"Nggak mungkin Revan suka sama Aurel, bagaimana pun juga mereka masih terikat saudara. Kamu kan saudara kandung Tasya seharusnya nggak boleh dong. Nanti aku bicara dengan Revan" ucap Aldo.
"Jangan Mas" tahan Kayla.
"Memangnya kenapa?"
"Karena sepertinya Aurel juga menyukai Revan"
Kayla menundukkan kepalanya dengan wajah tampak lesu.
"Tidak bisa honey. Mereka tidak boleh seperti kita. Kita berdua harus memisahkan mereka. Aku akan bilang ke Revan agar dia segera menikahi Bela"
"Mas, bukannya itu egois? Kalau mereka memang saling suka sebaiknya kita izinkan saja"
"Tidak Kayla! Kamu sudah gila apa? Meskipun mereka berdua bukan saudara kandung tapi aku sudah menganggap Revan sebagai anak kandungku sendiri. Akan aneh jika mereka bersama dan menikah. Aku tidak setuju dan tidak akan pernah setuju. Ingat itu!"
Aldo pergi dengan wajahnya yang terlihat kesal, sedangkan Kayla hanya bisa terdiam menatap punggung suaminya yang sudah menjauh darinya.
Kayla memijat pelan kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit akibat memikirkan perasaan yang tidak terduga dari kedua anaknya itu.
Setelah dirasa kepalanya sudah mulai membaik, Kayla berusaha tersenyum dan seperti tidak terjadi apa-apa, lalu menyusul ke ruang makan.
"Hai semua maaf Mami lambat bergabung ya. Ayo silahkan dilanjutkan makannya"
Kayla melirik ke arah suaminya yang tidak melihatnya sama sekali dan hanya fokus dengan makanan di hadapannya.
"Di tengah makan malam yang terasa sunyi, tiba-tiba Aldo mulai membuka suara.
"Bulan depan kamu nikahi Bela. Mau sampai kapan kamu kasih harapan palsu ke anak orang, Revan?"
"Apa? Tapi itu terlalu cepat Pa"
"Papa akan urus semuanya. Pokoknya kalian harus menikah secepatnya" kata Aldo.
"Iya aku setuju Om. Kamu setuju kan sayang?" tanya Bela.
"Tapi kenapa bisa buru-buru gini? Semuanya kan harus dibicarakan lebih dulu Pa. Masa sebulan lagi nikah. Kasih aku waktu Papa, Mami, aku mohon" ucap Revan.
"Tidak ada bantahan"
Aldo melanjutkan makannya dan tidak peduli lagi dengan penolakan yang dilontarkan Revan.
Revan yang mulai emosi karena hidupnya selalu diatur, memutuskan untuk pergi dari ruang makan, meninggalkan Bela yang terus berteriak memanggil namanya.
Aurel yang mendengar ketegangan diantara Ayah dan juga Kakaknya mulai merasa sedih. Alvin yang melihat hal itu, lantas langsung menggenggam tangan Aurel dan mencoba menenangkannya.
"Kamu nggak apa-apa kan Rel? Butuh bantuan atau nggak?" tanya Alvin.
"Nggak kok Kak. Makasih" jawab Aurel berusaha tetap tenang.
"Mohon maaf ya nak Alvin kalau merasa tidak nyaman. Silahkan lanjut dimakan makanannya. Kamu juga Aurel lanjut makan lagi ya" ujar Kayla.
"Iya Mami"
"Iya makasih Tante" sambung Alvin.
"Mas kamu disini dulu ya. Aku mau nyusul Revan"
Aldo mengangguk pelan, tanda mengiyakan.
Kayla pergi menyusul Revan yang tengah bertengkar dengan Bela di halaman rumah. Diam-diam dia menguping pembicaraan keduanya yang terdengar sangat keras.
"Kamu kok jahat banget sih? Kenapa kamu nggak iyakan saja permintaan Ayah kamu? Memangnya kamu nggak mau nikah sama aku? Atau kamu sudah ada yang lain hah? Jawab jujur Revan!" bentak Bela, mulai berlinang air mata.
"Pernikahan tidak semudah itu Bela. Aku butuh menyakinkan diriku sendiri untuk menikahi kamu. Aku tidak ingin hanya sekedar menikah tanpa bisa bertanggung jawab nantinya. Aku tidak mau di cap sebagai suami dan ayah yang buruk untuk keluargaku. Jadi tolong kamu mengerti" balas Revan, meninggikan suaranya.
"Tapi mau sampai kapan? Kita sudah lama berpacaran Revan. Aku benci dengan sikap kamu yang seperti ini!"
"Kamu tidak mau menunggu?"
"Tidak. Aku maunya kita secepatnya menikah"
"Kalau begitu mari kita akhiri sampai disini hubungan kita. Aku tidak bisa menikahi orang yang tidak ingin menunggu sepertimu" ucap Revan.
