Apa Berhak Marah? 2

Safa Zaina

Mereka sedang duduk berkeliling di kamar asramanya. Duduk di atas karpet yang sengaja di gelar di ruang kosong antar kasur miliknya juga Jenny. Dia mulai sedikit gusar, karena mendapati Annisa dan Jenny hanya duduk sambil saling berpandangan. Pandangan yang kadang di hiasi kerutan di dahi mereka sambil mengisyaratkan sesuatu dengan gerakan kepala mereka, yang dapat diartikan olehnya 'kamu aja yang bilang' mungkin kurang lebih begitu.

"Kalian kenapa sih?" Gerutunya kesal. "Saling pandang begitu" lanjutnya lagi sambil menatap kedua sahabatnya lekat-lekat. Berpindah dari wajah Annisa lalu ke wajah Jenny. Berulang kali. Namun yang di tanyai masih saja membungkam mulut. "Ya udah kalau gak ada yang mau ngomong, aku mau pergi aja ke....."

"Ehh bentar" Jenny mulai angkat suara sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

"Iya, jenny. Kenapa?" Jawab Safa dengan wajah melembut. Tak seperti tadi yang mimik mukanya sedikit kesal.

"Kita mau bicara sama kamu" Kata Jenny lagi.

"Iya. Gimana?"

"Kamu... Ehem.. jadi... Hmmm" hanya itu yang keluar dari wajah Jenny sembari sesekali dia melirik ke arah Annisa.

"Biar aku aja yang ngomong" Kata Annisa. "Fa, kamu sebenernya cinta gak sama Azka?" Pertanyaan Annisa meluncur bebas, membuat keningnya sedikit mengkerut. "Gini lho, Fa. Tadi aku..." Kalimat nissa menggantung di udara membuatnya semakin mengernyitkan dahi. "Ehem... Jadi.." lanjut nissa lagi. "Ehhh... Gini aja deh. Kamu jawab dulu pertanyaanku tadi"

"Kenapa kita tiba-tiba ngomongjn Azka sih?" Tanyanya dengan dahi yang masih saja mengkerut. "Tumben"

"Safa, kamu jawab aja dulu. Gimana perasaan kamu ke Azka?" Kali ini Jenny yang bertanya. Dengan tatapan yang seolah sedang menanyai pesakitan di ruang sidang.

"Ahhh, udah ahhh" katanya seraya mengibaskan tangannya ke udara, seraya hendak berdiri. Namun tangannya di cengkram kuat oleh Annisa. Membuatnya mengurungkan niatnya untuk berdiri.

Diakui atau tidak, dia mulai sering memikirkan Azka. Kapanpun dan dimanapun. Hampir setiap malamnya di isi dengan rindu yang menggebu. Namun dia sendiri masih tak yakin. Apa itu cinta atau hanya rasa suka biasa. Karena selama ini dia tak pernah sedekat ini dengan pria manapun.

"Ada apa sih ini?" Tanyanya masih tak mengerti. Atau juga pura-pura menghindar dari pertanyaan yang sangat sangat memalukan. Memalukan. Yeah. Memalukan. Karena beberapa waktu yang lalu dia sempat berbicara pada Jenny, jika dia tak mungkin menyukai cowok seperti Azka. Yang punya banyak wanita.

"Jawab aja" Jenny mulai menekan nada bicaranya.

Dia menghela nafas panjang. Menundukan kepala, kemudian mengangkat kepalanya kembali. Membuka mulut seolah hendak mengatakan sesuatu, tapi kemudian di urungkannya kembali.

"Jadi kamu cinta sama Azka?" Tanya Jenny lagi. Pertanyaan yang lebih tepatnya adalah sebuah pernyataan. Dia kembali menundukan kepalanya. "Ya, aku udah duga. Kalau kamu cinta sama Azka. Kalau gak cinta, mana mungkin kemarin kamu bolos kerja hanya untuk menemani Azka"

"Apa? Kemarin kamu jalan sama Azka?" Tanya Annisa tak percaya.

