AURELIA
Halo readers.
Ini adalah sequel dari cerita Menikahi Om Sendiri.
Silahkan baca cerita sebelumnya, lalu lanjut cerita yang ini ya biar paham. Terima kasih 🙏🏻
...****************...
Jam menunjukkan pukul 7 malam, saat dimana keluarga Aldo sedang menyantap makan malam mereka.
Tidak ada yang berbicara. Hanya suara dentuman sendok dan garpu yang saling beradu mengisi kekosongan d ruangan itu. Hingga tiba saatnya Aurel mulai membuka pembicaraan.
"Mami, Papa, aku mau kuliah seperti orang-orang normal lainnya" ucap Aurel, disela makan malam mereka.
Aldo, Kayla serta sang kakak Revan seketika langsung menghentikan makan dan menatap ke arah Aurel.
"Mami senang kalau kamu memang sudah mau berkuliah dan berbaur dengan orang-orang. Tapi kenapa tiba-tiba kamu ingin berkuliah?" tanya Kayla.
"Riska yang ajak aku Mami. Katanya dia nggak mau kuliah kalau nggak ada aku" jawab Aurel.
Riska merupakan sahabat Aurel satu-satunya. Mereka telah bersahabat sejak kecil, sehingga Aurel sangat menyayangi sahabatnya itu seperti saudaranya sendiri.
"Bagus itu. Papa setuju" ucap Aldo.
"Mami juga setuju. Kapan kamu mau daftar ke kampus? Biar Mami dan Papa yang temenin" sambung Kayla.
"Nggak usah. Nanti aku minta tolong Kak Revan aja. Kak Revan mau kan?"
"Iya mau"
Revan selalu mengikuti permintaan sang adik. Sejak Aurel mengalami kebutaan, Revan lah yang selalu menguatkan dan melindungi Aurel dari ejekan orang-orang.
Selesai makan malam, Aurel masuk ke dalam kamarnya dibantu oleh tongkat untuk menuntun jalannya. Revan yang merasa kasihan, lantas langsung membantu menuntun adiknya.
"Sini Kakak bantu. Rangkul tangan Kakak"
"Eh Kak Revan. Nggak usah Kak. Aku udah hapal bentuk rumah ini. Nggak perlu bantuan lagi"
"Rangkul aja cepat. Nanti kamu jatuh loh"
Aurel tidak mau mendengarkan perkataan Revan. Ia tetap melanjutkan jalannya menuju kamar. Akan tetapi, sesuai dugaan Revan, Aurel hampir saja terjatuh. Beruntung saat itu Revan dengan sigap menangkap tubuh Aurel.
"Wah aku beneran hampir jatuh. Kakak peramal ya? Kok bisa tau sih" ucap Aurel.
"Kan Kakak udah bilang. Kamu sih nggak mau dengar"
Akhirnya Revan membantu Aurel berjalan masuk ke dalam kamar.
Pada pukul 1 dini hari, Aurel terbangun dari tidurnya akibat mimpi buruk.
Sudah beberapa tahun belakangan ini Aurel selalu mengalami mimpi buruk, tentang dirinya yang dibully saat masih kecil akibat penglihatannya.
Keluarganya tidak ada yang mengetahui tentang hal ini. Ia sengaja memilih untuk menyembunyikannya karena tidak ingin membuat keluarganya khawatir.
Jika sudah bermimpi seperti itu, biasanya Aurel selalu pergi ke kamar Revan dan meminta Kakaknya untuk menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya.
Ya, usia yang terpaut 8 tahun itu membuat Aurel sangat manja kepada sang kakak.
Tok tok tok
"Kak Revan. Udah tidur?"
"Belum. Tunggu sebentar" sahut Revan dari dalam kamar.
Pintu kamar terbuka dan muncul lah Revan yang baru saja selesai mandi.
Aurel yang dapat mencium bau harum dari sabun dan shampo yang digunakan Revan, mulai menebak apa yang dilakukan Revan malam ini.
"Kakak mandi malam-malam?" tanya Aurel.
"Iya panas banget soalnya. Kenapa Dek? Kok belum tidur?"
"Nyanyiin aku dong. Aku nggak bisa tidur Kak. Boleh ya?" ucap Aurel, memasang tampang memohon.
Kalau sudah begitu, Revan tidak bisa menolaknya dan akhirnya menyetujui permintaan Aurel.
"Ya sudah. Ayo ke kamar kamu. Nanti Kakak nyanyiin"
"Makasih Kak"
Tidak segan-segan Aurel merangkul lengan Revan dan mengajaknya masuk ke kamar tidurnya.
