu, tapi langkahnya terhenti saat Armand kembali memanggilnya
"Dean, ada beberapa hal yang perlu kau urus, dan harus selesai sebelum minggu depan!"
Dean mengerutkan kening nya, karena setahunya tidak ada hal mendesak yang terjadi diperusahaan "Hal mengenai apa Pa?"
"Pernikahanku" jawab Armand santai
Sedangkan Dean hanya melongo dan tampak berfikir
"Kenapa malah bengong, cepat sana kembali keruanganmu, nanti aku email mengenai detailnya"
"Pa, apa anda sudah benar benar yakin? saya fikir anda hanya akan main main saja dengan nona Lisa"
"Memang kapan kau pernah melihatku main main dengan wanita?" Armand malah balik bertanya, dan hanya menambah kebingungan di otak kecil Dean
"Pa, bukannya menikah itu untuk mereka yang saling suka, apa nona Lisa juga menyukai anda Pa?" pertanyaan yang tepat menghujam jantung Armand, karena secara tidak langsung itu merusak gelar Armand sebagai pria idaman setiap wanita
"KAU..."Armand mengacungkan telunjuknya kearah Dean, ingin sekali dia memakinya tapi dia urungkan
"Haaaa, memang percuma aku menjadikanmu sekretaris pribadi, otak mu tidak pernah sinkron"
"Maaf pa, saya akan berhenti bertanya kalau begitu"
"Apa kau benar benar tidak tahu kenapa aku mau menikahinya?"
"Tentu saja saya tahu, karena nona Lisa cantik bukan? memang ada lagi? toh anda juga belum terlalu mengenal nona Lisa" Jawaban Dean yang polos kembali menikam jantung Armand
"Sialan kau, percuma aku mengajakmu bicara"
Dean terkekeh, melihat Armand yang kesal
"Maaf pa, saya kan tidak tahu isi hati anda, tapi..saya tidak ingin terjadi sesuatu pada anda nantinya, jika tujuan anda menikahi nona Lisa hanya untuk mengungkap jati dirinya, sebaiknya anda pikirkan lagi, bukankah masih banyak cara lain selain menikahinya? sebaiknya anda menikah dengan orang yang anda cintai saja pa" kali ini Dean serius dengan ucapannya
Armand tampak berfikir sejenak mendengar ucapan Dean yang memang benar adanya
"Entahlah, aku hanya ingin menempatkannya ditempat yang paling dekat, sangat dekat, dan mudah terjangkau olehku, dan hanya cara itu yang terpikir olehku, lagipula pernikahan untuk orang sepertiku tidaklah jauh dari bisnis, belum tentu aku akan menemukan orang yang aku cintai sebelum orangtuaku menjodohkanku"
Kali ini Dean yang terdiam, pernikahan untuk kaum jetset memanglah tidak lebih dari perkara bisnis yang akan saling menguntungkan kedua pihak, termasuk bos nya, lebih baik dia yang memilih daripada dia yang dipilih, begitu pikir Dean, setidaknya bosnya yang akan memegang kendali dalam pernikahannya.
"Kalau memang demikian, saya hanya akan berdo'a untuk kebahagiaan anda saja pa"
"Yaa, semoga aku bahagia"
"Saya permisi dulu kalau begitu"
"Hemm"
Dean pun keluar dari ruangan meninggalkan Armand yang kembali bergulat dengan laptopnya, namun tangannya tiba tiba terhenti, perkataan Dean kembali terngiang ditelinga Armand
"Cinta ya?"
"Apa mungkin aku memang sedang jatuh cinta?"
Armand menyenderkan tubuhnya dikursi sambil menggoyang goyangkannya kekiri kekanan, pikirannya kini sedang melayang, bahkan ingatannya tentang kejadian tadi pagi dihalaman belakang pun ikut hinggap dibenaknya, dan tiba tiba dia tersenyum sendiri mengingat kejadian itu
"Dia sedang apa ya sekarang?"
..._______________...
"Ma, apa kita mau ke tempat lain lagi?" tanya Lisa pada Bu Nadia
"Masih ada tiga tempat lagi"
Lisa terhenti dari jalannya, tangannya yang sedang memegang banyak papper bag belanjaan melorot tak bertenaga.
Setelah sarapan, calon ibu mertuanya itu langsung mengajak Lisa keluar rumah, dari pagi tadi dia sudah pergi ke salon untuk perawatan, terus dia keliling mall, berbelanja entah apa saja, Lisa sama sekali tidak memperhatikan apa yang mamanya beli, dia hanya menjawab iya setiap ditanya.
