Senior

Makan malam pun tiba. Revan mengundang kekasihnya yaitu Bela untuk makan malam bersama keluarganya.

Bela yang kala itu tampil sangat anggun dengan rambut terurai indah bergelombang, tiba bersama Revan di kediaman keluarga Aldo.

Aldo, Kayla dan juga Aurel menyambut baik kedatangan Bela.

"Hai Tante, Om, Aurel, sudah lama ya aku nggak main ke sini" ucap Bela, berbasa-basi.

"Iya kami udah kangen nih. Ayo masuk" ajak Kayla.

Bela pun masuk ke dalam rumah dan mendekati Aurel.

"Aurel sayang, katanya kamu udah mau masuk kampus ya? Selamat ya. Ini hadiah untuk kamu"

Bela menyodorkan sebuah kado berwarna biru cerah untuk Aurel. Ia pun menerimanya sambil mengucapkan terima kasih.

Saat di tengah makan malam mereka, Aldo mulai membuka percakapan.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanyanya pada Revan dan juga Bela.

"Revan belum lamar aku Om. Jadi aku nggak tau deh" ucap Bela, sambil tertawa.

"Secepatnya kok, Pa. Tunggu aja" sambung Revan.

"Iya cepetan nikah. Kamu kan sudah 26 tahun. Jadi sudah cukup umur untuk nikahin Bela. Jangan kasih harapan palsu untuk kekasih kamu, nanti ditinggalin loh" kata Aldo, bercanda.

"Iya Papa. Pasti aku akan lamar kok"

Semua orang tertawa di ruangan itu, kecuali Aurel. Tidak ada senyum sedikit pun di wajahnya. Entah kenapa ia ingin sekali mengatakan bahwa dirinya belum siap melihat Revan menikah. Namun, semuanya ia urungkan karena tidak ingin merusak suasana kebahagiaan yang ada di ruangan itu.

Kayla yang melihat putrinya tidak senyum sama sekali langsung merasa khawatir.

"Kamu kenapa sayang? Kamu sakit? Kok dari tadi diam"

"Siapa yang sakit? Aurel sayang kamu sakit?" tanya Aldo.

"Nggak Mama, Papa, nggak apa-apa. Aku masuk ke kamar dulu ya"

"Mau Kakak anterin nggak?" tawar Revan.

"Nggak usah Kak. Aku bisa sendiri"

Sambil meraba-raba sekelilingnya, Aurel menuju ke dalam kamarnya. Di dalam kamar, ia memegang jantungnya yang tiba-tiba terasa sakit. Kemudian, air matanya pun tiba-tiba ikut terjatuh bersama rasa sakit yang dirasakannya saat ini.

Pukul 1 malam saat keadaan rumah sudah gelap gulita karena telah tidur, terlihat seorang wanita yang memakai pajama berwarna cokelat dengan rambut tergerai, menyusuri taman di belakang rumah menggunakan bantuan tongkat. Ya, siapa lagi kalau bukan Aurel.

Karena belum bisa tertidur, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman belakang sambil menghirup udara segar.

Kini Aurel tengah duduk di kursi taman sambil memejamkan matanya. Meskipun memejamkan mata atau pun tidak tak akan mempengaruhi keadaan penglihatannya. Namun, entah kenapa Aurel sangat ingin memejamkan mata seperti orang normal lainnya. Ia seperti terus berharap saat akan membuka mata, dirinya dapat melihat dengan jelas seperti ingatannya 12 tahun yang lalu, saat ia masih melihat semuanya dengan jelas.

Saat tengah asyik memejamkan mata, tiba-tiba ia merasakan sebuah pelukan melingkar di tubuhnya, membuat Aurel terlonjak kaget.

"Siapa itu?" tanya Aurel, ketakutan.

"Kakak kamu yang paling ganteng" jawab seseorang yang ternyata adalah Revan.

"Kakak ngapain disini?"

"Memangnya aku nggak boleh disini?"

"Boleh. Tapi aku penasaran aja. Tumben banget malam-malam ke taman belakang" ucap Aurel.

Revan duduk di samping Aurel, kemudian menatap wajah sang Adik begitu lekat.

"Kamu marah sama Kakak ya?"

"Nggak kok. Siapa bilang?"

"Aku yang bilang. Kamu sebenarnya kenapa? Raut wajah kamu terlihat sedih sejak makan malam tadi. Apa jangan-jangan kamu tidak setuju kalau Kakak akan menikah?"

Aurel hanya diam. Ia tidak bisa membantah atau menjawab pertanyaan dari Revan.

"Jujur lah. Kakak nggak mau disaat Kakak menikah nanti, adik kakak satu-satunya terlihat sedih" lanjut Revan.

"Aku..Aku hanya takut"

"Takut kenapa?" tanya Revan.

