Aurel akan mendaftarkan diri ke salah satu kampus, yang kebetulan menerima mahasiswa penyandang disabilitas. Ia pergi bersama sahabatnya Riska dan juga Revan sang Kakak.
Revan dan Aurel duduk di kursi depan mobil, sedangkan Riska duduk di kursi belakang. Riska terus curi pandang ke arah Revan. Ya, sahabat dari Aurel itu memang sangat menyukai Revan sejak lama. Namun, Revan tentu saja hanya menganggap Riska hanya teman dari Adiknya.
Sesampainya di kampus, Revan langsung menuntun Aurel menuju ke ruang pendaftaran. Mereka disambut baik oleh Dosen-dosen disana dan segera mendaftarkan Riska dan juga Aurel di kampus itu.
Setiap pare Dosen berbicara, Aurel selalu bersembunyi dibalik tubuh Revan. Karena selama ini dirinya selalu mengasingkan diri berkomunikasi dengan orang asing, ia pun masih merasa takut jika ada yang mengajaknya berbicara.
Untung saja Revan sangat tanggap dan memahami kondisi Adiknya. Sehingga dia lah yang menjawab setiap pertanyaan.
Setelah selesai mendaftar, Revan mengajak Aurel dan Riska untuk makan terlebih dahulu di sebuah restoran.
Riska yang sangat menyukai Revan merasa sangat bahagia karena bisa berlama-lama bersama pujaan hatinya.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Revan.
"Seperti biasa Kak, makanan kesukaan aku" jawab Aurel.
"Kalau kamu Riska?"
"Ehmm..Aku juga sama kayak Aurel"
"Oke. Mbak pesan soto ayam 3 ya"
Revan sangat mengetahui makanan kesukaan Aurel, sehingga tidak perlu berlama-lama untuk memesa makanan.
Saat sedang menunggu makanan tiba, hp Revan mulai berdering. Dia tersenyum sekilas setelah melihat nama panggilan di layar ponselnya.
"Tunggu ya, Kakak mau angkat telfon dulu" kata Revan, lalu beranjak dari kursinya.
"Rel, ngomong-ngomong telfon dari siapa ya? Tadi aku lihat Kak Revan senyum setelah lihat nama dari layar ponselnya" ujar Riska.
"Palingan itu telfon dari pacarnya, Kak Bela" kata Aurel menjawab dengan santai.
"Yah sedih deh. Mereka udah berapa lama sih pacaran? Kok langgeng hubungan mereka" kesal Riska.
"Alhamdulillah dong kalau langgeng. Kamu boleh suka Kak Revan, tapi doakan yang terbaik untuk dia. Itu baru namanya fans yang sesungguhnya"
"Iya Rel. Aku ngerti kok"
Raut kesedihan terpampang di wajah Riska. Meskipun Aurel tidak bisa melihat, tetapi ia tahu sahabatnya itu pasti sangat merasa sedih.
Aurel memang mengetahui perasaan Riska kepada Revan. Mereka telah bersahabat sejak kecil dan saat SMP, Riska berani mengutarakan perasaannya kepada Revan. Namun, pria itu menolak karena hanya menganggap Riska tidak lebih dari seorang Adik baginya.
Ternyata perasaan itu tidak berubah dan Riska tetap menyukai Revan, meskipun Revan telah mempunyai kekasih.
Beberapa saat kemudian, Revan kembali ke tempat duduknya setelah menerima panggilan telepon.
"Dari siapa Kak? Kak Bela ya?" tanya Aurel.
"Iya. Aku mau jemput dia dari bandara sore nanti" jawab Revan.
"Baiklah"
Makanan pun telah siap dihidangkan dan mereka pun mulai menyantap makanannya.
Selesai makan, mereka mengantar Riska untuk pulang lebih dulu, setelahnya baru Revan dan Aurel untuk pulang ke rumah.
Di perjalanan pulang, Aurel memutar musik dan bersenandung kecil. Revan melirik ke arah Aurel dan tersenyum melihat Aurel yang mulai kembali ceria.
"Kakak senang loh kamu sudah ceria lagi seperti dulu" ucap Revan.
"Iya Kak. Aku harap aku bisa beradaptasi nantinya di kampus"
Revan menggenggam tangan Aurel.
"Kamu pasti bisa melalui semua hal buruk yang terjadi. Jangan pantang menyerah ya"
Aurel mengangguk. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang saat Revan menggenggam tangannya. Ia mulai berpikiran aneh. Namun, dengan cepat ia segera menepis pikiran anehnya itu.
