Aira beranjak ke tempat pemandian tersebut, Shia menyiapkan pakaian ganti Aira. Selesai mandi Aira mengganti pakaiannya lalu berpikir akan keluar malam ini.
Menatap cermin yang menampakkan wajah buruk rupanya.
" Shia..." ucap Aira.
" Iya Nona apa ada yang bisa saya bantu ?"
" Malam ini siapkan keperluanku, aku akan ke pasar, "
" Tapi Nona, jika Nona pergi malam ini Anda tidak akan dibiarkan meninggal istana. Dan Pasar tempat yang berbahaya untuk Anda, di sana juga banyak pencopet dan ada orang-orang yang melakukan kejahatan dalam kegelapan, "
" Lebih baik keluar mencari suasana baru, daripada duduk diam dalam istana yang membosankan, "
" Baiklah, jika itu yang Anda inginkan saya akan menyiapkan keperluan Anda "
Shia menyiapkan pakaian yang biasa Aira gunakan, tetapi semua pakaian ini tidak layak pakai.
" Apa seorang Putri memang semiskin ini? Baru kali ini aku mengetahui bahwa ada juga seorang putri kerajaan yang miskin hahaha miris sekali hidup ini, " Aira merasa lucu, bagaimana bisa Raja hanya peduli dengan benda bawahnya saja tapi setelah membuahkan hasil dia membuangnya.
" Maafkan saya Nona, saya tidak dapat menahan saat Selir Agung merampas harta mendiang permaisuri, " ucap Shia, ada kesedihan yang terpatri diwajahnya.
" Untuk sekarang, apa masih ada sisa uang yang aku miliki? "
Shia mengeluarkan sebuah kantong yang dibungkus dengan rapi dari balik bajunya, " Ini saja sisa uang yang secara diam-diam saya sembunyikan dari pelayan Selir Agung Nona " ucap Shia lalu menyerah kantong itu.
" Baiklah, ini cukup.. "
" Kalau begitu saya undur diri, "
"... "
................
Malam harinya Aira menyelinap, banyak sekali prajurit berpatroli malam ini. Dengan mengendap-endap ia sampai dihadapan tembok besar, namun bukan Aira namanya jika ia tidak bisa mengatasi ini.
Aira melompat tinggi melangkahi tombok besar itu.
Huuupppss..
" Akhirnya, untung saja tembok ini tidak terlalu tinggi, " setelah itu ia menghilang dalam kegelapan malam.
Setibanya di pasar, banyak orang-orang yang bercanda gurau dengan orang tua ataupun kekasih mereka. " Wah, pasar ini sama persis seperti di kampungku, " ucap Aira
Ada yang menjual manisan dan banyak lagi.
" Umm, Aku harus mencari sesuatu dulu... " ucap Aira, ia melihat ada sebuah kedai yang terlihat sepi hanya pemiliknya saja yang ada di sana.
Membuka pintu kedai itu lalu masuk melihat sekeliling, ia menghampiri seorang wanita yang duduk termenung di depan kasir.
" Permisi, apa kedai ini masih beroperasi? " tanya Aira, walaupun ia melihat sendiri kondisi kedai ini tetap saja ia ingin mengetahuinya kenapa kedai ini begitu sepi pelanggan.
" Ah, Nona selamat datang di kedai kami. Mohon maaf saya tidak menyadari kehadiran Anda karena kedai kami jarang ada pembeli, " jelas pemilik kedai.
" Tidak apa, apa ada sesuatu yang bisa saya makan? "
" Mohon tunggu sebentar Nona segera saya siapkan makanan Anda, " ucap pemilik kedai.
Aira mencari tempat duduk yang dekat dengan jendela, pantas saja kedai ini sepi cara mereka menempatkan struktur kedai ini tampak membosankan.
" Silahkan, ini menu spesial keluarga kami, " ucapnya dengan senyum yang mengembangkan diwajahnya.
Aira menatap makanan dihadapannya, melihat dari warnanya saja ini makanan yang hambar dan tidak menggugah selera sama sekali.
Tapi tetap saja ia akan memakannya karena ia juga sudah kelaparan, dengan perlahan makanan itupun habis.
" Berapa harga makanan saya? "
" 2 koin tembaga saja nona.. "
Aira mengeluarkan uang kertas 2 koin tembaga, " Bibi saya ingin bertanya, jika ada yang ingin membeli kedai Bibi apakah Bibi akan menjual kedai ini? "
" Jika ada yang bermurah hati membeli kedai ini saya akan menjualnya, "
" Kalau begitu berapa Anda akan menjualnya? Saya ingin membeli kedai Bibi... "
Wanita tua terhenyak mendengar gadis muda ini mau membeli kedainya.
" Apakah Nona serius ingin membeli kedai saya? "
" Iya.. "
" Baiklah, karena kedai ini sudah tua saya menjualnya 1 koin emas saja Nona dan terimakasih Anda mau membeli kedai tua ini, " ucap wanita tua itu penuh syukur.
