POV Aurel
Aku tertidur di sofa yang berada di kamar tidurku setelah mendengarkan penjelasan materi dari dosen di kampus tadi.
Ya, karena aku tidak bisa membaca, akhirnya hal yang bisa aku lakukan hanya lah mendengar setiap ucapan dari sebuah alat rekaman yang sudah ku siapkan selama proses belajar berlangsung.
Karena merasa sangat lelah, aku pun tertidur di sofa. Hingga aku terbangun dari tidurku saat mimpi itu mulai muncul lagi.
Mimpi dimana setiap hal buruk terjadi padaku. Mimpi dimana semua orang membullyku. Mimpi dimana aku seperti ingin mati saat itu juga.
Keringat bercucuran di dahiku dan aku pun mulai menangis. Semua mimpi buruk itu tidak pernah hilang dari ingatanku.
Aku menangis tersedu-sedu membayangkan sakitnya saat itu. Ada satu hal yang tidak pernah aku ceritakan ke siapapun termasuk keluarga dan sahabatku tentang kecelakaan yang terjadi 12 tahun lalu, saat aku kehilangan penglihatanku.
Sejujurnya, saat itu aku merasa ada seseorang yang mendorongku dari ketinggian dan tiba-tiba saat aku membuka mata, semua menjadi gelap. Sungguh kejadian yang begitu cepat.
Aku tidak berani mengatakan semua itu dan hanya mampu menuangkan segala keluh kesahku pada sebuah alat rekaman.
Saat itu masih sore hari. Aku bisa mengetahui hal itu dengan meraba jam wekerku dan merasakan suasana hari itu.
Aku memutuskan untuk pergi ke kamar Kakakku yaitu Revan, hanya sekedar ingin bercerita untuk menghilangkan bosan. Namun, saat aku sampai di depan pintu kamarnya, aku mendengar samar-samar suaranya sedang bertengkar dengan seseorang.
Terdengar dari pembicaraan, dia seperti sedang bertengkar dengan pacarnya. Aku pun mengurungkan niat untuk masuk dan hanya menunggu di luar.
Setelah bertengkar hebat, aku mendengar dia mematikan sambungan telepon dan langkah kakinya seperti menuju ke arah luar.
Benar saja, Kak Revan keluar dan melihat aku yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Aurel. Kenapa nggak masuk?" tanyanya.
"Iya Kak. Aku mau masuk tapi setelah mendengar kamu bertengkar, aku jadi menunggu di sini deh" ucapku, sedikit canggung.
"Oh iya maaf. Ayo masuk"
Kami berdua pun masuk ke dalam kamarnya. Aku duduk di atas ranjang miliknya dan Kak Revan sendiri duduk di atas sofa, tepat dihadapanku.
"Kamu kenapa?"
"Hmm..Aku mau cerita Kak"
Dengan takut-takut, aku mulai menceritakan semua kejadian yang aku alami sejak kecil dulu. Mulai dari mimpi hingga seseorang yang mendorongku waktu itu. Aku memutuskan untuk menceritakan semua padanya, berharap aku terhindar dari mimpi buruk itu lagi.
Mendengar hal itu, Kak Revan sangat terkejut dan menyesali dirinya sendiri.
"Maafkan Kakak Aurel. Kakak tidak bisa menjagamu dengan baik. Kakak salah. Kakak..."
Dia tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi. Aku segera memeluknya agar dia tidak merasa terlalu bersalah seperti saat ini.
Saat aku memeluk tubuhnya, aku merasakan debaran di dadaku semakin cepat. Aku pikir Kak Revan pasti juga dapat mendengarnya.
Cukup lama kami berpelukan seperti itu. Setelah melepas pelukan, jarak kami masih sangat dekat. Aku merasakan deru napas kami berdua berpacu dan entah siapa yang memulai duluan kami pun berciuman.
Sungguh hal yang tidak pernah terbayangkan olehku harus berciuman dengan saudaraku sendiri. Setelah kesadaranku kembali, aku mendorong tubuhnya dan keluar dari kamarnya.
Aku sangat syok kenapa bisa berciuman dengan saudara sendiri seperti itu.
Bagaimana kalau Mami dan Papa tau? Bisa-bisa aku akan dijauhkan dari Kak Revan.
Saking takutnya, aku menutup wajahku dengan bantal karena merasa sangat malu.