"Iya. Seharian" jawab jenny seraya melirik ke wajah Annisa yang sedang menatapnya tak percaya.

"Seharian?" Annisa mengulang kata terakhir yang dilontarkan Jenny seraya terus menatapnya dengan wajah cengo tak percaya. "Kenapa kamu gak cerita ma aku?"

Dia semakin menundukan kepalanya. Takut menatap kedua bola mata sahabatnya yang seolah ingin menelanjanginya.

"Tapi kamu cuma jalan ke mall aja kan gak sampe ngapa-ngapain?" Tanya annisa dengan mimik wajah yang cemas kali ini.

"Maksud kamu?" Tanya Jenny heran. Sebetulnya dia ingin mengajukan pertanyaan yang sama dengan Jenny pada Annisa. Karena dia sama-sama penasaran maksud dari pertanyaan Annisa barusan. Namun jenny mendahuluinya.

"Gak. Gak apa-apa. Aku bingung ngomongnya mesti gimana" jawab Annisa sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Apa?"

"Apa?"

Kalimat tanya itu di lontarkan hampir berbarengan oleh Jenny juga dirinya. Namun Nissa tak menjawab kalimat pertanyaan itu. Dia sibuk membuka layar ponselnya, dan mengetikan sesuatu di benda kecil itu. Kemudian menyodorkannya pada Jenny. Seketika saja mata Jenny terbelalak demi melihat layar ponsel milik Annisa. Dan kemudian menyodorkan benda kecil itu pada dirinya.

Dia tak dapat menyembunyikan perasaan yang di rasakannya jauh dalam relung hatinya. Darahnya berdesir 3 kali lipat dari biasanya. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Matanya mulai memanas. Air mata menyeruak, memaksa untuk keluar. Sebelum sempat ia menjatuhkan air matanya, ia menatap langit-langit di kamar asramanya. Berharap dengan melakukan hal itu air matanya akan kembali masuk dan bersembunyi pada tempatnya.

Namun usahanya sia-sia. Perlahan tapi pasti. Air matanya keluar melalui sudut matanya. Foto yang di tampilkan di layar ponsel milik Annisa berkelebatan di fikirannya. Foto seorang lelaki yang menghadap membelakangi kamera. Dengan background layar LED besar dan wallpaper yang mirip dengan wallpaper di kamar Azka. Ya, tentu saja dia tak bisa lupa wallpaper di kamar Azka. Karena beberapa kali saat melakukan panggilan video dengan Azka wallpaper itu selalu menjadi background Azka. Bahkan baju yang di kenakan pria itupun baju yang sama dengan yang di pilihkannya tadi di mall yang langsung di pakai Azka saat berjalan di mall bersamanya.

Apalagi membaca caption dari photo itu 'Bersamamu malam ini akan terasa sangat indah'.

Cukup lama dia memposisikan dirinya yang menatap langit-langit kamar asrama.

"Dia siapa? Apa hubungannya denganku atau Azka?" Tanyanya berpura-pura tak mengerti atau lebih tepatnya tak mau mengerti. Sembari dia terus mencoba menahan air mata yang terus saja mengalir.

"Safa...." Setengah membentak jenny memanggil namanya. "Kamu gak usah pura-pura. Kamu tau kan ini siapa?" Tanya Jenny seraya mengguncangkan bahunya. Membuat airmatanya semakin tumpah tak terkendali.

"Aku gak tau" dia masih saja terus berbohong.

"Jangan bohong. Air mata kamu nunjukin kalau kamu tau siapa dia. Dan... Air mata kamu juga bilang kalau kamu cinta sama dia" kali ini annisa merengkuhnya kedalam pelukan. Membuat airmatanya semakin deras mengalir. "Ini aku dapet dari snapstory IG Dinda. Kamu tau kan siapa dia? Cewek slalu jalan berdua sama Azka dulu. Sering berantem sama mantan pacarnya Azka. Yang katanya juga calon tunangannya Azka. Semua cewek dulu iri sama Dinda. Karena selain mereka berdua deket. Orang tua mereka juga sahabatan" Kata Annisa panjang lebar. Membuat derai airmatanya semakin deras. Menganak sungai di pipinya.

