Takdir Cinta
"Safa" teriak Annisa memecah kesunyian. Dengan gerakan refleks safa melirik ke arah sumber suara itu. Hari ini cuaca sangat terik, membuat pelajaran olah raga yang biasanya sangat di gemari terasa sangat melelahkan.
"Iya nisa, kenapa?" Tanya Safa lembut kepada sahabatnya. Annisa yang memang berada di depan pintu masuk ruang ganti siswi wanita tersenyum sembari berlari kecil ke arahnya.
"Kamu mau ikut pelajaran olahraga? Cuaca lagi terik begitu, mending kamu ikut aku ke ruang UKS. Temenin aku" kata Annisa yang kini sudah berada di ruang ganti. Tak ada siapapun selain mereka di ruang ganti yang luasnya hampir sama dengan ruang kelas itu. Semua siswa masih bermalas-malasan di ruang kelas yang jauh lebih nyaman karena bantuan Air Conditioner.
"Kamu sakit?" Tanya safa sambil melirik ke arah Annisa yang masih mengenakan seragam putih abunya. Tanpa aba-aba tangan Safa menyentuh dahi Annisa. "Tapi kamu gak demam koq" katanya lagi setelah memindahkan tangannya dari dahi Annisa ke leher Annisa.
"Aku lagi dapet periode nih. Sakit banget perutku. Pinggangku juga panas" kata Annisa sambil mengerucutkan bibirnya.
"Itukan wajar. Namanya juga perempuan" kata safa lembut. Senyum manis terkembang di bibirnya. Safa, memang pribadi yang sangat lembut hatinya. Dia juga cantik, meski selalu tampil polos tanpa dandanan. Sangat banyak pria yang mengantri untuk mengharapkan cinta darinya. Dari mulai anak pejabat, anak jendral polisi, anak pengusaha terkaya, hingga anak anggota dewan. Namun tak ada satupun yang berhasil mendapatkan cinta safa.
"Ihh, Safa. Ikut aku aja yuk diem di UKS adem-ademan" Jawab Annisa lagi sambil memonyongkan bibirnya. Safa hanya tertawa sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Panas gini olah raga. Nanti kulit kamu item lagi" lanjutnya lagi. Lagi-lagi Safa hanya tertawa mendengar permintaan Annisa.
Mungkin bagi sebagian orang berpura-pura sakit atau menemani teman yang berpura-pura sakit adalah hal biasa. Namun Safa justru sebaliknya. Ini adalah tahun keduanya sekolah di sekolahan elite dengan hanya mengandalkan beasiswa, membuatnya tak ingin mengambil resiko jika nanti ada guru yang mengetahuinya. Karena beasiswa yang di dapatkannya dengan susah payah itu tak bersifat permanen. Bisa sewaktu-waktu di cabut. Atau lebih parahnya, harus mengembalikan semua biaya sekolah yang sudah di dapatkannya. Jika tidak bisa mengembalikan, di keluarkan dengan tidak hormat oleh sekolah. Dan tak akan ada satu sekolahpun yang akan menerima mantan murid Alexander International School. Sekolah terbaik sekaligus termahal di negara Alexander.
Meski letak sekolah ini berpuluh-puluh KM dari tempatnya dilahirkan, tapi tekadnya yang kuat membuatnya siap tinggal di asrama sekolah.
"Aku anterin kamu ke UKS aja ya. Nanti pas istirahat, aku temenin kamu" jawab safa dengan senyum yang mengembang.
"Hmm, iya deh anak beasiswa yang selalu taat aturan" jawab Annisa sambil menjebikan mulutnya. Lagi safa tertawa melihat sahabatnya sejak masuk sekolah ini 1 tahun yang lalu.