Masa sih aku deg-degan sama Kakak aku sendiri. Kakak kandung lagi. Batin Aurel.
Aurel memang belum mengetahui kebenarannya. Aldo dan Kayla sengaja belum memberitahukannya kepada Aurel, karena tidak ingin anak perempuannya itu kembali bersedih setelah mengetahui fakta yang sebenarnya. Karena selama ini Aurel sangat menganggap Revan sebagai satu-satunya Kakak kandung yang ia miliki.
Mobil mulai menepi di halaman rumah mereka. Aurel yang memang sudah hapal dengan kondisi rumahnya, langsung turub dari mobil tanpa bantuan Revan.
"Eh anak Mami yang ganteng dan cantik ternyata udah pulang ya. Gimana kampusnya? Ramah-ramah nggak orangnya?" tanya Kayla.
"Bagus kok, Mi. Dosennya ramah-ramah. Semoga nanti aku betah disana"
"Syukurlah kalau memang bagus. Gimana keadaan kampusnya Revan? Kelihatan bagus nggak?"
"Menurut aku bagus dan nyaman. Aurel pasti betah" kata Revan.
"Wah Mami jadi tambah semangat dengarnya. Kalau begitu, nanti malam Mami akan buatkan makan malam spesial untuk kita semua" ucap Kayla.
"Maaf Mami aku sebenarnya pengen ikut makan malam dengan kalian, tapi aku sudah terlanjur janjian dengan Bela. Hari ini dia pulang" ujar Revan.
"Kalau begitu kamu ajak aja dis kesini. Makan malam bersama bareng kita. Kan sudah lama dia nggak kesini lagi"
"Iya Kak. Ajak Kak Bela aja" sambung Aurel.
"Baiklah kalau begitu. Nanti aku ajak dia kesini" kata Revan.
Sepertinya malam ini aku harus menunda lamaranku pada Bela. Batin Revan di dalam hati.
Revan pamit untuk menjemput Bela di bandara. Sedangkan Aurel tampak sedang mengobrol dengan Kayla di ruang keluarga mereka.
"Papa belum pulang ya, Mi?"
"Iya belum"
"Oh iya Mami aku mau tanya, kenapa sih Kak Revan nggak pernah marahin aku? Nggak kayak Kakaknya Riska yang selalu marahin dia, selalu berantem. Aku tuh pengen kayak dia sekali-kali berantem gitu" ujar Aurel.
"Ih kamu mah aneh. Harusnya kamu senang karena Revan nggak pernah marahin kamu. Artinya dia sayang banget sama kamu"
"Apa iya, Mi? Pantasan jantung aku sering deg-degan kalau Kak Revan perhatian ke aku. Artinya dia sayang ya?"
Kayla terkejut mendengar perkataan Aurel yang sangat polos.
"Jantung kamu deg-degan? Maksud kamu seperti apa sayang?"
"Iya deg-degan kayak mau copot gitu, Mami. Artinya aku memang sayang banget ke Kak Revan kan?"
"Iya benar"
Kayla terdiam sesaat. Ia merasa kehidupannya yang dulu akan berimbas ke putrinya saat ini. Meskipun Aurel dan Revan memang bukan saudara kandung, tapi tetap saja mereka tidak menginginkan adanya hubungan diantara kedua anak mereka.
"Sayang, kamu menganggap Kakak kamu sebagai Kakak kan? Bukan sebagai pacar?" tanya Kayla dengan hati-hati.
"Iya. Memangnya kenapa Mami?"
Kayla bernapas lega.
"Nggak kok. Mami cuma tanya aja. Ya sudah kamu naik ke kamar kamu aja ya" ucap Kayla.
"Iya Mami"
Aurel berjalan dengan tongkatnya sebagai penunjuk jalan menuju ke kamarnya. Sebenarnya ia mulai sadar maksud dari pertanyaan Ibunya. Sejujurnya ia sedikit merasa suka dan nyaman pada Kakaknya dan merasa sedikit tidak rela, jika nanti Kakaknya akan menikah. Entah itu disebut rasa suka sebagai saudara atau yang lainnya, tetapi itu lah yang dirasakan Aurel saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Elisabeth Arwinda
semoga Revan sama Aurelia
2021-06-06
0
Dayuni Randaayujarangdikeloni
aurel sama revan bukannya sepupu,,kan mamah nya kakak adik ,
2021-03-07
0
quhee
auuuuu jangan sampai brother complex ya aurel... biar sama kak bela aja...
2021-02-21
0