Keputusan

Revan telah sampai dikediaman keluarga Bela. Dengan jantung berdebar, ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah mantan pacarnya itu.

Beberapa saat kemudian, pintu rumah terbuka dan sebuah tangan kekar menghantam wajah Revan hingga ia tersungkur ke tanah.

"Om" kaget Revan.

Ia tidak menyangka Rizal akan menamparnya secara tiba-tiba.

"Berani kamu menyakiti perasaan anakku hah! Kamu pikir kamu siapa hingga berani berbuat seperti itu? Kamu mau keluarga kamu hancur gara-gara anak pungut seperti kamu? Dasar tidak tahu diri! Selama ini saya sudah mengizinkan anak saya bersama dengan kamu untuk dibahagiakan tapi kenapa kamu malah menyakitinya hingga membuatnya menangis? Jawab!" teriak Rizal penuh dengan amarah.

Revan masih terdiam karena sangat syok dan menatap ke arah Bela yang berada di belakang ayahnya sambil menangis tersedu-sedu.

Ia seperti memberi isyarat kepada Bela dan seakan bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Bela hanya memalingkan wajahnya dan terus menangis.

"Kamu tidak mau menjawab? Apa satu tamparan belum cukup hah? Cepat katakan!"

Mendengar teriakan Rizal membuat Revan tersadar dan mulai berdiri kembali.

"Maaf Om. Saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan saya dengan Bela karena saya belum siap untuk menikah. Sedangkan Bela terus saja menyuruh saya untuk segera menikahinya. Dulu saya memang sempat berpikir untuk menikah sesegera mungkin. Tapi akhir-akhir ini saya merasa itu terlalu cepat dan saya belum siap" ujar Revan, mulai menjelaskan alasannya.

"Oh ya? Yakin hanya karena hal itu? Bukankah ada alasan lain?" tanya Rizal, tersenyum sinis.

"Ti..tidak ada Om. Sungguh hanya itu" jawab Revan dengan terbata-bata.

Plak!

Tamparan kedua kembali melayang. Namun, kali ini Revan tidak terjatuh lagi. Ia sudah tahu apapun jawaban yang diberikan akan tetap mendapatkan tamparan seperti ini.

"Jangan banyak alasan kamu. Kamu pikir saya bodoh? Kamu berbuat seperti ini pada anak saya karena kamu menyukai gadis buta itu kan? Jawab jujur!" teriak Rizal, membuat Revan membulatkan matanya.

Tidak hanya Revan, Bela pun yang tengah menangis langsung terdiam dan terlihat sangat syok mendengar penuturan ayahnya.

"Pah, maksud Papa apa? Gadis buta? Maksudnya Aurel? Itu tidak mungkin Pah. Papa jangan bercanda"

"Diam kamu! Selama ini kamu sudah dibodohi oleh adik kakak ini. Harusnya kamu sudah melihat gelagat aneh dari keduanya apalagi mereka bukan saudara kandung"

"Revan, apa itu benar? Jawab aku Revan. Katakan kalau semua itu bohong, aku mohon" teriak Bela, sambil memegang kedua tangan Revan.

Revan yang terus didesak oleh Bela mau tak mau mengakui semuanya.

"Iya Bel. Aku menyukai Aurel. Maafkan aku" ucap Revan dengan lirih.

Bela sangat syok. Kakinya seketika terasa lemas dan mulai goyah seakan tidak mampu untuk berdiri lagi.

"Sejak kapan? Sejak kapan kamu menyukainya? Apa aku tidak berarti apa-apa untukmu selama 3 tahun kita bersama? Kenapa kamu jahat hah? Kamu sangat jahat!"

Bela berteriak histeris dan terus memukul dada Revan dengan sangat kuat. Revan yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa pasrah dan menundukkan kepalanya.

Rizal yang tidak tahan lagi melihat putrinya terus menangis, akhirnya menyuruh asisten rumah tangganya untuk menenangkan Bela.

"Kamu ingat ya kamu sudah berani membuat anak semata wayang saya menangis. Jadi kamu siap-siap, karena mulai detik ini hubungan bisnis keluarga kamu dan keluarga saya sampai disini. Saya akan pastikan keluarga kamu akan menderita. Camkan itu!"

Rizal masuk kedalam rumah dan menutup pintu dengan sangat kencang.

Revan tersenyum getir membayangkan nasibnya saat sampai di rumah nanti. Ia sangat yakin ayahnya akan sangat marah padanya.

Dengan langkah gontai ia mulai melajukan mobilnya dan memilih untuk menenangkan dirinya di apartemen dan berniat untuk tidak pulang ke rumah sementara waktu.

Di rumah, Aldo terlihat sangat marah dan mulai melemparkan benda-benda disekitarnya sampai pecah.