Jarak antara ruang ganti pakaian cukup jauh dengan ruang UKS. Harus melewati deretan kelas, lab bahasa juga perpustakaan dan ruang audio visual. Hingga tiba di depan UKS yang bangunannya hampir mirip dengan klinik kecil di kecamatan kota Safa di lahirkan. Ruangan dengan pintu kaca besar di depannya. Sebuah meja resepsionis berada di sudut ruangan. Dengan 4 buah hospital bed yang di setiap sisinya terdapat tirai yang bisa di buka atau di tutup. Ada seorang dokter wanita yang selalu berjaga, juga 2 perawat wanita yang sangat ramah. Beberapa anak organisasi dokter sekolahpun terkadang ada yang bergantian berjaga.
"Selamat pagi. Silahkan masuk" sapa seorang perawat ramah.
"Saya lagi periode" jawab Annisa tanpa basa-basi. Tampak dia menggigit bibir bagian bawahnnya, untuk lebih meyakinkan jika dia memang benar-benar merasakan sakit.
"Baik, silahkan berbaring disini. Sebentar saya panggilkan dokter" jawab perawat itu ramah. Tak lama seorang dokter muda datang menghampiri kami. Memeriksa sebentar kemudian tersenyum manis ke arah Annisa. Bersamaan dengan itu bell tanda masuk pelajaran berbunyi.
"Nisa, aku tinggal ya" kata safa pada Annisa yang sedang berbaring. "Dok, saya permisi dulu" Safa kini melirik pada dokter muda itu. Dokter itu hanya mengangguk sambil tersenyum ke arah Safa, yang kemudian Safa membalas senyumannya.
Dengan langkah tergesa safa meninggalkan ruang UKS untuk menuju lapangan olahraga terbuka. Safa langsung bergabung dengan murid lainnya di dalam lapangan.
Setelah pak herlambang, guru olahraga mengabsen para siswa di wajibkan mengelilingi lapangan olahraga untuk melakukan pemanasan.
Tak terasa bell tanda berakhir mata pelajaran berbunyi. Semua siswa yang sudah sangat kelelahan menyambut bell itu dengan suka cita. Tak terkecuali Safa. Mereka beriringan memasuki ruang ganti wanita yang di dalamnya juga di sediakan kamar mandi yang berjajar. Kamar mandi ini di sediakan dengan fasilitas yang cukup lengkap sehingga para siswa bisa membersihkan diri usai olahraga dengan nyaman. Ada 10 ruang kamar mandi di ruangan itu, membuat para siswa tidak perlu menunggu giliran lebih lama.
Setelah selesai membersihkan diri, safa kembali ke ruang UKS untuk menemui Annisa. Langkahnya yang tergesa membuatnya tak dapat menghindar ketika bertabrakan dengan seorang kakak kelas.
"Aduhh" ringis safa saat Azka, anak kelas 3 menabraknya di depan ruang UKS.
"Maaf.. maaf.. tadi saya buru-buru" kata Azka yang mencoba membantu Safa untuk bangkit.
"Gak apa-apa. Aku yang salah. Jalannya buru-buru" jawab Safa.
"Kamu safa ya? Pemenang lomba LKIR tahun ini" Tanya Imam saat pandangan mereka beradu.
"I..ya. Tapi maaf kamu siapa?" Tanya safa sambil mengernyitkan dahinya.
"Oh iya kenalin, saya Azka" jawab Azka seraya mengulurkan tangannya yang kemudian di sambut oleh Safa.
"Salam kenal" jawab Safa sembari tersenyum. Senyum yang indah, yang akan membuat hati siapa saja yang melihatnya akan tertarik.
"Selamat ya" jawab Azka lagi seraya membalas senyuman manis Safa.
"Terimakasih" jawab Safa lembut. "Maaf, aku tinggal. Temanku sakit. Saya mau menemuinya" kata Safa lagi yang di balas dengan anggukan oleh Azka. Dengan langkah hati-hati, Safa masuk ke dalam ruang UKS yang kini tampak lebih ramai. Ada seorang siswa lain yang juga di rawat di dalam UKS dengan di temani setidaknya 3 orang siswa lain.
"Maaf, nisa aku telat datengnya. Gimana udah baikan?" Kata safa sesaat setelah membuka tirai yang di biarkan tertutup tempat hospital bed yang di tiduri Annisa.
"Gak apa-apa. Gimana tadi? Pak herlambang nanyain aku gak?" Tanya Annisa lagi.
