Seandainya saja Safa dapat membuka sedikit saja matanya, puluhan cowok sudah mengantri di hadapannya dengan harapan ingin menjadi kekasihnya.
"Jen, aku ke perpus dulu ya. Miss Betty pasti sudah menunggu" kata Safa sambil menyelendangkan tas kecil di bahunya. Jenny hanya menganggukan kepala seraya tersenyum.
Dalam perjalanan dari Asrama menuju perpustakaan umum fikiran Safa di penuhi berbagai pertanyaan tentang Azka. "Kenapa Azka mencarinya? Apa Azka marah padanya karena dia berhasil mengalahkan Azka dalam LKIR? Apa yang Azka akan bicarakan padanya?" Semua pertanyaan itu menuntut jawaban. Yang mungkin jawabannya akan sangat mudah, jika saja Safa memijit nomor Azka. Namun dia tak ingin melakukannya.
Miss Betty tampak sedang sibuk mengeluarkan berdus-dus buku dan kemudian memilahnya sesuai dengan jenis dan genrenya. Saat dia masuk ke dalam ruang perpustakaan.
"Good night, miss" sapanya saat pertama menginjakan kaki di ruang yang lebih kecil tempat petugas perpustakaan.
"Ya" jawab Miss Betty seraya meliriknya sebentar kemudian kembali focus pada buku-buku di dalam kardus.
Lantas Safa menaruh tasnya di meja kecil yang ada di sudut ruangan yang biasanya lengang, kini di penuhi berdus-dus buku baru. Yang sebagian masih di segel dengan lakban.
"Mata saya sudah mulai berair karena sedari tadi membaca sinopsis novel" kata miss Betty seraya melemparkan pandangannya pada Safa. Safa tertawa mendengar keluhan Miss Betty.
"Biar saya aja. Miss Betty bisa beristirahat dulu. Saya juga sudah siapkan kartu peminjamannya dan sampulnya pun sudah saya potong dalam beberapa ukuran" kata Safa yang kemudian mendudukan dirinya di lantai. Tangannya lantas sibuk mengambil buku-buku yang berjejer rapih di dalam dus.
"Oh ya? Kapan kamu melakukannya?" Tanya miss Betty dengan wajah senang sekaligus tak percaya.
"Sudah sejak sebulan yang lalu miss. Saat anda mengatakan akan datang ratusan buku baru. Setiap hari saat saya menjaga perpustakaan, saya membuat kartu dan sampulnya. Agar saat buku ini tiba, tak perlu repot lagi"
"Good girls" jawab Miss Betty seraya mengacungkan dua jempolnya. Safa hanya tersenyum sambil menatap wajah miss Betty, namun sedetik kemudian kembali memilah-milah buku yang ada di hadapannya.
Sekitar pukul 11 malam, pertempurannya dengan buku memasuki babak selanjutnya. Yaitu membungkus buku-buku itu dengan sampul plastik dan menempel kartu peminjam di halaman terakhir buku.
"Sudah semua?" Tanya Miss Betty pada Safa yang masih duduk diantara tumpukan buku.
"Sudah" jawab Safa singkat. Dengan anggukan kepala miss Betty mengajak safa untuk segera berdiri, safa yang memang sudah sangat faham, segera bangkit. Melangkah dengan kaki tergesa menuju pintu keluar perpustakaan yang di susul oleh Miss Betty. Hari ini begitu sangat melelahkan bagi Safa. Namun tak terdengar keluhan sedikitpun yang keluar dari bibir mungilnya. Seberat apapun pekerjaannya, Safa selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman. Itu pula yang membuat Miss Betty menyukai Safa.
"Good night, Safa" kata Miss Betty setelah berhasil mengunci pintu perpustakaan.
"Good night too" jawab Safa dengan senyum mengembang di wajahnya.
Mereka berpisah di depan pintu masuk perpustakaan. Dengan langkah tergesa Safa berjalan menuju gerbang asrama. Malam memang sudah sangat larut. Namun jalanan di pusat kota Gilbar, ibu kota negara Alexander masih ramai dengan lalu lalang mobil dan juga beberapa para pejalan kaki. Kota ini memang tidak pernah tidur. Apalagi hari ini weekend. Akan lebih ramai dari hari-hari biasa.
