Di Bandung Oliv yang telah selesai dengan ujian semesternya dan akan mengambil libur sekolah agar bisa bekerja full time, dan bisa membantu keuangan sahabatnya yang telah menampungnya selama ini dia tidak ingin terlalu lama merepotkan Mili. Mereka yang telah dari ruang kelas berjalan menuju parkiran untuk segera pulang. Namun tiba" Oliv yang merasa genggam seseorang di lengan mungilnya. Oliv berbalik badan melihat Rio yang sedang menggenggam lengan mungilnya terkejut karena Rio tiba-tiba saja menggenggam lengannya.
Rio yang tidak sengaja menggenggam lengan Oliv langsung melepaskannya." Sorry sakit ya aku cuman mau tau gimana keadaan kamu habis dari rumah sakit." Sambil tersenyum ramah.
Oliv tersadar dari lamunannya." I-ya iya aku baik" saja nga usah khawatir berlebihan lagi pun kita tidak saling mengenal." Ucapnya dengan nada ketus.
Mili yang melihat temanya ini gugup langsung menggenggam tangan Oliv." Kamu nga papakan atau ada yang sakit." Tanya Mili.
Oliv melemparkan senyum termanisnya." Aku nga papa kok cuman kaget aja." Ucap Oliv.
Rio yang merasa terlupakan berdehm agar dua wanita ini menganggapnya ada."
Oliv dan Mili hanya tertawa melupakan sosok pria tampan di hadapannya ini, dan berlalu meninggalkan Rio yang masih diam di tempatnya. Mili hanya heran mengapa temannya ini sangat jutek dengan Rio padahal Rio adalah raja di sekolah ini yang di sukai banyak wanita di sekolahnya.
Beda halnya dengan Oliv yang tidak tertarik dengan Rio yang mengandalkan wajah saja, Oliv memiliki kriteria prianya sendiri. Akhirnya mereka sampai di parkiran dan masuk ke dalam mobil Mili dan berlalu dari parkiran menuju rumah.
Rio yang melihat mobil itu berlalu dari parkiran hanya terdiam dan melihatnya pergi menjauh." Lupa lagi tanya siapa namanya batin Rio.
Rio memasuki mobil mewahnya dan melajukan mobilnya dari parkiran menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan Oliv dan Mili hanya bercanda dan tertawa bersama, tanpa sadar mereka sampai di rumah Mili selama 2 bulan Oliv menumpang tinggal di rumah Mili setelah dirinya di usir oleh ibu dan adik tirinya sendiri. Oliv selalu memikirkan bagaimana nasibnya nanti setelah lulus sekolah, karena tidak mungkin jika nanti harus numpang hidup dengan Mili sampai kuliah nanti. Mili yang sadar sahabatnya memikirkan sesuatu akhirnya bertanya.
Liv kamu mikirin apa kok sedih gitu."
Aku hanya berfikir bagaimana hidup aku kedepannya setelah kita lulus sekolah, kan tidak mungkin jika aku harus terus tinggal di sini." Dengan raut wajah sendunya.
Liv kamu bisa kok tinggal disini sampai kamu lulus kuliah juga nga papa kok, asal kita bersama terus itu tidak masalah bagi ku." Memeluk sahabatnya.
Oliv yang merasa senang memiliki Mili menjadi temanya terharu dan mengeluarkan air bening dari matanya." Aku senang banget Mil di saat susah kamu selalu ada buat aku." Membalas pelukan sahabatnya dengan menangis.
Kamu nga usah mikirin apapun yah aku sedih liv liat kamu sedih kaya gini." Melepaskan pelukannya.
Iya makasih ya udah kita masuk kamar ya kamu pasti capek kan." Mengajak Sahabatnya untuk istirahat.
Mereka pun memasuki kamar masing" tanpa sadar ayah Mili melihat adengan penuh haru itu membuatnya bahagia, karena memiliki putri yang baik hati mau menolong sesama manusia biasa.
Mil ayah bangga bisa melihat mu seperti ini sayang batin ayah Mili. Ayah Mili pun berlalu ke kamarnya untuk istirahat, waktu makan malam pun tiba Mili dan Oliv serta ayahnya makan bersama di meja makan. Ayah Mili memecahkan keheningan di meja makan untuk memulai obrolan.
Mil lepas lulus sekolah mau kuliah di mana sayang." Tanya ayah di sela" makannya.
Mili hanya ngikut di mana Oliv kuliah yah karena aku nga mau pisah dengan dia." Ucap Mili melirik Oliv.
Oliv yang mendengar ucapan temannya langsung tersedak." Uhk uhk." Oliv mengambil gelas dan minum air sampai tandas.
Pelan" dong makannya Liv tidak ada juga yang buru Lo kok." Dengan kesalnya.
Maaf kaget aja dengan ucapan kamu mau ikut ke mana aku kuliah." Tanya Oliv sambil menundukkan kepalanya.
Emang kenapa kalo kita satu kuliahan emang nga boleh hah." Ucap Mili dengan nada malasnya.
Bukan nga boleh rencana aku mau kuliah di Jakarta mil, di sana kan hidup harus kerja keras aku nga mau kamu hidup susah di sana dan jauh dari ayah kamu." Memberi pengertian sahabatnya ini.
Ayah Mili memikirkannya ucapan Oliv." Tidak papa asal kalian bisa jaga diri itu aja, emang Oliv mau kuliah di mana." Tanya ayah Mili.
Oliv dapat beasiswa dari pihak sekolah untuk kuliah universitas tri sakti om." Ucap Oliv.
Lo yakin bakal kuliah di sana Liv setau aku itu universitas terbaik di Jakarta, aku khawatir kalo kamu nantinya sulit beradaptasi." Menyakinkan sahabatnya.
Tenang aja insya Allah bisa ko kan ada kamu." Oliv terkekeh dengan ucapannya.
Ya udah kalo kalian mau kuliah di sana ayah akan membiayai semua kebutuhan kalian tanpa harus di bantah." Dengan nada tegas meninggalkan Oliv dan Mili di meja makan.
Mendengar perkataan ayah Mili membuat Oliv tidak enak hati harus di biaya kebutuhannya oleh ayah Oliv. Melihat sahabatnya berfikir Mili menyakinkan sahabatnya baiknya itu.
Liv nga usah di pikirin terima aja niat baik ayah aku tidak usah di tolak, nanti kamu bisa ganti kalo sudah kerja kan." Ucap Mili sambil meninggalkan Oliv sendiri di meja makan.
Oliv merasa dirinya sudah membebani kehidupan Mili dan ayahnya, tapi menolak juga bukan hal yang bagus karena ayah Mili tipe pria yang tegas dan harus patuh dengan setiap keputusan yang di buat. Mau tidak mau Oliv Harus menerima bantuan ayah Mili lagi.
Hari demi hari bulan demi bulan Oliv dan Mili akhirnya lulus dari sekolah dan mendapatkan nilai terbaik pertama di daftar nama siswa dengan lulus dengan nilai terbaik, Mili bangga selama berteman dengan Oliv nilainya selalu memuaskan ayahnya berkat Oliv dia juga di terima di universitas yang sama dengan universitas Oliv.
Oliv bagaimana jadi kan kamu kuliah di sana." Tanya Mili.
Iya dong aku senang banget bisa lulus dengan nilai terbaik di urutan pertama, lebih senang lagi kamu juga bisa lulus dengan nilai terbaik kedua aku senang banget Mil." Ucap Oliv dengan senyum merekah
Ini berkat loh kalo aja kita tidak pernah berteman aku pasti akan mengecewakan ayah aku Liv." Menatap Oliv dengan wajah yang sendu.
Melihat sahabatnya sedih Oliv langsung memeluk Mili." Aku juga senang bisa bertemu dan berteman dengan kamu mil, hidup aku lebih berwarna meski pun masih ada rasa sakit yang ku tahan, tapi berkat kamu dan ayah bisa membuatku melupakan sejenak masa lalu ku." Air yang tidak bisa di bendung lagi lolos ke pipi putih Oliv.
Gue juga senang Liv." Membalas pelukan sahabatnya.
