Malam hari di mansion Alexa sedang menonton film favoritnya dengan di temani segelas susu hangat dan roti kesukaannya.
Kemudian terdengar bel, dan Lea pun membukakan pintunya. alangkah terkejutnya melihat siapa yang datang dengan menenteng paper bag dan tersenyum manis. Kemudian tanpa di persilahkan dia langsung saja menyelonong masuk kemudian merebahkan tubuhnya di sofa empuk.
"Gue serasa bukan tuan rumah ini deh huh." gerutu Lea yang melihat kelakuan kekasihnya itu.
"Nggak mau buatin kopi kekasih tampanmu ini sayang." pinta Jhonatan.
"Kamu ngapain kesini." tanya Lea.
"Aku mau ketemu sama kekasih aku. kangen udah lama ngga ketemu." kata Jhonatan yang langsung membuat Lea merona malu.
"Yaudah bentar." ucap Lea berlalu kedapur.
"Ini kopinya. kamu ngapain malam-malam kesini mas." tanya Lea sambil menyerahkan secangkir kopi hitam.
"Aku mau ngasih kamu ini buat di pake besok ke pesta ulang tahun perusahaan aku." jawab Jhonatan santai sambil menyeruput kopinya.
"Whatttt...kamu ngga becanda kan. itu kan acara penting kenapa ngajakin aku. kamu lihat sendiri aku kaya apa ntar malu-maluin kamu lagi." kata Lea.
Jhonatan hanya mengeryitkan alisnya. memang sudah di duga kalau kekasihnya itu akan protes.
"Hufftt. sayang dengerin aku ya. aku mencintaimu bukan karena fisik kamu. aku mencintaimu karena kamu apa adanya bukan ada apanya. jadi berhenti ngomong kaya gitu aku ngga suka." kata Jhonatan tegas.
"Ta tapi kan aku malu mas. aku belum pernah ikut acara kaya gituan. aku takut buat kamu malu." ucap Lea pelan.
" Ngga ada yang malu-maluin dari diri kamu. bagi aku kamu sangat sempurna. jadi berhentilah bicara seperti itu." kata Jhonatan ketus.
Lea yang mengetahui Jhonatan sedang kesal pun mendekati dan memeluknya.
"Iya iya aku minta maaf. jangan marah dong jelek hehehe." ledek Lea.
"Jangan bicara seperti itu lagi aku ngga suka." kata Jhonatan tegas dan di balas anggukan oleh Lea. kemudian Jhonatan mencium kening Lea dengan sayang, kemudian beralih ke bibir ranum itu yang sekarang menjadi candu baginya.
Setelah puas Jhonatan melepaskan ciumannya dan mengecup kening Lea lama dan berpamitan untuk pulang.
"Kalau gitu aku pulang. jangan keluar malam-malam awas kalau sampai aku tau kamu keluyuran malam-malam habis kamu." ancam Jhonatan pada Lea yang langsung mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kamu ngga mau makan malam dulu mas." tawar Lea mencegah Jhonatan pergi. karena sebenarnya dirinya juga sangat merindukannya. Jhonatan yang melihat perubahan wajah Lea pun seakan mengerti jika wanitanya tidak ingin dia pergi. kemudian di mengangguk dan mengelus kepala Lea dengan sayang. dengan langkah semangat Lea menuju dapur dan memasak makanan terenak menurut dia.
30 menit kemudian Lea sudah menyelesaikan semuanya tinggal menata di atas mejanya.
"Mau aku bantu sayang?" tawar Jhonatan.
"Emm boleh deh. kamu bawain itu aja." jawab Lea.
Jhonatan pun dengan menurut membawa makanan itu ke meja.
"Kamu mau makan sama apa.?" tanya Lea.
"Apa aja yang penting kamu yang masak aku akan makan semuanya." jawab Jhonatan tersenyum. kemudian Lea mengambilkan semuanya yang di masak ke dalam piring.
"Ini. ayo kita makan." ucap Lea menyodorkan piring kepada Jhonatan.
Jhonatan makan dengan lahapnya karena dia memang belum makan dari sore. ditambah makanannya di masak langsung oleh wanitanya. sungguh nikmat yang luar biasa.
Setelah kenyang dia memutuskan untuk segera pulang karena sudah larut malam. Lea pun hanya pasrah saja karena dia juga sadar setatusnya belum sebagai istri. tapi sungguh, di dalam hati perempuan itu ingin tetep bersama Jhonatan.
Jhonatan memutuskan pulang kerumah orang tuanya untuk membahas pekerjaan juga ulang tahun perusahaan besok.
Sesampainya di sana dia langsung di suguhkan dengan suara ibunya yang super cerewet itu.
"Nak kenapa datang malam-malam begini kenapa ngga pagi, siang atau mungkin sore kan bisa lebih lama disini nya. kamu juga jarang lho datang kerumah. mama kangen tau. kamu nanti nginep aja ya disini biar sekalian besok kita berangkat bareng." kata Nyonya Karina panjang lebar.
Sedangkan Jhonatan hanya menatap malas pada mamanya itu. dia sudah terbiasa dengan sikap mamanya yang super cerewet itu.
"Dimana papa ma?" tanya Jhonatan
"Ada tuh di ruang kerja. kamu udah makan belum. kalau belum mama buatin makanan yang enak. atau mau mama masakin makanan kesukaan kamu atau apapun itu mama akan masakin ya ya ya." kata Nyonya Karina dengan wajah yang menyebalkan di mata Jhonatan.
"Jhona udah makan tadi ma." ucap Jhonatan berlalu meninggalkan mamanya.
"Dasar anak tengik di perhatiin ngga ngerti ngga di perhatiin tambah nggak ngerti. duh pusing. mendingan kita dangdutan yuk.." kata Nyonya Karina.
"SEMUANYA SIAP DI GOYANG?!!!" teriak nyonya Karina dengan suara cempreng nya.
"Jaran goyang jarang goyang Semar mesem." dengan menggoyangkan pinggulnya kesana kemari dengan lincah.
Para pelayan yang melihat tingkah nyonya mereka hanya terkikik geli. karena pemandangan seperti itu sudah menjadi makanan setiap hari mereka. dan tentunya menjadi hiburan tersendiri.
David yang baru saja datang langsung saja menghampiri nyonya Karina dan ikut bergoyang.
"GOYANG TERUS MA. ASEEKKK TAREK SES." teriak David sambil bergoyang.
"SEMONGKO." teriak David dan nyonya Karina.
"SAWER MA ASOYYY." teriak David merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang dua ribuan.
"DASAR GILA. EMANG MAMA KAMU SAMAIN SAMA APA HA DI KASIH UANG RECEHAN KAYA GITU." teriak nyonya Karina dengan kesal.
"Buat bayar parkiran ma hehehe." kata David.
"Udah ah mama udah ngga mood buat goyang lagi huh dasar gila." umpat nyonya Karina kemudian berlalu pergi menuju kamarnya.
Tuan Vernandesy dan Jhonatan yang sedari tadi menyaksikan itu pun hanya menghela nafas panjang.
"Lihat pah. semua orang jadi ikutan gila kalau di dekat mama." gerutu Jhonatan.
"Hussst...itu juga mamamu lho sadar diri." kata tuan Vernandesy.
"Itulah alasannya. untungnya nggak nurun ke aku." ucap Jhonatan menghala nafas.
"Sudahlah sekarang kamu istirahat aja. papa juga mau ke kamar." ujar tuan Vernandesy sembari melangkah menaiki tangga dan di susul Jhonatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments