Tetangga Menyebalkan

Aurel dan Alvin telah tiba di tanah air. Sebelum pulang ke rumahnya, tidak lupa Alvin mengantar Aurel terlebih dahulu ke apartemen yang telah disediakan oleh Aldo. Unit apartemen itu berada di lantai 10, dimana itu merupakan lantai apartemen untuk tamu VVIP. Tidak sembarang orang bisa menempati lantai tersebut. Hanya para pejabat dan pengusaha yang mempunyai banyak uang yang bisa menempatinya.

"Wah tempat ini mewah banget Kak. Apa ini beneran tempat aku tinggal?"

"Iya. Kamu suka?" tanya Alvin.

"Iya suka banget. Tapi lebih suka lagi kalau aku pulangnya ke rumah" jawab Aurel dengan pelan sambil tertunduk lesu. Ia sangat merindukan rumah yang telah menemaninya sedari kecil.

Aldo memang mengizinkan Aurel untuk pulang ke tanah air. Namun dengan syarat sang putri tidak boleh tinggal di rumah mereka yang dulu. Ia takut Aurel akan bertemu dengan Revan dan membawa pergi putrinya. Entah kenapa rasa tidak ikhlas dan tidak rela menghantui pikiran Aldo. Dirinya sangat tidak ingin kedua anaknya itu saling mencintai.

"Hmm... Gimana kalau besok aku ajak ke rumah kamu yang dulu? Tapi cuma sebentar aja ya, biar Papa kamu nggak marah"

"Serius Kak? Kakak baik banget deh. Oke aku mau" kata Aurel dengan penuh semangat.

"Sama-sama cantik. Oh iya kamu nggak apa-apa aku tinggalin sendiri disini? Atau kamu ikut aku aja ke rumah ya, pasti orang tuaku senang kalau kamu datang" ajak Alvin, yang tidak tega meninggalkan pacar bohongannya itu sendirian.

"Nggak kok Kak. Aku baik-baik saja disini. Salam ya sama Om dan Tante" jawab Aurel sambil menarik koper masuk kedalam unit apartemennya yang berada dipaling pojok.

"Kamu yakin Rel? Kalau kamu ada apa-apa gimana? Aku nggak mau ninggalin kamu sendiri. Aku nginap disini aja ya?"

Alvin terus bertanya sembari mengikuti langkah Aurel dari belakang.

"Eits nggak boleh. Kakak nggak ingat apa kata Papa? Tidak boleh tinggal dalam satu rumah! Udah Kakak pulang aja. Aku udah besar kok, aku juga udah bisa lihat lagi jadi nggak akan ada masalah. Udah ya Kak Alvin pulang aja, makasih atas tumpangannya"

Aurel membalikkan tubuhnya menghadap Alvin dan mendorong pelan tubuh pria itu agar keluar dari apartemennya.

"Tapi..."

Belum selesai Alvin berbicara, Aurel langsung memotongnya.

"Selamat malam Kak" kata Aurel sambil tersenyum, kemudian mulai menutup pintu.

Alvin terus mengetuk pintu namun tidak dihiraukannya. Hingga beberapa menit kemudian suara ketukan tidak lagi terdengar. Aurel mencoba mengintip perlahan dan benar saja Alvin sudah tidak ada di depan pintu. Ia bernafas lega dan mulai menyunggingkan senyum.

"Akhirnya aku bisa merasakan kebebasan di dalam rumah tanpa ada yang melarang. I'm free!!" teriak Aurel.

Ia mulai menyetel musik dengan sangat keras dan berjoget tidak karuan. Ternyata tanpa disadari, musik yang diputarnya terdengar sampai ke tetangga sebelah membuat tetangga itu merasa sangat terganggu.

Tidak lama kemudian terdengar bunyi bel, membuat Aurel menghentikan aktivitasnya.

Siapa yang datang malam-malam? Apa Kak Alvin lagi? batin Aurel.

Ia berjalan ke arah layar otomatis yang menampilkan siapa tamu yang datang ke apartemennya. Ternyata itu adalah laki-laki paruh baya yang memakai seragam seperti satpam.

Setelah mengetahui orang yang bertamu, dengan cepat Aurel membukakan pintu.

"Malam Mbak, maaf mengganggu waktunya" sapa pria itu sambil tersenyum.

"Eh iya Pak. Siapa ya? Dan ada perlu apa kalau boleh tau?" tanya Aurel sambil membalas senyuman pria itu.

"Kenalkan saya Dedi, saya satpam di apartemen ini. Mbak pasti orang baru ya di apartemen ini?"

"Oh iya Pak salam kenal ya. Iya saya orang baru disini, nama saya Aurel"

"Begini Mbak Aurel, jadi tadi saya dapat laporan dari tetangga sebelah kamar Mbak, katanya suara musik yang diputar Mbak itu cukup mengganggu jadi tolong dikecilkan"

Pak Dedi menunjuk ke arah kamar yang berada tepat disamping kamar Aurel.

"Maaf, saya pikir apartemen ini kedap suara jadi saya tadi sengaja memutar musiknya cukup keras. Sekali lagi mohon maaf ya Pak"

"Ohh nggak apa-apa kok Mbak. Apartemen ini memang kedap suara, tetapi mungkin si Masnya yang punya pendengaran sensitif. Mohon dimaklumi ya Mbak. Kebetulan juga di lantai 10 ini hanya ada 3 orang yang tinggal, salah satunya yah Mbak sama Mas di sebelah. Yang satunya lagi jarang ada disini Mbak" ujar Pak Dedi.

"Memangnya ada orang yang kayak gitu ya? Jangan-jangan orang yang pernah tinggal di unit ini juga pernah diprotes kayak gini ya, Pak?" tanya Aurel mulai penasaran.

"Saya sih pernah dengar rumor Mbak, tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Katanya orang sebelumnya yang pernah tinggal di unit yang Mbak tempati saat ini juga nggak betah tinggal karena sering diprotes. Kayaknya si Masnya memang introvert deh Mbak jadi sensitif gitu" jawab Pak Dedi setengah berbisik.

Mendengar penuturan dari Pak Dedi membuat Aurel menatap ke arah pintu kamar tetangganya dengan tatapan tajam. Ia tidak percaya harus memiliki tetangga yang sangat sensitif seperti itu. Sesaat kemudian ia mengalihkan pandangannya kembali pada satpam yang berdiri di depannya.

"Baik Pak saya akan lebih berhati-hati mulai sekarang. Maaf sudah merepotkan Bapak"

"Ah tidak masalah Mbak. Ini sudah menjadi tugas saya sebagai satpam apartemen ini. Kalau begitu saya pamit dulu ya, semoga Mbak betah tinggal disini. Semangat"

Satpam itu menyemangati Aurel sebelum pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Melihat hal itu, ia hanya bisa tersenyum getir membayangkan nasibnya nanti.

"Hilang kebebasanku. Argghh mau gila rasanya"

Ia kembali masuk kedalam unitnya dan membanting pintunya cukup keras saking kesalnya.

Tiba-tiba terdengar teleponnya berdering. Aurel langsung meraihnya dan melihat panggilan tanpa nama menghubunginya. Setelah diangkat, ternyata orang itu adalah satpam yang tadi menegurnya.

Tetangganya kembali komplain kepada satpam akibat pintu yang dibanting dengan cukup keras tadi. Padahal ini adalah hari pertamanya tinggal di apartemen itu akan tetapi ia sudah mendapatkan dua komplain. Karena tidak tahan lagi mendengar ocehan tetangganya, akhirnya Aurel memutuskan untuk mendatangi pria tersebut.

Ting Tong....

"Permisi Mas. Bisa buka pintu nggak? Saya mau bicara"

Aurel terus membunyikan bel dengan kepala yang tertunduk karena kelelahan. Hening, tidak ada respon sama sekali dari sang pemilik rumah.

"Mas tolong dibuka. Saya tau Mas ada di dalam" teriak Aurel terus berusaha.

Ceklek.

Setelah 5 menit, akhirnya pintu terbuka. Aurel mendongakkan kepalanya untuk melihat seperti apa wajah tetangganya yang menyebalkan. Seorang pria berkulit putih, bertubuh tinggi dan juga atletis terlihat berdiri dari balik pintu.

Tak disangka pria tersebut terlihat sangat terkejut setelah melihatnya, membuat Aurel tampak bingung.

Aku menemukanmu. Batin sang pria dengan mata berkaca-kaca.

Terpopuler

Comments

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

Revan, akhirnya ketemu ma aurelia

2021-06-10

0

Kus Tiah

Kus Tiah

mas revan

2021-05-26

2

🏘⃝Aⁿᵘ𝕾𝖓𝖞

🏘⃝Aⁿᵘ𝕾𝖓𝖞

Revan pasti...

2021-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!