Azka Imam Haqiqi
Dengan amarah yang memuncak dia membanting pintu kamarnya. Memporak-porandakan seluruh isi di kamarnya. Dia sangat amat kecewa. Kebaikannya pada Dinda tadi, ternyata di salah gunakan oleh Dinda.
Sebegitu besarnya rasa cinta Dinda padanya? Hingga membuat gadis itu melakukan segala macam cara untuk mendapatkan dirinya.
Si al...
Rasanya dia ingin berteriak dan mengutuk wanita itu. Namun tentu saja itu bukan typenya. Bahkan dia pun kini merasa bersalah karena telah membentak kedua orang tuanya yang tak pernah di lakukan sebelumnya. Namun jujur rasa kecewanya pada Pappi, lebih besar dari rasa marahnya pada Dinda. Karena Pappi tak mempercayai ucapannya. Meski diapun mengerti, jika dirinya melihat orang lain berdua di kamar dengan seorang wanita sedang berpelukan. Dan si wanita mengenakan pakaian yang sangat begitu menggoda jiwa maskulin siapapun yang melihatnya. Pasti akan berfikiran hak yang sama dengan yang di fikirkan pappinya. Apalagi di tambah sebuah kalimat "Kejadian malam ini, biar jadi rahasia kita berdua" yang dia ucapkan saat memeluk Dinda tadi. Ahh seandainya Pappi dan Mammi serta Oom Anwar dan Tante Amira datang lebih awal, pasti mereka mengerti kenapa dia mengucapkan kata itu.
"Semua ini gara-gara si breng sek Dinda. Aaarrgghhh...." batinnya berteriak meluapkan emosi yang di rasakannya.
Kenapa mereka pulang lebih awal? Si al... Lagi dan lagi dia menggerutu dalam hati
Jadwal kepulangan orang tuanya yang menurut berita masih 2 hari lagi ternyata di percepat menjadi hari ini.
Ahh, seandainya saja dia tak mendatangi kamar Dinda untuk meminta maaf pada gadis itu, mungkin kejadiannya takan seperti ini. Tapi dia juga tak tega karena penolakannya pada gadis itu tadi, pasti melukai hati Dinda.
Si al... Si al... Si al...
Sekilas dia melirik jam dinding di kamarnya, waktunya menunjukan pukul 5 pagi, namun matanya tak juga di serang kantuk. Membuatnya memutuskan untuk menelpon Safa. Gadis yang ternyata telah mencuri hatinya tanpa dia sadari.
"Iya, Azka" merdu suara Safa terdengar begitu menentramkan hatinya. "Kamu udah bangun? Ada apa sepagi ini telepon aku? Ada yang pentingkah?" Tanya Safa lagi.
"Gak apa-apa aku cuma pengen denger suara kamu aja" jawab Azka dengan suara berat.
"Kamu kenapa? Sakit? Kecapean?"
"Gak apa-apa"
"Oh oke"
Hening beberapa saat.
"Safa..."
"Iya, Azka kenapa?" Suara Safa terdengar sangat lembut. Begitu menyejukan hatinya yang terbakar api amarahnya sendiri.
"Ada yang mau aku ucapin ke kamu"
"Iya, Azka apa?"
"Aku cinta sama kamu" bisiknya lirih. "Kamu gak usah jawab apapun. Aku tak meminta jawaban apapun dari kamu. Aku cuma ingin kamu tau, kalau aku cinta sama kamu"
Hening kembali.
"Safa..."
"Iya, Azka"
"Kamu..."
"Iya kenapa?"
"Ehem..." dia berdehem untuk melegakan tenggorokannya yang entah kenapa terasa sangat berat. "Gak.. gak jadi" lanjutnya lagi. "Nanti siang kamu bisa temani aku lagi?"
"Aku kerja. Kemarin sudah ijin, aku gak bisa ijin lagi" nada bicara Safa seolah menyesal.
"Aku bisa meminta ijin pada Miss Betty untukmu"
"Jangan" suara Safa terdengar kaget. "Tunggu aku libur aja, gimana?"
"Kapan kamu bisa libur?"
"Belum tau. Yang pasti antara sabtu atau minggu. Tergantung yang lain. Kenapa?"