Sesampainya di kamar, Aurel mulai berbaring di ranjangnya. Sedangkan Revan duduk di kursi dekat tempat tidur dan mulai menyanyikan lagu sambil mengusap kepala adiknya itu. Suara merdu Revan, membuat Aurel menjadi lebih tenang dan tidak lama kemudian ia pun tertidur.
Terukir sebuah senyuman di wajah Revan ketika melihat Aurel. Adiknya yang dulunya sangat pendiam, penyendiri, sering putus asa, cuek, dingin disaat penglihatannya menghilang. Kini mulai menerima takdirnya dan berusaha kembali menjadi gadis yang periang.
Karena kembali mengingat masa lalu, Revan teringat saat dimana untuk pertama kalinya dirinya menangis histeris, saat mengetahui Aurel tidak dapat melihat lagi.
Flashback on
"Mami, Papa, kenapa Aurel tiba-tiba nggak bisa lihat? Aku nggak mau dia buta. Aku nggak tega lihat dia buta. Dia masih kecil"
Revan menangis histeris saat mengetahui keadaan adiknya sekarang yang berada di rumah sakit.
"Mami dan Papa juga nggak tega sayang. Kami juga tidak mau Aurel jadi seperti ini. Mendonorkan mata seseorang tidak semudah kelihatannya. Kamu sabar ya. Mami dan Papa juga sedang berusaha untuk membuat adik kamu bisa melihat lagi" ujar Kayla, mencoba menahan tangisnya.
"Kasih mata aku aja. Aku nggak apa-apa nggak bisa lihat yang penting jangan Aurel. Dia pasti sangat sedih sekarang"
"Kamu jangan bicara seperti itu sayang. Sebaiknya kamu tunggu di luar sekarang dengan Mami Kay ya. Nanti Papa yang akan menemui Dokter" ucap Aldo.
"Tapi Pa.."
"Papa mohon Revan. Honey, tolong kamu ajak Revan untuk tunggu di luar" pinta Aldo.
"Iya bee. Ayo sayang kita tunggu di luar"
Kayla mengajak Revan untuk menunggu di luar. Revan terus berteriak tidak ingin pergi dari ruangan Aurel yang masih belum siuman. Namun, setelah dibujuk oleh Aldo dan Kayla berulang kali akhirnya ia pun mau menunggu di luar.
"Mami aku mau Aurel bisa melihat lagi" lirih Revan.
"Mami juga nak. Kita sama-sama berdoa ya"
Kayla menggenggam tangan Revan, untuk menguatkannya.
Setelah menunggu beberapa lama, Aldo keluar dari ruangan dokter dengan wajah sedih.
"Bagaimana Mas? Apa sudah ada donor mata untuk Aurel?"
Aldo menggeleng pelan.
"Kata Dokter benturan yang dialami Aurel sangat keras hingga membuat saraf penglihatannya rusak. Untuk dilakukan operasi pun resikonya akan sangat berbahaya. Jika kita memilih langkah operasi, kemungkinan hidup hanya 10 persen. Aku tidak mau kehilangan Aurel. Dulu aku sudah menelantarkan kamu dengan dia. Untuk sekarang aku benar-benar tidak ingin melakukannya. Sebaiknya kita biarkan dia seperti saat ini, yang penting dia bisa hidup honey"
Tangis Kayla mulai pecah. Air mata yang sedari tadi ditahannya tidak mampu dibendung lagi. Ia tidak sanggup melihat anak perempuannya tidak dapat melihat seperti itu. Revan yang berada di sebelah Kayla pun ikut menangis.
Aldo menarik keduanya kedalam pelukannya dan mencoba menenangkan mereka.
"Jangan menangis. Nanti Aurel bisa sedih. Kita sama-sama berdoa ya. Semoga Aurel bisa melihat lagi nantinya"
Aldo mencium puncak kepala Kayla dan Revan secara bergantian. Hatinya merasa bimbang. Di satu sisi dia sangat ingin Aurel bisa melihat lagi. Tapi di sisi lain, nyawa Aurel bisa menjadi taruhannya.
"Kita sama-sama harus menguatkan Aurel ya. Jaga dia dan jangan pernah tinggalkan dia saat merasa sedih. Hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang" lanjut Aldo, semakin mengeratkan pelukannya kepada anak dan istrinya.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dhie
👍
2021-09-03
0
Mami Vanya Kaban
baru awal dah suka ceritanya
2021-07-24
0
Lilik Juhariah
aduh kerent thor
2021-04-18
0