Berkeliling di mall saja butuh waktu berjam jam, dan sekarang calon mama mertuanya itu bilang masih ada tiga tempat lagi yang akan mereka tuju.
*M*ending suruh aku lari keliling lapangan aja ma..
Lisa kembali melangkah mengikuti calon mertuanya meskipun dengan langkah yang gontai, Bu nadia yang tidak mendapati Lisa disampingnya menoleh kebalakang dan melihat Lisa yang berjalan dengan malas
"Kamu capek ya Sa? katanya suka travelling, masa baru jalan jalan segini aja udah cape?" tanya Bu nadia pada Lisa
"Iya ma, tapi ini bukan travelling, ini shopping" Jawab Lisa dengan wajah datar
"Sama aja, sama sama kelilling keliling kan, atau kamu mau makan siang disini aja?"
"Ah iya mah makan siang, sekalian aku pingin istirahat"
"Yaudah kalau gitu kita ke foodcourt, padahal tadinya mama mau ngajak kamu ke restoran Jepang kesukaan mama"
"Ga apa apa ma lain kali aja kesananya, berarti tujuan kita tinggal dua lagi dong ma?" Lisa sudah girang karena mengira tujuan perjalanannya berkurang jika makan siangnya di Mall
"Tetep tiga lah, makan siang ga dihitung" Jawab Bu nadia santai sambil berlalu meninggalkan Lisa yang kembali merengut
.
.
.
"Aahh, akhirnya kenyang juga, makasih makanannya ma" Ucap Lisa sambil mengusap ngusap perut rata nya yang kekenyangan setelah menghabiskan semangkok ramen
"Beneran kamu udah kenyang, harusnya kamu makan nasi, kenapa malah mie?"
"Kalo siang siang itu enaknya makan mie yang pedes ma, biar seger"
"Kalo mau seger itu minum es, bukannya makan pedes"
"Haha, seger versi nya aku emang lain dari yang lain ma"
Lisa dan Bu Nadia terkekeh bersama, sudah tidak ada rasa canggung diantara mereka, sekarang mereka terlihat layaknya ibu dan anak sungguhan.
"Lisa, apa kau dan Armand sudah menentukan tanggal pernikahan kalian?"
Lisa yang sedang menyeruput lemon tea nya hampir saja tersedak
"Belum ma, tapi kata Armand sekitar seminggu lagi" Ucap Lisa dengan suara semakin pelan diujung kalimat
"SEMINGGU LAGI!!" Bu Nadia yang kaget berdiri dari mejanya sambil menggebrak meja
"Ssttt, jangan kenceng kenceng ma, nanti disangkainnya mama lagi nagih utang"
Bu Nadia kembali duduk setelah mendengar ucapan Lisa dan melihat sekeliling yang memperhatikan kearah mereka.
"Kenapa cepet banget, Armand juga ga bilang apa apa sama mama, mama kan belum pesen kebaya, baju pengantin kamu juga mana bisa dipesen dalam waktu seminggu"
"Iya ma aku juga kaget, coba deh mama yang ngobrol sama Armand"
Mudah mudahan aja Armand mau ngundurin waktunya kalau mama yang minta
"Oke, nanti mama ngobrol sama Armand, biar dia mundurin waktunya jadi dua minggu"
Whhaatt, apa bedanya kalau cuma mundur seminggu lagi, harusnya minimal mundur itu tiga bulan Bunda Rita
Lisa yang kesal sendiri sama calon mama nya itu cuma bisa memijit pelipisnya, menahan sakit kepala yang diakibatkan duo ibu dan anak
Melihat Lisa yang diam tertunduk sambil memijit pelipisnya, langsung membuat Bu Nadia cemas
"Kamu kenapa Sa? kamu sakit kepala? atau kamu mual? atau jangan jangan...KAMU HAMIL??"
Orang orang disekitar kembali menoleh ke arah mereka, sedangkan Lisa yang syok dengan perkataan Bu Nadia hanya melongo membulatkan matanya dengan mulut terbuka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mut Mainah
tapi asik kali ya punya mertua kaya gitu... bawel tapi perhatian
2021-05-30
0
Mut Mainah
hhha ...
2021-05-30
0
Sisi~`~
saran aja,,,,
dean manggilnya jangan pa tapi pak atau pa'
2021-05-05
0