Rusel kembali menatap langit yang penuh bintang dan bulan yang sedang bekerjasama menerangi gelapnya malam.
"Semoga gadis itu mampu menenangkan Angel, karna kalau tidak, aku berjanji akan ada kehancuran malam ini."
Rusell menyesap anggur ditangannya dengan santai.
💓
Livia membuka matanya perlahan, objek pertama yang dilihatnya adalah ukiran kayu berbentuk burung Rajawali yang sedang mengepakan sayap dengan posisi terbang di langit dilangit kamar. lalu pandangan matanya turun memandangi sekeliling kamar dan mendapati ia disebuah kamar yang sangat mewah bernuansa kayu, Livia terbaring tepatnya disebuah ranjang besar dan luas. ia mulai mencoba mengumpulkan ingatan satu persatu.
"Ia menaiki sebuah taxi dan supir itu itu ,memberhentikan mobil dipinggir jalan lalu meminta ijin padanya untuk menerima telp sebentar dan setelah itu ia mengantuk dan tidak mengingat apa-apa lagi."
Livia melompat seketika dengan wajah yang pucat, yang pertama ia liat adalah pakaiannya. Livia menghela nafas lega, pakaiannya masih utuh dan ia tidak merasa sesuatu hilang darinya.
Namun dimanakah dia berada sekarang, mengapa ia berada disebuah kamar yang begitu mewah.
apakah dia diculik? tapi siapa yang menculiknya..berbagai pertanyaan muncul dikepalanya.
Livia menggeleng, kamar ini begitu luas dan tampaknya bukan sembarang orang bisa mempunyai kamar seindah ini, dan tentu saja jangan lupakan kemewahan yang nyata di setiap sudut ruangan yang memanjakan matanya.
Livia belum sempat menjawab semua pertanyaan dikepalanya. ketika terdengar suara tangisan seorang bayi yang memecah kesunyian kamar itu.
Livia memutar tubuhnya dan menatap sebuah keranjang bayi yang sama sekali tidak ia sadari berada dikamar yang sama dengannya.
"Seorang bayi."?
Livia melebarkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. tangisan bayi itu begitu menyayat hatinya. dengan setengah berlari Livia mendekati keranjang bayi dan terdiam..ketika melihat seorang bayi yang sangat cantik berkulit putih pucat, tengah menangis dengan sangat keras hingga wajahnya kemerahan. bayi itu sangat kecil dan begitu lemah usianya mungkin sekitar sebulan lebih. hati Livia bergetar..
Ia kehilangan kata-katanya melihat tangisan bayi itu membuatnya merasa nyeri. buru-buru ia mengulurkan tangan dan membawa bayi itu ke pelukannya. mendekapnya dengan erat hingga matanya berkaca-kaca, bayi ini rupanya sangat kedinginan diusapnya airmata bayi itu dan sedkit mengayunkannya.
"Mengapa kau ada bersamaku dikamar ini sayang." bisik Livia tidak henti mencium bayi mungil yang manis dalam dekapannya.
hatinya begitu tersentuh melihat bayi yang tidak berdaya itu, jemari lentiknya menyapu rambut tipis dan mengusap lembut hingga bayi itu tampak nyaman. tak henti-hentinya ia menempelkan pipinya dipipi bayi itu dengan gemasnya. Livia terpana ketika bayi itu berhenti menangis dan tertidur didadanya.
"Apakah mereka juga menculikmu seperti aku juga sayang." wajah Livia sedih.
Livia mengerutkan dahi ketika bayi itu menggeliat dan sedikit meronta berusaha mencari kehangatan didadanya.
"Ya ampun kau sangat lucu..apa kau merindukan ibumu nak, baiklah aku tidak bisa menyusuimu kau tau aku bahkan masih gadis.. tapi demi kau, aku rela memberimu sedikit kehangatan."
Livia membuka beberapa kancing bagian atas tubuhnya mendekatkan bayi itu didadanya, perlahan bayi itu tenang dan mulai tertidur dengan nyaman.
"Jadi seperti itu." Livia terkekeh pelan.
Ia kembali mencium dengan sayang pipi bayi yang untuk pertama kalinya membuat Livia jatuh cinta. ia kemudian tersenyum merasa bangga karna bisa menaklukan tangisan bayi kecil ini. Livia memang tak pernah punya pengalaman tentang bayi, karna ia sendiri adalah anak tunggal meski begitu ia sangat menyukai anak kecil,itu sebabnya ia tidak menunda ketika Ronny melamarnya ia ingin segera memiliki anak .