"Nanti pas jadwal libur kamu, kamu kabarin aku ya"
"Iya, Azka" jawab Safa yang suaranya kembali lembut. "Azka, kamu kenapa? Suara kamu berbeda dari biasanya"
"Gak apa-apa. Kamu siap-siap dulu gih. Mau berangkat sekolah kan?"
"Iya. Kamu juga ya"
"Aku hari ini kayaknya bolos sekolah"
"Kenapa? Kamu sakit?"
"Gak. Gak apa-apa. Lagi ada dikit trouble aja"
"Gara-gara aku?"
"Bukan. Gak ada sangkut pautnya sama kamu"
"Ouh ya udah. Semoga semuanya cepet selesai ya"
"Amien"
Klik. Hubungan di putus.
Pembicaraannya dengan Safa, membuat amarah yang tadi memuncak, kini mulai mencair. Dia kembali menenggelamkan dirinya di atas kasur. Melepaskan segala beban yang hanya akan hilang saat dia tertidur. Meski setelah bangun, masalah itu akan kembali ada.
_____________________________________________
Safa Zaina
Setelah sambungan telepon dari Azka di putus, hatinya masih saja berdebar tak karuan. Kalimat Azka masih terus saja terngiang di telinganya.
"Aku cinta sama kamu"
"Kamu gak usah jawab apapun. Aku tak meminta jawaban apapun dari kamu. Aku cuma ingin kamu tau, kalau aku cinta sama kamu"
Kalimat yang terus saja berputar berulang kali di kepalanya. Membuat dadanyabterus bergemuruh tak karuan.
"Apa aku juga mencintainya?" Begitu kata batinnya lirih mengajukan pertanyaan. Meski dia pun tak tahu cinta itu apa dan seperti apa. Yang dia tau, hanyalah rasa kagumnya pada Azka yang lebih dari rasa kagumnya pada siapapun. Jantungnya berdebar lebih kencang saat dia tak sengaja berpapasan dengan Azka di sekolah, meski tak saling menyapa. Karena saat dia tak sengaja bertemu Azka, sebelum sempat Azka menyapa dia keburu berlari menjauh dari Azka. Dia yang selalu menunggu setiap saat telepon dan pesan chat dari Azka. Dan dia pula yang selalu ingin menelpon dan mengirim chat lebih dulu namun selalu di buang jauh-jauh keinginan itu. Karena rasa malu yang dia rasakan.
Dering alarm di ponsel membuyarkan lamunannya. Waktu menunjukan pukul 06:30. Yang artinya 30 menit kedepan gerbang sekolah akan di tutup. Dengan terburu dia menyambar blazer dan mengambil tas sekolah di atas meja belajarnya. Masih tas yang lama. Sementara tas yang di belikan Azka untuknya kemarin, masih terbungkus kotak dan paper bag yang dia taruh di samping tas sekolah lamanya. Bergegas keluar dari kamar dan melangkah di koridor asrama. Sesekali ia melemparkan senyuman saat berpapasan dengan penghuni asrama lain.
Hari ini jadwal pelajarannya cukup berat. Dari pagi hingga siang nanti, semua tentang hitungan, matematika, kimia, fisika membuat otaknya harus bekerja sangat ekstra. Meski di tengah pelajaran nanti ada pelajaran olah raga. Yang kali ini pelajaran olahraga akan menjadi ujian praktek pertama semester ini. Yaitu ujian renang renang. Karena bulan depan Ujian akhir semester akan di selenggarakan. Yang akan di ikuti dengan libur panjang selama satu bulan penuh.
"Safa..." panggil Annisa yang sudah berada di ruang kelas ketika dia masuk. "Gimana udah ngobrol sama Azka?"
"Tentang?" tanyanya tak mengerti.
"Fahrul" jawab Nissa dengan wajah oenuh harap.
Ya ampun... Dia melupakan permintaan Annisa 2 bulan yang lalu. Membuatnya merasa bersalah dan merasa tak enak pada Annisa.
"Aku melupakannya..." jawabnya sembari menyengir karena merasa bersalah.
"Ihhh, nyebelin. Koq bisa lupa?" jawab nissa sembari mengerucutkan bibirnya.
"Nanti ya. Kali ini aku janji sama kamu. Aku bakal ngomong ma Azka"
"Beneran?" Dia hanya mengangguk. Sementara Annisa tersenyum senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Shahnaz
Azka, akhirnya bilang cinta juga. Di part selanjutnya Safa bakal bilang cinta juga gak ya?
2020-12-21
2