Setelah adengan haru mereka akhirnya memutuskan untuk pulang merayakan kebahagian mereka bersama ayah Mili, ayah Mili sudah menganggap Oliv sebagai anak sendiri karena berkat Oliv Mili bisa lebih giat belajar. Sesampainya di parkiran Rio melihat Oliv hendak masuk ke dalam mobil Mili dengan cepat menahan tangannya.
Selamat ya atas nilai terbaik kamu di sekolah ini, aku tidak menyangka kalo kamu murid yang paling pintar di sekolah ini." Tanya Rio sambil menahan tangan Oliv.
Oliv merasa canggung berpengan tangan dengan Rio dengan pelan melepas tangan Rio." Makasih dan maaf sebelumnya jangan selalu memengang tangan saya karna itu kurang sopan." Ucap Oliv memperingati Rio agar selalu bersikap sopan.
Maaf aku terlalu senang tanpa merasa kamu kurang nyaman, nama aku Rio nama kamu siapa." Sambil mengulurkan tangannya kepada Oliv.
Oliv membalas uluran tangan Rio." Nama saya Oliv kalo samping saya ini Mili teman baik saya." Memperkenalkan Mili kepada Rio.
Oh iya aku Rio senang berteman dengan kalian, habis ini akan kuliah kemana." Tanya Rio kepada Oliv dan Mili.
Beasiswa yang kita dapatkan ke universitas tri sakti Jakarta." Ucap Mili kepada Rio.
Wahh kalian memang hebat aku juga bakal kuliah di sana dengan usaha sendiri." Membanggakan diri.
Oliv yang malas mendengar ocehan Rio berlalu masuk mobil dan memberi kode kepada Mili untuk segera pulang. Mili yang paham akan kode Oliv segera mengakhiri obrolannya dengan Rio.
Maaf ya Rio aku harus pergi sampai jumpa di kampus." Ucap Mili sembari memasuki mobilnya.
Mili melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan Rio yang diam, Rio yang melihat mobil Mili melaju meninggalkan parkiran sekolah sampai jauh. Membuatnya semakin penasaran dengan sikap Oliv yang selalu berhasil membuatnya terpana.
Kita pasti akan bertemu kembali." Batin Rio.
Dengan perjalanan yang begitu lama Mili dan Oliv akhirnya sampai di rumah, segera masuk di kamar untuk istirahat dengan kegiatan yang melelahkan mereka sepanjang hari. Menjelang malam hari mereka makan di meja makan bersama, dengan keheningan melanda mereka akhirnya Mili memecahkan keheningan di meja makan.
Ayah Minggu depan kami akan berangkat ke Jakarta untuk mendaftar ulang jurusan yang akan kami ambil." Ucap Mili kepada sang ayah.
Iya om kami akan berangkat selepas acara pelepasan hari yang bahagia buat kita." Timpal Oliv.
Ayah senang kalian bisa satu universitas yang sama, mil kamu mau ambil jurusan yang sama dengan Oliv." Ucap ayah Mili
Mili ingin ikuti jejak ayah menjadi dokter yang hebat bisa membantu orang banyak iya kan Liv." Ucap Mili dan melirik arah Oliv.
Iya om kami juga akan ambil jurusan yang sama, masalahnya." Oliv menggantungkan ucapanya.
Masalanya apa Oliv." Sahut ayah Mili.
Masalahnya beasiswa yang kami dapatkan hanya sampai semester enam om, saya tidak mau merepotkan om lebih jauh lagi." Dengan nada yang lemah.
Ayah Mili merasa Oliv engan menerima bantuannya untuk membiayainya smpai lulus kuliah membuatnya berfikiran ayah Mili mengerti bahwa Oliv hanya numpang dan tidak mau merasa terbebani ayah Mili menggenggam erat tangannya." Ayah nga masalah kalo beasiswa hanya sampai semester enam, ayah akan bekerja keras asal kalian bisa mendapatkan cita cita yang kalian impikan selama ini."
Oliv dan Mili terharu dan memeluk ayahnya dengan bersamaan, Oliv merasa bahagia bisa menjadi bagian keluarga mili. Berkat mereka hidup Oliv sekarang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Yusuf Kurniawan
lanjuuuuuuttt
2021-03-13
1