POV Author
Setelah ciuman tidak terduga tadi, Revan juga ikut merasa syok.
Kepalanya menjadi tambah pusing dengan perbuatannya yang entah kenapa harus seperti itu.
Meskipun ia tahu mereka bukan lah saudara kandung. Tetapi tetap saja, jika orang tua mereka tahu akan hal ini semua akan hancur.
Bodoh. Apa karena aku sedang bertengkar dengan Bela, jadi aku tiba-tiba mencium Aurel? Tapi entah kenapa hari ini dia terlihat sangat cantik. Arrggghhh otak gila.
Revan merutuki dirinya sendiri dan bingung harus berbuat apa. Tentunya kecanggungan akan terjadi di antara mereka nantinya.
Dia ingin meluruskan soal ciuman tadi. Namun, saat sampai di kamar Aurel dan melihat Aurel sedang menutupi dirinya dengan bantal, ia pun mengurungkan niatnya.
Hingga makan malam tiba, kecanggungan benar-benar terjadi di antara mereka. Biasanya Adik dan Kakak itu sering kali bercanda saat makan. Namun, saat ini tidak lagi.
Kayla dan Aldo yang melihat kedua anaknya tidak seperti biasanya, mulai merasa curiga.
"Kalian berdua kenapa diam-diam? Lagi bertengkar?" tanya Aldo.
"Nggak" jawab Aurel dan Revan, sangat kompak.
"Terus kenapa diam-diam? Nggak biasanya loh" ucap Kayla.
"Kak Revan lagi bertengkar dengan pacarnya. Jadi aku tidak mau mengajaknya bercanda. Takut dia lagi sensitif sekarang" ujar Aurel, mencari alasan.
"Apa itu benar Revan? Kamu lagi bertengkar sama Bela?" tabya Kayla.
"Iya Mami"
"Ya ampun pantas kalian diam-diam aja. Kamu baikan lagi sama Bela. Kan kalian mau nikah, kok berantem sih"
"Iya Mami. Nanti besok aku ke rumahnya"
"Nah gitu dong"
Aurel hanya tertunduk lesu. Dirinya seolah-olah tidak ingin Revan berbaikan kembali dengan Bela.
Apa aku benar-benar sudah menyukai Kakakku sendiri? Jika iya, aku harus bagaimana sekarang? Haruskah aku jujur?
Aurel membantin di dalam hati. Ada perang batin di dalam dirinya saat ini.
Selesai makan malam, semua orang kembali ke dalam kamar masing-masing. Aurel yang sudah tidak tahan ingin mengungkapkan perasaannya pada Revan, akhirnya memutuskan untuk menemui Revan di dalam kamarnya.
"Kak, aku boleh masuk?"
"Iya masuk lah"
Aurel masuk ke dalam kamar Revan dan menundukkan kepalanya.
"Ada apa Dek?"
"Maafin aku Kak. Tapi sepertinya, aku menyukaimu"
Revan yang mendengar hal itu, sontak saja menjadi sangat kaget.
"Kamu menyukaiku? Apa maksudnya? Kita kan saudara, Rel"
"Iya aku tau. Tapi..Aku benar-benar menyukaimu. Aku tidak tau kenapa hatiku bisa seperti ini Kak"
Aurel mulai menangis. Karena tidak tega melihat Adiknya menangis, Revan segera memeluk tubuh Aurel
"Dek, kamu tau kan kamu tidak bisa menyukai saudara sendiri? Mulai sekarang, hapud perasaan suka kamu ke Kakak ya. Suka sebagai saudara boleh, tapi suka sebagai pasangan hidup itu tidak boleh. Kamu mengerti kan? Kakak juga minta maaf karena sudah menciummu tadi. Itu spontan karena aku pikir kamu adalah Bela"
Aurel merasa sakit hati saat mendengar ucapan Revan. Ia langsung melepaskan pelukan Revan darinya dan berlalu pergi dengan terus menangis.
Maafkan aku Aurel. Aku terpaksa berbohong demi kebaikan kita berdua. Tolong jangan membenciku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Kamila
bisa2nya revan ingat Bella saat Cium aurel adehhhhhh 🤦♀🤦♀🤦♀🤦♀🤦♀🤦♀🤦♀
2021-01-06
1
Cika🎀
😢
2021-01-03
0
Junio Blacky
semangat berkarya terus kak
2021-01-03
0