"Takut tidak ada lagi yang peduli padaku" lirih Aurel.

Revan kembali memeluk Aurel, mencoba menghiburnya.

"Jangan takut, karena Kakak tidak akan pernah meninggalkan kamu selamanya, Dek"

Aurel membalas pelukan Revan. Ada rasa nyaman dihatinya saat memeluk tubuh Revan. Ingin rasanya ia memeluk sedikit lebih lama lagi. Namun, Revan segera melepas pelukannya.

"Ayo Kakak antar ke kamar kamu. Diluar sini dingin, nanti kamu masuk angin"

Aurel mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamarnya.

Keesokan harinya, Aurel terlihat mulai bersiap untuk masuk kuliah. Ya, ini adalah hari pertamanya berkuliah.

Revan memutuskan untuk mengantar Adik kesayangannya itu ke kampus barunya. Sesampainya di kampus, ternyata sudah ada Riska, sahabat Aurel yang sudah menunggu di depan kampus.

Sebelum turun dari mobil, Revan pun mulai menasehati Aurel.

"Jangan nakal ya di kampus. Dengerin perkataan yang baik-baik dan buang yang jahat-jahat, oke?"

"Ih Kakak apaan sih kayak anak kecil aja. Iya tau. Aku pergi ya"

"Hati-hati Adikku sayang. Riska, tolong jaga Aurel ya"

"Siap Kak" kata Riska, sambil memasang senyum termanisnya.

"Kalau begitu Kakak pamit dulu ya Aurel. Telfon aja kalau udah pulang, nanti Kakak jemput. Daah" pamit Revan.

"Daah Kak"

Aurel dan Riska melambaikan tangan ke arah Revan, kemudian setelah itu mereka mulai masuk ke dalam kampus.

Di sana, keduanya harus berpisah karena Aurel harus masuk ke dalam kelas bimbingan untuk penyandang disabilitas. Sedangkan Riska di tempat orang normal lainnya.

Saat jam makan siang, Riska mengunjungi ruangan Aurel dan mengajaknya makan siang.

"Rel, ayo makan. Capek banget nih"

"Iya, ayo kita pergi"

Saat sampai di kantin, semua tempat sudah penuh membuat Riska bingung untuk duduk dimana.

Tiba-tiba ada senior laki-laki yang menawari Aurel dan Riska untuk duduk di tempatnya yang kebetulan masih ada 2 kursi kosong.

"Terima kasih Kak" ucap Riska.

"Iya sama-sama. Santai aja. Silahkan duduk"

Laki-laki itu mempersilahkan mereka duduk, kemudian melanjutkan pembicarannya bersama 2 temannya yang lain.

Beberapa saat kemudian, terlihat laki-laki yang tadi mempersilahkan duduk sering melirik ke arah Riska dan Aurel.

Aurel yang memang tidak bisa melihat hanya santai menyantap makanannya. Berbeda halnya dengan Riska yang terlihat salah tingkah setiap senior itu melirik ke arah mereka.

Laki-laki itu pun mulai membuka pembicaraan.

"Hai. Nama kamu siapa?"

Riska yang mengira senior tadi menanyakan namanya pun langsung menjawab dengan malu-malu.

"Riska Kak"

"Eh Maaf. Aku lagi tanya teman kamu yang disamping. Kalau boleh tau namanya siapa ya?"

Riska yang merasa sangat malu karena ternyata bukan dirinya yang dilirik sejak tadi, akhirnya hanya bisa tertunduk lesu.

"Nama saya Aurel, Kak"

"Ohh Aurel. Namaku Alvin. Salam kenal ya"

Aurel mengangguk dan tersenyum.

"Senyum kamu manis banget"

Alvin berkata sambil memangku dagu, membuat teman-temannya menyoraki dirinya.

Aurel hanya diam, sedangkan Riska terlihat kesal.

"Ayo Aurel kita pergi dari sini"

"Eh udah mau pergi aja?" tanya Aurel.

"Iya. Panas banget disini" jawab Riska.

Sebelum pergi, Aurel tidak lupa pamit dan mengucapkan terima kasih kepada senior yang tadi sudah memberikannya kursi.

"Terima kasih Kak"

"Iya sama-sama. Pasti kita akan bertemu lagi nanti" ucap Alvin.

Riska langsung menarik lengan Aurel untuk menjauh pergi, sebelum ia menjawab ucapan dari Alvin.

Terpopuler

Comments

Kamila

Kamila

alvin jahat apa baik nih

2021-01-06

1

Kinii AlifAina

Kinii AlifAina

Berharap banget supaya aurelle bisa melihat. biar merasakan indahnya masa remaja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

2021-01-05

0

Cika🎀

Cika🎀

cemburu😉

2021-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!