Hingga langkah Safa berhenti, saat sebuah mobil sport warna merah metalic berhenti persis disampingnya. Wajah menoleh ke arah mobil sport itu. Matanya menangkap sosok Azka yang turun dari balik kemudi mobil, yang kemudian berjalan mendekatinya.
"Safa..." Kata Azka saat mereka berjarak beberapa meter saja.
"Iya, Azka" jawab Safa dengan mengembangkan senyuman di wajahnya.
"Apa saya mengganggu?" Tanya Azka sambil memperhatikan dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Oh tidak juga" jawab Safa masih dengan wajah tersenyum. "Saya baru pulang dari perpustakaan. Ada yang bisa saya bantu?"
"Perpustakaan?" Tanya Azka dengan wajah yang mengernyit bingung. "Bukankah perpustakaan tutup jam 8 malam?" Lanjutnya lagi.
"Oh iya. Saya kebetulan bekerja disana. Dan hari ini banyak buku baru yang datang. Membuat saya haru bekerja hingga larut" jawab Safa lagi.
"Oh, oke" kata Azka sambil menganggukan kepalanya. "Sudah makan malam?" Tanya Azka lagi. "Mungkin kamu punya waktu untuk menemaniku makan malam?" Lanjut Azka.
"Maaf, Azka. Malam sudah semakin larut. Jam 12 gerbang Asrama akan di kunci. Jadi saya harus segera pulang" jawab Safa jujur.
"Oh, oke. Besok bisa?" Tanya Azka lagi.
"Sebetulnya besok saya masih banyak pekerjaan di perpustakaan. Mungkin, jika bisa saya selesaikan sebelum pukul 8..." Kalimatnya terhenti.
"Bisa?" Tanya Azka setengah memaksa.
"If Allah willing" jawabnya seraya tersenyum.
"Oh ya, saya sudah menitipkan no ponsel saya pada Jenny. Apa kamu sudah menerimanya?"
"Oh ya sudah" Jawab Safa. "Tapi saya, tak berani menelpon kamu" lanjut Safa lagi dengan wajah yang serba salah.
"Kenapa?" Tanya Azka. Namun Safa tak menjawab kalimatnya. "Oke, boleh saya tau berapa nomor ponselmu? Biar saya yang hubungi kamu" kata Azka akhirnya setelah menyadari Safa tak dapat menjawab kalimatnya tadi. Lantas Safa menyebutkan deretan angka pada Azka. Yang kemudian Azka mencatatnya di phonebook ponselnya. Sambil menyebutkan kembali deretan angka yang tadi telah di sebutkan Safa.
"Maaf, sebentar lagi gerbang akan di tutup. Saya harus segera ke asrama, selamat malam" kata Safa sambil berlalu dari hadapan Azka yang sebelumnya telah menganggukan kepala untuk menjawab kalimat terakhir Safa.
Waktu sudah menunjukan pukul 11:39 malam, membuat Safa bergegas pergi dari hadapan Safa. Jarak menuju asrama dari tempatnya tadi berdiri memang lumayan jauh. Sekitar 20 menit bila di tempuh dengan berjalan kaki.
Beruntung, penjaga Asrama baru akan menutup gerbangnya saat Safa sampai di depan gerbang. Dengan nafas tersenggal Safa menyapa penjaga gerbang itu dan kemudian kembali berlari menuju kamarnya di lantai 2. Fikirannya memang masih di penuhi oleh fikiran tentang Azka, Bagaimana tidak? Azka adalah cowok paling populer di sekolahnya yang dapat membius semua wanita untuk jatuh hati pada Azka malah memintanya untuk makan malam bersama. Apa ini mimpi? Safa memang tak seperti wanita lain yang selalu berusaha tampil terbaik di depan Azka, agar pria itu memperhatikan mereka. Namun tetap saja, semua tentang Azka memenuhi fikirannya. Apalagi pembicaraannya tadi sore dengan Jenny, membuatnya semakin bertanya-tanya. Namun semua fikiran itu segera di tepisnya. Safa tak ingin berlarut-larut dalam fikirannyang akan merusak konsentrasinya dalam mempertahankan beasiswa full AIS. Tidak akan. Dan tidak boleh terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
BELVA
💞💞💞💞💞
2021-01-27
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejak..jejak..jejak..🐾🐾🐾
2021-01-15
1
ARSY ALFAZZA
semangat 👍🏻
2021-01-09
1