"Mas, kamu lagi ngapain?" Kudengar tanya wanita yang sudah sangat kuhapal suaranya.
"Lagi nyuapi anakku maem, ada apa Yass?"
"Nanti malam ketemuan ya!" ujar wanita dibalik teleponku kembali.
"Ya, tapi sama Naya paling, Choirul belum pulang, anakku gak ada yang jaga. Gimana?"
"Pokoknya aku mau kita ketemu berdua saja! Jam 8 kutunggu di Cafe biasa!" ujar wanita yang belakangan ini memang sedang dekat denganku dengan nada ketus tak ingin di sanggah.
"Gimana ya, tar tak kabari lagi, semoga nanti Choirul dah pulang. Jangan marah dong Yang..!!!"
"Tau lah," dan panggilanpun terputus.
Punya cewek ko malah bikin pusing,
"Ada apa, Yanda?"
"Nggak ada apa-apa Sayang, ayo makan lagi. Buka mulutmu. A ...," dan Nayapun segera mengunyah makanan dari sendokku.
"Pintere anak Yanda, ayo A lagi ...."
Nyam ... nyamm ... nyamm ...
"Pintar."
"Yandaa ...."
"Iya Sayang," lirihku.
"Kalau Yanda mau pergi sama tante Diyass, Naya gpp di rumah sendiri tunggu Abi Choirul," celoteh Naya melihat gelagatku yang berbeda.
"Ndak Sayang, Yanda akan tunggu Abi Choirul. Kalau dia nggak pulang-pulang, Yanda di rumah aja sama Naya," dan aku kembali berbohong. Entah mengapa setiap wanita yang ku kencani, susah menyayangi Naya. Padahal anakku ini sangat menggemaskan, mereka itu maunya aku aja, lha gimana lagi? memang aku ada anak kok, batinku.
Dan seketika Naya menciumku kini, "Naya Sayang Yanda," ucapnya.
"Apalagi Yanda. Sangat ... sangat ... sangat sayanggg Nayaa." Dan kamipun berpelukan setelahnya.
•
•
Kutatap jam di dinding kamarku 19:45, kami sudah memposisikan diri di kasur saat ini. Choirul masih belum pulang dan aku sudah pasrah dengan kemarahan Diyass. Sudah biasa buatku, aku sudah berusaha sebisaku tapi memang keadaan lagi-lagi tak memihakku, jika raga memaksaku berdiri di satu tempat, tentu disisi Naya-lah pilihanku. Gadis kecilku yang cantik ...
Dan seperti inilah kuhabiskan akhir pekanku. Sabtu dan minggu yang libur khusus untuk putri kecilku. Kalau ada yang mau jalan sama aku, yah kita jalan bertiga. Karena memang 5 hari lainnya sudah kuhabiskan untuk bekerja.
Mulai 08:00 smapai 16:30 aku habiskan kemampuan otakku di kantor, setelahnya aku akan menjemput anakku yang kutitipkan kepada wanita yang tinggal disekitar tempat tingggalku. Kebetulan diusia sang wanita mencapai 40 tahun ia masih belum memiliki anak. Dan ia sangat menyukai Naya, Naya anakku yang spesial namun sangat pintar dan ceria sangat mudah menarik orang untuk menyukainya. Walau sebaliknya tidak untuk wanita-wanita yang suka mengejarku. Mereka seakan menjadikan Naya sebagai penghalang hubunganku dengan mereka.
20:40 saat ini, terdengar ponselku berdering dari arah ruang tamu. Kutengok Nayaku telah terlelap dengan pulasnya, perlahan kuangkat ragaku dari pembaringan dan segera menuju ponselku berada. Kurapatkan pintu kamarku agar Nayaku tak terganggu.
"Mass, kamu tega!" Suara Diyass langsung mengagetkanku.
"Ucapkan salam dulu dong Yangg," lirihku.
"Gak salam-salaman, kamu tega Mas, kamu bener-bener nggak dateng. Padahal aku udah dandan cantik untukmu malam ini. Tapi mejaku tetep aja kosong. Orang-orang sekitar jadi merhatiin aku. Kenapa sih kamu Mas? Aku cuma minta waktu semalam berduaan aja kamu tetep nggak bisa," Celoteh Diyass tanpa henti disana.
"Choirul belum pulang. Apa bisa aku ninggalin anakku sendirian?"
"Lagi-lagi anak itu, aku bosen Mas begini terus. Wes kita putus saja lah," ucap Diyass dengan nada emosi disana.
"Terserah kamu lah Yass, aku memang mencari wanita yang bisa sayang sama anakku. Kalau kamu jadiin Naya masalah. Berarti memang kamu bukan wanita yang kucari."
"Kok gitu sih Mas, kamu gak minta aku untuk jangan putus? gak ngerayu aku supaya berubah fikiran??" Diyas berujar kembali dengan ucapan yang membuatku bingung, tadi minta putus, aku iya-kan malah minta di rayu. Gimana sih?
Dan aku hanya terdiam tak menanggapi ujarannya.
"Mas-- Mas ... dimana lagi kamu dapet wanita kayak aku, udah cantik, pinter dan modis. Oke kalau kamu mau putus sama aku, yang mengantri mau sama aku juga banyak kok," ucap Diyass denga gaya tinggi hatinya.
"Iyo, iyo kudo'akan semoga kamu cepet dapet penggantiku," ujarku merasa biasa, karena memang sudah biasa berakhir seperti ini.
"Kok kamu malah doain aku sama orang lain sih? Kamu beneran mau putus sama aku? Denger ya Mas, kamu mau cari sampai kapanpun wanita yang bersedia ngurus anakmu. Kupastikan kamu nggak akan dapet.!! Siapa juga yang mau ngasuh anak orang. Anak yang nggak jelas juga." Dan ucapan Diyass sangat menusukku, wanita ini ... untung aku nggak benar-benar menyukainya. Mulutnya tajam seperti silet. Sabar Bum, jangan di tanggepi, batinku.
"Wes bye Yass. Kita udah putus okee! Assalamu'alaikum. Aku akan hapus nomermu, kamu juga silahkan hapus nomerku saja!"
"Mas ... Mas ....
Dan kututup panggilanku seketika, tak menghiraukan suara yang masih memanggilku disana. Kuhampiri malaikatku yang dalam keadaan tidurpun tetap terlihat cantik.
Anakku Sayang, Yanda rela nggak menikah daripada ngasih ibu yang seperti monster untukmu ...
🐣🐣🐣
🐢Monggo di tunggu episode selanjutnya ...
🐢Happy reading❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Dimas Lyra lanjut di mari ada Dyara yanda Bumi
👍❤❤
2023-04-19
0
Tini Yusuf
baru baca, langsung like, semangat Thor !
2022-02-07
0
@@@@3
medok ya si bumi... 😁
2021-09-08
0