"Kami sangat suka dengan nak Bumi, bagaimana jika malam ini kita langsungkan saja pertunangan untuk putra putri kita," ucap Ayah Anindya dengan lugas dan bersungguh-sungguh.
Hahh ... mengapa ayah Anindya berujar demikian? Bahkan aku belum tau pendapat mereka tentang Naya putriku?? batinku.
"Tidakkah ini tidak terlalu cepat Mas." Tampak ibu berbicara tak kalah kaget denganku.
"Saya rasa tidak, Anindya dan Bumi sudah sama-sama dewasa bukan? Anindya, apa kamu suka dengan Nak Bumi?" Dan ayah Anindya memastikan perasaan Anindya saat ini.
Tanpa menatapku seketika Anindya mengangguk mengiyakan ujaran sang Ayah.
"Bagaimana Bumi? Anak kami sudah cocok, apakah kamu juga demikian?"
"Tidakkah lebih baik kami saling mengenal dulu Pak? Jika cocok baru bertunangan," ujarku kini menangapi hubungan yang sangat cepat untukku.
"Bagaimana menurutmu Wid, bukankan lebih aman kita ikat dulu. Agar menjaga keduanya?" ucap ayah Anindya seraya menatap ibu tajam.
Entah mengapa kumerasa ucapan Ayah Anindya seakan mengintimidasi Ibu, seketika kutatap Ibu yang tampak bingung dan terus menatapku. Hingga sesaat kemudian ibu berujar, "Tentu saja Mas."
Ohhh, apa maksud kata-kata ibu. Ibu menyanggupinya, kah?? batinku.
"Ibu apa bisa kita bicara berdua," ucapku santun, tak lama kamipun beriringan kedalam.
"Ibu, kenapa ibu mengiyakan ucapan ayah Anindya?" ucapku penuh tanya saat ini.
"Maaf Nak, sebetulnya sebelum Ayahmu meninggal ia bercerita bahwa pernah berjanji akan menikahkanmu dengan putri Mas Haris sahabatnya," ucap ibu lirih tampak bingung dan merasa tak ada pilihan disana.
"Tapi kami baru bertemu 1 kali bu, kami butuh waktu untuk saling mengenal," ujarku.
"Jawab ibu Nak, apa kurangnya Anindya, dia cantik, sopan, baik, calon dokter pula. Kurang apa dia?"
"Naya, kurangnya adalah ia belum mengetahui keberadaan Naya. Bagaimana jika Anindya tidak bisa menerima Naya Bu?" lirihku.
Ya, saat ini memang kebahagiaan Naya adalah prioritasku. Aku bisa memberikan hidupku untuk Ibu tapi bagaimana Naya, iya membutuhkan Ibu yang bisa menyayanginya dengan tulus. Dan kuharap istriku kelak adalah orang yang bisa menyayangi Naya sepenuhnya.
"Baiklah kita akan membicarakan keberadaan Naya pada keluarga Anindya."
"Trima kasih, Bu," lirihku bersyukur ibu mendengarkanku.
Kamipun kembali keruang tamu saat ini, tak beselang lama ibu mulai bertutur,
"Nak Anindya, Mas Haris, Mbak Indri ... sebelum kita melanjutkan hubungan ini. Ada sesuatu yang hendak saya sampaikan, anak saya Bumi ia merawat seorang anak. Dan anak tersebut sudah seperti anak kandungnya sendiri. Yang menjadi keresahan Bumi, bisakah Anindya kelak menerima anak tersebut?" tampak ibu berbicara dengan sangat kehati-hatian disana.
"Anak siapa? Bagaimana asal usulnya," tegas ayah Anindya.
"Bumi mengasuhnya dari panti saat dia masih kecil Mas."
"Jadi anak itu sudah besar? Tidak bisa begini Wid, mana mungkin putriku harus membesarkan anak yang tidak jelas darimana ia berasal," geram terdengar kata dari bibir ayah Anindya, akupun pasrah mendengarnya. Prioritasku adalah Naya, dan aku ikhlas jika Anindya bukan jodohku.
Kulihat Bulik Indri, ibunda Anindya menatap dalam wajah suaminya seraya berkata lirih, "Pak ...."