"Kau tau kesepian itu sangat mengerikan."
Bayi itu masih tertidur lelap di dada Livia dan pada saat bersamaan, pintu terbuka lebar..Livia sangat terkejut ia menoleh ke arah pintu dan tertegun..
melihat seorang pria yang sangat tampan berdiri didepan pintu dengan ekspresi terkejut sama seperti dirinya. iris mata hijau lumut itu begitu tajam menembus mata hitam milik Livia.
Rusel terpana menatap takjup pada tubuh Angel dalam gendongan Livia yang begitu nyaman. entah mengapa hatinya menghangat.
Sementara Livia bisa melihat lelaki itu berdehem beberapa kali ke arahnya, dengan tatapan tidak terbaca.
Livia menurunkan pandangan searah denfan tatapan pria itu dan terkejut ketika melihat sebagian tunuh atasnya terbuka dengan jelas dihadapan pria asing yang tidak dikenalnya. wajahnya memerah, seketika itu juga Livia memutar tubuhnya membelakangi pria itu. ia merasa sangat malu.
"Siapa kau."? suara Livia begitu gugup.
Tak ada balasan dari pertanyaan Livia, sebaliknya ia mendengar langkah pria itu mendekat. seluruh tubuh Livia menegang karna takut.
"Aku ingin bicara denganmu nona."
"Livia..namaku Livia Morens." ucap Livia tanpa menoleh.
Bajunya belum ia perbaiki jadi Livia tidak akan mempermalukan dirinya lagi dengan memperlihatkan tubuhnya pada orang lain.
"Biarkan aku menidurkan bayi ini sebentar lalu kita bicara, aku mohon."
"Baiklah aku akan menunggu." balas Rusel datar.
Rusel membeku ditempat, melihat perlakuan Livia pada putrinya..Livia mendekati boks bayi meletakan Angel disana dan tidak lupa memberi ciuman seperti seorang ibu. ada rasa tenang ketika Rusel menyadari itu. ia terpana..pemandangan ini sangat indah dimatanya. tubuh gadis ini begitu pas ketika memeluk Angel.
"Selamat tidur sayang"
bisik Livia pelan sambil menaikan selimut bayi itu. tentu saja Rusel mendengarnya.
Livia menarik nafas lega, sebuah perjuangan besar baginya ketika bisa menenangkan bayi kecil ini.
Livia melupakan ia belum memperbaiki kancing bajunya, dengan percaya diri ia memutar tubuhnya menghadap Rusel sambil mengibaskan rambut lurusnya yang panjang, dan terdiam ketika menangkap basah tatapan Rusel yang tidak beranjak darinya. mata pria itu tidak berkedip sedikitpun.
"Apa kau yakin kita akan bicara sekarang nona Livia Morens."?
Livia terbelalak menyadari kecerobohannya..ia menutup wajahnya dengan tangannya.
apa yang terjadi padanya sudah dua kali ia membiarkan orang asing itu menatap tubuhnya.
"Aku akan menunggumu disebelah ruangan ini."
Wajah Rusel sedikit memerah lalu meninggalkan Livia yang masih menutup wajahnya karna malu.
"Sial, gadis ini cantik sekali, dan mengapa hatiku bergetar." guman Rusel menggeleng.
Mungkin ini hanya reaksi alami tubuhnya ketika melihat Livia, yah..Livia gadis yang sempurna cantik dengan tubuh tinggi dan padat di usia mudanya. ia pria dewasa yang normal jadi wajar baginya sedikit terpesona dengan Livia. pria itu menaikan sudut bibirnya, ia harus memberi Erik bonus karna sepertinya kali ini ia terhindar dari hukuman mati, dan berhasil menemukan gadis yang tepat untuk menjadi pengasuh Angel untuk beberapa tahun kedepan.
Rusel membuka pintu ruangan pertemuan dan tersenyum ke arah Erik yang masih berdiri dengan tegak.
wajah Erik menjadi pucat melihat senyum tuannya.
"Kau akan mendapatkan tiga permintaan akan kukabulkan apapun keinginanmu Erik." Rusel tersenyum.
Erik membeku..apakah ia tidak salah dengar."?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Lina RA
y nama@ laki2, mana ada satu cinta seumur hidup, mana ada setia sampai mati
2022-08-07
1
Hanifah Ifah
aku baca ulang...tiba2 kangen sm cerita ini
2022-01-13
1
Wina Ningsih
dapat bonus tapi orang lain yg apes...
2021-04-20
2