Rusel membuka pintu ruangan pertemuan dan tersenyum ke arah Erik yang masih berdiri dengan tegak.
wajah Erik menjadi pucat melihat senyum tuannya.
"Kau akan mendapatkan tiga permintaan akan kukabulkan apapun keinginanmu Erik." Rusel tersenyum.
Erik membeku..apakah ia tidak salah dengar."?
💘
Livia mengerutkan dahi ketika seorang pelayan mengantarnya sampai di depan pintu besar berwarna putih.
"Silahkan nona.. Tuan sudah menunggu anda didalam"
Usai berkata, pintu itu secara otomatis terbuka.. Livia masuk dan merasa kagum. ini seperti ruang rapat semua yang ada didalam ruangan ini berwarna putih terang, hanya beberapa sofa yang mengitari sebuah meja panjang berbentuk bundar yang berwarna hitam.
Rusel disana duduk disebuah kursi besar yang berada ditengah-tengah ruangan. pria itu sangat tampan..tubuh atletisnya tergambar jelas dibalik kemeja hitam sangat pas ditubuhnya. Rusel sempurna sebagai seorang pria, rambutnya hitam panjang jatuh kebahunya, pria itu tampak sangat kokoh dengan keindahan ragawinya. warna kulitnya putih kemerahan ia mempunyai tubuh tinggi menjulang bahkan lebih tinggi dari Roni. Livia tertegun karna untuk pertama kali dalam hidupnya ia mengagumi pria lain selain Roni tunangannya.
"Oh, apa yang terjadi kepadanya, Livia bahkan lupa saat ini mungkin dia tengah diculik dan pria ini mungkin adalah penculiknya."
Wajah Livia menjadi pucat, ia sama sekali tidak tau dirinya berada dimana saat ini..sewaktu pelayan mengantarnya ke ruangan ini ia sempat melihat dari jendela besar disepanjang lorong menuju kemari pemandangan gunung dan lembah dari jarak yang dekat. karna hari sudah malam jadi jarak pandang juga semakin sulit baginya untuk menebak dimana ia berada saat ini, apalagi disetiap sudut ruangan ada banyak penjaga berwajah datar yang berdiri seperti patung hidup tubuh Livia sedikit gemetar..siapa pria ini mengapa ia terlihat sangat berkuasa. dan begitu terlihat dingin.
"Ehm." Rusel mengalihkan perhatian Livia yang dari tadi seperti sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Tuan." Livia menyapa datar.
"Rusell Wins itu adalah namaku, panggil aku Rusell." tatapnya begitu dalam hingga Livia merasa gugup.
"Ah..ya, tuan Rusell..."
"Namaku saja nona Livia." sambungnya mengoreksi.
Livia mulai sedikit tidak sabar.
"Baiklah, Rusell..apa aku benar."?
"Tentu saja nona Livia."
"Kumohon panggil saja namaku Livia hanya Livia, terimakasih." ia menaikan alis menantang.
Rusel mengangguk menyerah, sementara jemarinya menyentuh bibirnya dan mengusap pelan disana, maranya tetap tajam mengawasi Livia dengan dalam. entah mengapa hatinya bergetar meski ia tak tau apa artinya. tapi Rusell sadar ini bukan hal yang bagus untukknya ia tidak dalam keadaan baik-baik saja. dan itu semenjak ia bertemu Livia.
"Rusel apakah kau yang membawaku kesini..kau menculikku."? ucap Livia terus terang.
"Yah itu benar aku yang menculikmu dan membawaku kesini kerumahku sendiri Livia."
"Tapi untuk apa, kita bahkan tidak saling mengenal dan kau ,menculikku..tak taukah dirimu kau sedang melanggar hukum."
Livia bersedekap merasa lelah karna tidak dipersilahka n duduk iapun berinisiatif untuk duduk berhadapan dengan Rusell. wajahnya terangkat dengan sedikit angkuh.
Rusell tertawa seketika, tingkah Livia sungguh menggemaskan dimatanya gadis muda ini sangat manis dengan anugrah tubuh sempurna. pikiran Rusell melayang dengan sangat liar. ia menajamkan matanya terus menatap Livia seolah tak bosan.
"Melanggar hukum ? tidak ada hukum manapun yang mampu menjerat seorang Rusell Wins. ucapnya angkuh."
"Hah."? Livia hanya mampu ternganga betapa percaya dirinya pria ini.
"Aku membutuhkanmu Livia itu sebabnya aku menculikmu untuk dibawa kerumahku saat ini."
Livia hampir saja mengeluarkan umpatan kasar pada pria ini kalau saja ia tak ingat betapa kuat dan berkuasanya pria ini tentu, ada bnyak penjaga diluar..Livia tidak mau memancing kemarahan pria ini lagipula ia terlihat tidak ramah.