Tak lama terdengar ujaran yang tak kusangka dari Paklik Haris, "Baiklah aku menerimanya." Ucapan yang terdengar lirih seakan keterpaksaan tergambar disana.
"Sungguh Mas? Alhamdulillah," Senang ibu menyambutnya dengan merona.
"Kau dengar, Bum? Keluarga Anindya siap menerima Naya," ujar ibu kepadaku kini, kubalas segera ujarannya dengan senyum dan anggukanku.
Apakah aku benar-benar bahagia? Entahlah semuanya begitu cepat. Apa benar Anindya bisa ikhlas merawat Naya kelak? bisik batinku lagi-lagi mengelilingi otakku.
"Kami sebetulnya sudah mempersiapkan cincin dari rumah ...."
Dan apa ini ... kenapa kurasa semua janggal. Paklik Haris sudah membawa cincin? Bukankah aku yang harusnya mempersiapkannya? Jadi hari ini jugakah pertunanaganku?
•
•
•
Setelah beberapa saat semua prosesi telah selesai, gadis yang duduk di sisiku, seseorang yang masih samar dalam bayangku telah menjadi tunanganku setelah tersematnya cincin di jari kami berdua ...
Beberapa kali kami saling menoleh dan bertemu pandang. Wajah cantiknya benar-benar mampu menyihirku. Dan aku sepertinya mulai menyukai aktivitas mencuri pandangnya. Ia tampak menunduk dalam, tatkala tersadar aku memperhatikannya.
🌻Pukul 22:00 saat ini saat kupeluk tubuh mungil Nayaku yang tampak begitu letih setelah Mas Rana dan Mbak Selfi mengajaknya berkeliling sore hingga malam tadi. Ibu berusaha menjauhkan Naya dari pertemuanku dengan keluarga Anindya, begitu lebih tepatnya.
*Anakku yang cantik, walau kau memiliki tanda yang menyesakkan Yanda, Yanda janji akan selalu memberimu kebahagiaan yang tidak kau dapati dari orang tua kandungmu Nak* ...
Kusandarkan kepalaku kini ke bantal kapuk empuk yang tampak dingin tersapu angin malam, selintas muncullah wajah Anindya yang tersipu di anganku, Anindya ... nama yang indah seindah rupanya. Dan dalam satu malam seketika aku memiliki imajinasi seorang gadis yang bermain-main dengan Naya-ku dengan penuh kasih. Anindya ...
Hingga tiba-tiba ponselku bergetar, kutatap pesan Wa dari nomer yg tak kukenal, akupun mulai membacanya.
📩*Mas Bumi* ...
Siapa ini, malam-malam mengirim pesan dengan menyanding namaku, dengan cepat kubalas.
📨*Maaf siapa ini*?
📩*Aku Anindya, tunanganmu*.
Dan terkejutlah aku, segera kubalas kembali pesannya.
📨*Oh, kamu rupanya Dek*, kubalas pesan Anindya dengan sangat hati-hati.
📩*Mas* ...
📨*Iya, Dek* ...
📩*Maaf pasti semua terlalu cepat untukmu demikian pula denganku*.
📨*Betul, izinkan Mas lebih dalam mengenalmu Dek*. Entah keberanian apa ini, tapi pertunangan memang sudah terjadi dan aku merasa harus mengenal Anindya juga mengenalkan Anindya pada putriku.
📩*Akupun berfikir demikian, Mas*.
📨*Mas masih 2 hari kedepan di Jogya, jika kau senggang bisakah kita bertemu esok? sekalian aku akan mengenalkanmu pada Nayaku*.
📩*Baik, kutunggu Mas menjemputku esok*...
Ahhh, awal pembicaraan yang manis menurutku. Semoga segalanya lancar untukku dan Anindya. Aamiin ...
Dan tak lama kantuk menguasaiku dan terlelaplahku kini bersama bayang pujaan hati yang mulai bermain di otakku.
🐣🐣🐣
🐢Monggo di tunggu episode selanjutnya ...
🐢Happy reading❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Rafinsa
jangan2 calonnya udah hamil anak orang lain ..
2024-07-07
0
@@@@3
ceweknya gerak cepat juga ya
2021-09-08
0
dear no one
wah alamat marathon lagi bacanya
2021-05-31
3