"Bee, kamu kenapa? Tahan emosi kamu sayang jangan marah gini dong" ucap Kayla mencoba menenangkan suaminya.

"Gimana aku nggak marah kalau anak itu berani-beraninya bilang pada keluarga Rizal kalau dia menyukai Aurel. Gara-gara itu mereka ingin memutuskan kontrak perusahan dan itu artinya perusahaan akan kehilangan saham yang sangat banyak. Arrrggggg dia benar-benar sudah gila. Mau ditaruh dimana wajah aku kalau orang-orang tahu dia menyukai saudaranya sendiri"

"Maksud kamu Revan yang bilang semua itu?"

"Iya lah siapa lagi kalau bukan anak tidak tahu diri itu"

"Bee kamu jangan seperti ini. Mungkin memang sebaiknya kita harus merestui mereka, bee. Mereka saling menyukai"

"Tidak! Tidak akan! Jangan gila Kayla. Aku tidak akan membuat hal seperti itu terjadi" tolak Aldo.

Terlihat Aldo mulai menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Revan saat ini.

"Seret dia kesini kalau dia tidak ingin pulang"

Begitulah akhir pembicaraan Aldo dengan anak buahnya. Amarah yang masih sangat menggebu-gebu, membuat Kayla tidak berani untuk membantah perkataan suaminya lebih jauh lagi.

Beberapa saat kemudian, Revan pulang ke rumah dengan diseret oleh anak buah Aldo.

"Pah, apa-apaan sih? Kenapa aku diseret kayak hewan oleh mereka?" kesal Revan.

Plak!

Aldo menampar pipi Revan dengan sangat keras. Ini kali ketiga dirinya ditampar oleh mantan calon mertua dan ayahnya.

"Kamu mau membuat keluarga kita malu? Kenapa kamu berani-berani berbicara seperti itu pada keliarga Bela?" bentak Aldo.

"Karena aku memang menyukai Aurel, Pah"

Bugg!

Kali ini bukan hanya tamparan melainkan pukulan mendarat di wajah Revan yang kini terlihat babak belur.

"Bee, berhenti. Kenapa kamu memukulnya seperti itu?" teriak Kayla, mulai membantu Revan yang terjatuh di lantai.

"Kamu benar-benar sudah gila Revan. Begini caranya kamu membalas kebaikan kami selama ini? Dengan cara menghancurkan keluarga ini? Mulai saat ini kamu bukan anakku lagi. Berhenti mendekati keluargaku dan pergi jauh dari sini. Jangan coba-coba lagi kamu mendekati anakku Aurel atau kamu akan menerima akibatnya!"

"Mas, kamu kenapa berbicara seperti itu? Revan anak kita" bela Kayla.

"Tidak. Mulai saat ini dia bukan anak kita lagi. Pergi dari sini sekarang juga. Jangan bawa apapun dari rumah ini kecuali baju yang kamu pakai saat ini" tegas Aldo.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih kalian sudah mau merawatku selama ini. Aku akan pergi dari rumah ini"

Aurel yang sedari tadi telah mendengarkan semuanya lantas langsung mendatangi Revan dan memohon agar Revan tidak meninggalkannya.

"Kak aku mohon jangan tinggalin aku. Pah, aku mohon jangan usir Kak Revan. Kak Revan tetap harus disini Pah, aku mohon" ucap Aurel sambil menangis.

"Tidak. Mulai saat ini dia bukan kakak kamu lagi. Cepat pergi!"

"Kak tolong jangan pergi. Aku mohon Kak. Aku juga menyukaimu. Aku mohon. Aku ingin ikut jika kamu pergi dari rumah ini"

"Jangan gila kamu Aurel. Kay, cepat bawa pergi Aurel dari sini" pintah Aldo.

Mau tak mau Kayla mengikuti perintah suaminya dan mulai menjauhkan Aurel dari Revan.

Aurel terus berteriak histeris saat Revan akan pergi meninggalkannya.

"Kak aku mohon jangan pergi. Kamu sudah berjanji untuk menemaniku sampai aku bisa melihat nanti. Mana janjimu Kak, aku mohon jangan pergi"

"Maafkan aku, Rel. Aku tidak bisa menepati janjiku. Semoga kamu bahagia. Maafkan aku, karena aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu"

Setelah mengatakan pesan terakhirnya pada gadis yang amat dicintainya itu, tak terasa air matanya mengalir. Ia menangis dalam diam dan meninggalkan rumah yang telah memberikannya banyak kenangan selama ini.

Terpopuler

Comments

Arnie Srie

Arnie Srie

Kenapa Aldo egois banget sih....

2021-12-25

0

Mami Vanya Kaban

Mami Vanya Kaban

Aldo egois banget.. kaya gak pernah diposisi si Al aja

2021-07-24

0

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

Aldo egois, nyesek thor

2021-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!