Bela terbelalak kaget. Dirinya tidak percaya dengan ucapan Revan yang secara tiba-tiba ingin memutuskan hubungan mereka.
"Kamu gila hah? Kita sudah berpacaran 3 tahun Revan. Kamu tidak bisa seenaknya putusin aku dong"
"Tolong Bela kamu benar-benar membuatku stres. Sebaiknya kamu pulang sekarang. Supirku akan mengantarmu. Cepat pulang"
Revan menarik lengan Bela dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Bela terus memberontak dan tidak mau masuk, namun Revan tetap memaksanya masuk dan membentaknya.
Saat mobil sudah berlalu pergi, Revan terduduk di depan rumahnya sambil mengacak-acak rambutnya.
Kayla yang merasa kasihan mulai mendekati Revan dan mengusap punggung anaknya.
"Kamu serius mau putus dengan Bela?"
"Dia tidak bisa menunggu, Mi. Aku tidak bisa buru-buru seperti ini. Pernikahan bukanlah hal yang bisa diajak bercanda" ucap Revan.
"Apa kamu menyukai Aurel?" tanya Kayla langsung pada intinya.
"Maksud Mami apa?"
"Maaf Revan. Tapi Mami melihat tingkah kamu selama ini dan sepertinya kamu menyukai dia. Begitu pun dengan Aurel yang sepertinya menyukaimu. Kamu tau itu tidak boleh kan? Bagaimana pun kalian sudah seperti saudara sendiri"
"Iya Mami aku tau. Aku juga tidak mau hal itu terjadi"
"Dan apakah itu benar-benar tidak terjadi?"
Revan terdiam dan tidak menjawab apa-apa. Melihat reaksi Revan yang seperti itu membuat Kayla hanya bisa menghela napas.
"Mami tidak melarang kalian saling menyukai satu sama lain. Tetapi kamu tau kan bagaimana dengan perasaan Papa kalian? Dia yang paling merasa terpuruk jika hal itu terjadi. Jadi Mami harap, kalian bisa menghilangkan perasaan itu" ujar Kayla.
"Maafkan aku Mami. Sepertinya aku mulai menyukainya. Tetapi aku akan berusaha untuk menghilangkan perasaanku padanya. Aku mohon jangan katakan hal ini pada Aurel"
Revan memohon dengan mata yang terlihat sendu, membuat Kayla menjadi tidak tega melihatnya.
"Baiklah. Asalkan kamu bisa melupakan Aurel, Mami akan menyimpan rahasia ini dari semua orang. Mami percaya sama kamu nak. Makasih ya"
"Iya Mami"
"Ayo masuk. Jangan sampai Papa kamu tambah marah"
Kayla berhasil mengajak Revan masuk ke dalam rumah dan mereka telah berkumpul lagi di ruang makan.
"Mana Bela?" tanya Aldo.
"Pulang. Dia tidak bisa diajak bicara kalau sedang emosi" jawab Revan.
"Oke. Kamu lanjut makan aja, Papa mau bicara sebentar dengan Alvin. Ayo Alvin ke ruang kerja saya. Karena kamu sudah berani berpacaran dengan putri saya, jadi saya harus memberikan beberapa nasihat. Kamu juga ikut honey"
"Baik Om"
"Kami tinggal dulu sebentar ya"
Kayla, Aldo dan juga Alvin meninggalkan ruang makan. Sekarang hanya tersisa Aurel dan Revan di ruang makan. Keduanya hanya diam dan tidak berbicara sama sekali, membuat suasana terasa canggung.
"Ehmm Kak, aku ke kamar dulu ya. Aku sudah selesai makan" kata Aurel, memecah keheningan.
"Iya. Oh iya Rel, maafin Kakak ya"
"Maaf kenapa?" tanya Aurel, menghentikan langkahnya.
"Tidak. Hanya saja, maaf untuk semuanya"
"Iya Kak tidak masalah. Aku juga minta maaf ya. Semoga Kakak bisa menikah dan berbahagia dengan Kak Bela. Aku pergi ke kamar dulu"
Aurel pergi setelah berkata dengan dinginnya. Revan yang mendengar hal itu mencoba menyembunyikan wajahnya, karena tiba-tiba saja air mata mengalir di pelupuk matanya.
Jika menangis bisa membuatku melupakannya, maka aku rela menangis sepanjang hari. Batin Revan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Luh Somenasih
coba ijinkan saja jika mereka saling cinta....
2021-06-28
1
Lilik Juhariah
gk pa pa nikah kan dari garis ibu, kecuali garis bapak yg gk boleh Krn bs jadi wali
2021-04-18
0
Maysa Indriani
????????
2021-03-23
0