"Yang benar saja Rusell kita tidak pernah bertemu bagaimana mungkin kau membutuhkan bantuanku..ini tidak masuk akal untukku." Livia menggeleng masih bingung.
"Aku tidak perduli Livia Morens, kau tidak akan pernah bisa pergi dari tempat ini."
Livia merasa ia sudah gila dengan menaiki taxi itu dan membawanya ke tempat terkutuk ini bersama seorang pria asing yang sedang memaksanya.
"Apa alasanmu menahanku disini Rusel, aku punya keluarga..dan mereka pasti sedang mencariku saat ini."
Livia mulai tidak tenang..berada ditempat yang tidak ia kenal begitu mengerikan untuknya. matanya mulai memerah..menyadari pria ini terlihat menakutkan.
Mata hijau Rusell menggelap jemarinya mengepal dengan sangat kuat, jika orang yang mengenalnya tentu tau jika kemarahan ini akan berakibat fatal. sayang ia tidak melihat ketakutan diwajah gadis ini.
Rusel bangkit dari tempat duduknya. lalu memperlihatkan senyumannya yang terlihat aneh dimata Livia. sontak Livia berdiri dan bergerak mundur dengan panik menghindari Rusell yang jauh dari sikap ramah dan lembut,
"Aapa yang kau lakukan..jangan mendekat."
Keringat mulai terbit diwajah Livia tak bisa dibayangkannya, apa yang akanaterjadi beberapa menit kedepan
"Tidak ada yang bisa menolakku Livia, dan kali ini.. aku tidak akan membiarkan kau pergi."
"Kau tidak bisa melakukannya Rusell, aku punya keluarga dan aku akan menikah sebentar lagi..aku mohon padamu biarkan aku pergi hum."
Livia membentur dinding putih dibelakangnya dan tidak bisa bergerak karna Rusell menjebak tubuhnya dengan sepasang tangan kokohnya. seluruh tubuh Livia gemetar ketika Rusell mendekatkan wajahnya hingga Livia dapat mencium dengan jelas harumnya nafas Rusell yang menerpa wajahnya.
dan apa ini?
mengapa jantungnya berdebar-debar..ini pasti karna ia terlalu gugup. selama ini Livia tidak pernah berada dibawah tekanan dari lelaki manapun bahkan Roni tunangannya selalu memperlakukan Livia dengan lembut..yah..ini hanya karna ia sedang ketakutan.
Rusell mengunci mata Livia dalam tatapan tajamnya.
"Lupakan tunanganmu karna kau tidak akan pernah menikah dengannya, mengenai keluargamu..aku akan mengurusnya..Rusell melirik bibir Livia yang begitu menggoda ia tersenyum..Livia, jangan pernah berpikir kau akan keluar dari tempat ini tidak akan kubiarkan." desisnya penuh ancaman.
Livia melebarkan matanya seiring airmatanya yang menetes...
"Kau sedang bercanda Rusell, kau tidak sungguh-sungguh kan."? suara Livia tercekat.
"Apa aku terlihat sedang main-main Livia."
Sekuat tenaga Livia mendorong Rusell hingga pria itu terdorong kebelakang,
"Rusel..apa maksudmu, aku tidak mengenalmu..dan kau bilang tidak akan melepasku..apa sesungguhnya maumu, ini sangat membingungkan untukku."
"Bayi itu."
Livia membeku ketika pikirannya tertuju kepada bayi cantik yang ada dikamar yang sama dengannya. matanya membulat sempurna ia menatap Rusell dengan ekspresi jijik.
"Jangan katakan kau juga menculik bayi itu ? kau bukan manusia Rusel..teganya kau menculik bayi cantik itu..dia tidak berdosa Rusell." Livia memandang benci.
"Livia jaga bicaramu."
"Hoh haruskah aku diam, ketika kau bertindak begitu mengerikan." sambung Livia menantang.
Rusel mendekati gadis itu meraih lengannya membuat tubuh Livia jatuh kepelukannya, wajah mereka begitu dekat hingga Livia merasa sesak nafas hanya dengan menatap mata Rusell.
"Dia adalah anakku Livia, bayi itu adalah anakku." ucap Rusell tegas menatap mata Livia dengan penuh arti.
Livia ternganga dengan pernyataan Rusel yang membuatnya harus menelan umpatan yang akan keluar dari mulutnya..Livia memijit dahinya merasa bersalah karna menuduh Rusell.
"Jadi bayi itu adalah anakkmu."? ulang Livia menaikan alis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Ermelinda Marisa
suka sekli cerita awalx....semngt kka
2022-01-07
1
🌧🌨Ⓝⓐⓡⓝⓘⓐ🌨🌩
napa ngga di cup aja sih sel
2021-07-19
2
Wina Ningsih
gw suka cowok pemaksa kek gini...lanjut...
2021-04-20
3