Memberikan 2 koin emas, " Nah, ini uangnya Bibi "
" Terimakasih Non, kalau begitu saya akan pulang. Di lantai atas ada beberapa kamar untuk menginap, biasanya saya akan menginap hari ini namun karena Anda telah membelinya saya akan kembali, " ucap Bibi.
" Ah, tidak apa Bibi jika Bibi ingin menginap, malam ini Bibi disini saja, "
" Apa tidak apa-apa jika saya menginap disini non? " tanya Bibi memastikan.
" Panggil saya Aira Bi, saya tidak keberatan jika Anda ingin menginap hitung-hitung ini sebagai hari terakhir Bibi melepaskan kenangan Bibi terhadap kedai ini, "
" Baiklah, jika itu yang non inginkan. Panggil saja saya Bibi Nan.. " ucap Bibi Nan.
" Kalau begitu, saya melanjutkan perjalanan saya, "
" Baik, Hati-hati diperjalanan, " ucap Bibi Nan.
Setelah membeli kedai milik Bibi Nan, di gang sempit tak jauh dari sana keluar pemuda berlari kearahnya bukannya bersiap menghindar ia hanya diam menatap pemuda itu.
Sampai dihadapan Aira, pemuda itu tiba-tiba saja berlutut, " Nona tolong bantu adik saya sedang sakit parah, saya tidak ada biaya untuk mengobatinya, " ucap pemuda itu sambil bersujud.
" Bangunlah, tunjukkan padaku di mana adikmu berada! "
Pemuda itu mendongak seakan tidak percaya bahwa gadis ini akan membantunya karena setiap kali orang dari gang ini meminta bantuan pada orang di luar gang mereka akan di acuhkan bahkan lebih parahnya lagi akan disiksa karena merasa jijik pada mereka.
" Tunggu apa lagi, tunjukkan padaku...! " ucap Airi lagi.
" Mohon maafkan saya Nona, mari saya antar, " pemuda itu bangkit dan membawa Airi kesebuah bangunan reot.
Tampak seorang anak kecil terbaring lemas di atas dipan yang telah lapuk, " Adikmu lebih baik pindahkan ke tempat yang layak, " ucap Aira.
" Tapi Nona saya tidak ada tempat selain disini.. " ucapnya sedikit bergetar.
" Aku baru saja membeli kedai, di sana ada cukup kamar untuk kalian tempati, ayo ikut denganku..!"
" Baiklah, terima kasih Nona.. " selepas mengatakan itu segera pemuda itu menggendong adiknya dan mengikuti Aira.
Sesampainya di sana, beruntung Bibi Nan baru saja ingin naik ke lantai atas berhenti saat melihat Aira datang dengan seorang pemuda.
" Apa ada yang bisa saya bantu Non? "
" Bibi tolong bantu pemuda ini mengurus adiknya dan kamu cepat cari tabib... "
" Baik Nona... "
Dengan cepat pemuda itu menghilang mencari tabib, tak lama pemuda itu kembali lagi bersama pria tua menjinjing tas kain di tangannya.
" Tabib tolong periksa anak ini, biayanya saya yang tanggung, " tunjuk Aira.
" Baik Nona.. " ucap tabib, segera ia memeriksa anak lemah yang sudah sangat pucat dan kesakitan.
" Anak ini menderita penyakit demam berdarah untung saja masih dapat ditangani jika terlambat saja anak ini akan meninggal, " jelas tabib, tabib menulis beberapa kata di kertas lalu menyerahkan kepada pemuda itu, " Ini resep obat yang harus dibeli, minumkan adikmu 3 kali sehari, " ucap tabib lagi.
" Terima kasih tabib,"
" Baiklah, karena pekerjaan saya sudah selesai saya undur diri Nona, " ucap tabib, ia paham bahwa sosok gadis buruk rupa ini pasti seorang yang kaya dan dermawan.
Aira mengangguk merespon tabib ini, ia menatap pemuda itu, " Kamu siapa namamu? "
" Maafkan saya Nona, saya melupakan memperkenalkan diri. Nama saya Juan Nona "
" Juan kamu antar tabib pulang, ini sudah larut malam penglihatan orang tua tidak terlalu bagus dimalam hari, " ucap Aira.
" Baik Nona, mari tabib Saya akan mengantar anda kembali... "
" Baiklah, saya akan menerima kebaikan ini," ucap tabib, dia tersenyum senang memang benar matanya kurang baik jika di malam hari, dengan di antar Juan perjalanan pulang ini berjalan lancar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Oppo Aabab
Aira buruk rupa pasti Krn racun,gelang giok yg dikasih td mn
2024-07-31
0
Oi Min
Ini orang tua Aira apa g ada yg nengok y?? G pengen tahu gtu anaknya masih hidup ato dah mati??
2022-03-24
0
Nadeak Ristaulina
emas donk
2021-06-06
1