"Iya, tapi udah aku bilangin kamu lagi di UKS" kata safa seraya mendudukan dirinya di kursi samping hospital bed.
"Makasih. Aku juga sekarang udah agak mendingan, aku mau masuk kelas lagi" kata Annisa yang kemudian di jawab dengan anggukan oleh Safa.
"Jadi kita ke kelas sekarang nih?" Tanya Safa dengan senyum manis yang mengembang. Annisa hanya mengangguk. "Yakin? Emang kamu udah gak apa-apa?" Tanya Safa lagi. Lagi-lagi Annisa hanya mengangguk.
Annisa yang sedari tadi berbaring mencoba untuk bangkit. Merapikan seragamnya yang tampak terlihat kusut karena rebahan tadi.
"Sekarang?" Tanya safa lagi seraya memandang ke arah Annisa.
"Tunggu dokter dulu. Dokternya lagi meriksa kakak kelas yang tadi jatuh dari tangga" Jawab Annisa. "Ya ampun ganteng banget..." Kata annisa tiba-tiba. Membuat Safa dengan refleks melirik ke arah belakang.
"Siapa?" Tanyanya heran saat melihat 3 orang pria yang sedang berdiri di luar kamar ruang Annisa istirahat. Tirainya tadi memang lupa Safa tutup kembali. "Azka?" Tanya Safa lagi.
"Bukan, Azka. Itu Fahrul" tunjuk Annisa pada seorang pria yang berada di antara 2 pria lainnya.
"Yang mana?" Tanya Safa sambil terus memerhatikan ketiga pria itu.
"Itu yang gak pake jas almamater" kata Annisa lagi seraya matanya tak melepaskan pandangan dari orang yang tadi di maksud. "Eh, kamu kenal Azka?" Kini Annisa berbalik ke arah Safa. Matanya menatap Safa dengan heran. Mungkin Azka memang cukup populer di kalangan para siswa dan siswi SMA AIS, panggilan populer untuk menyebut Alexander International School yang populer di masyarakat. Tapi, Safa? Sejak kapan dia memperhatikan makhluk lain di sekolah ini selain teman sekelasnya dan juga Jenny teman berbagi kamar di asramanya.
"Oh, Azka? Tadi aku gak sengaja nabrak Azka di depan pintu UKS" kata Safa masih dengan wajah cueknya.
"Beneran?" Tanya Annisa yang langsung di jawab oleh anggukan. "Terus kalian kenalan?" Tanya Annisa lagi. Matanya berubah berbinar. Safa kembali menganggukan kepala. "Nanti kenalin aku ya sama Fahrul" jawabnya lagi seraya mengembangkan senyuman.
"Aku gak kenal sama Fahrul" jawab Safa cepat.
"Iya kamu minta tolong aja sama Azka, bisa kan?" Kata Annisa lagi.
"Hah? Gak ah. Aku gak berani" jawab Safa seraya membelo kan matanya.
"Please..." Annisa memohon dengan menempelkan kedua telapak tangannya. "Dari kelas satu aku suka sama Fahrul" cibirnya dengan pandangan yang kini tertunduk. "Maukan bantuin aku?" Lanjutnya lagi dengan suara lirih dan penuh harap. Safa yang tampak serba salah menatapnya bingung. Sementara otaknya di penuhi dengan berbagai strategi untuk memenuhi keinginan sahabat baiknya itu.
"Tapi aku gak janji ya" kata Safa masih dengan wajah bingung. Annisa menyambut jawaban Safa dengan senyum manis yang mengembang di wajahnya. Seraya memandang langit-langit ruang UKS dengan wajah yang berbinar. Membayangkan bagaimana Annisa akan berkenalan nanti dengan Fahrul, seorang pria yang di sukainya secara diam-diam sejak pertama dia sekolah di AIS.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Jujuk
aku mampir kak
2021-05-02
0
BELVA
hallo author kece aku datang nih
2021-02-03
0
BELVA
hallo kaka authority kece aku datang nih
2021-01-27
0