"Tapi Azka tadi pagi bilang cinta sama aku" jawabnya dengan suara bergetar menahan rasa sedih yang menyesakan dadanya.

"Hebat banget si Azka. Malemnya tidur ma cewek lain, paginya bilang cinta ke kamu. Ba ji ngan" bentar Jenny sambil mengepalkan kedua tangannya.

Terpopuler

Comments

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

5 like kakak💟💟💟

2021-01-13

1

LINA

LINA

20 like and rate 5 sudah mendarat di karya kk 😊 saling mendukung 🙂 semangat berkarya ka 💪

2021-01-11

1

Sany Husen

Sany Husen

Terimakasih udah mau mampir. kritik dan sarannya boleh kakak author senior.

2020-12-21

2

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan 1
2 Pertemuan 2
3 Tentang Azka
4 Tentang Azka 2
5 Dinner with Azka 1
6 Dinner With Azka 2
7 Dinner With Azka 3
8 Dinner With Azka 4
9 Dinner With Azka 5
10 Gagal Total
11 Gagal Total 2
12 Terjebak
13 Terjebak 2
14 Kencan Kedua
15 Kencan Kedua 2
16 Hampir Saja...
17 Permainan Dinda
18 Love is Cinta
19 Apa berhak Marah?
20 Apa Berhak Marah? 2
21 Apa Berhak Marah 3
22 2 Malam Bersama
23 2 Malam Bersama bag. 2
24 Penyelesaian
25 Cinta?
26 Cinta? 2
27 Go home
28 Go Home 2
29 Titik Terang? Atau masih Kelabu?
30 Luka Ini Milikku
31 Tertangkap Basah
32 Tertangkap Basah 2
33 Penyelesaian Yang Merugikan
34 Penyelesaian Yang Merugikan 2
35 Penyelesaian Yang Merugikan 3
36 Dunia Memang Sempit
37 Isi Surat Perjanjian
38 Hati Yang Indah
39 Terimakasih
40 Visual Tokoh
41 Rencana di Dalam Rencana
42 Hari kedua di rumah Azka
43 Tingkah Dinda
44 Kekhawatiran yang Berlebih
45 Terlalu Berlebihan kah?
46 Keluarga Baru
47 Dewi Fortuna sedang memihak
48 Taktik Dinda
49 Taktik Dinda 2
50 Anak siapa?
51 Pengalaman Pertama
52 Nego Gaji
53 Kaliya
54 Pesan Ayah
55 Ancaman Dinda
56 Kiriman Paket
57 Paket Misterius
58 Paket Misterius 2
59 Sahabat Baik
60 Somethings not right
61 Mama Mertua
62 Terkuak
63 Kebahagiaan Azka
64 Kekhawatiran
65 Selamat Jalan Ayah
66 Air Mata Safa
67 Air Mata Safa 2
68 Air mata Safa 3
69 Mencoba Bangkit
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Pertemuan 1
2
Pertemuan 2
3
Tentang Azka
4
Tentang Azka 2
5
Dinner with Azka 1
6
Dinner With Azka 2
7
Dinner With Azka 3
8
Dinner With Azka 4
9
Dinner With Azka 5
10
Gagal Total
11
Gagal Total 2
12
Terjebak
13
Terjebak 2
14
Kencan Kedua
15
Kencan Kedua 2
16
Hampir Saja...
17
Permainan Dinda
18
Love is Cinta
19
Apa berhak Marah?
20
Apa Berhak Marah? 2
21
Apa Berhak Marah 3
22
2 Malam Bersama
23
2 Malam Bersama bag. 2
24
Penyelesaian
25
Cinta?
26
Cinta? 2
27
Go home
28
Go Home 2
29
Titik Terang? Atau masih Kelabu?
30
Luka Ini Milikku
31
Tertangkap Basah
32
Tertangkap Basah 2
33
Penyelesaian Yang Merugikan
34
Penyelesaian Yang Merugikan 2
35
Penyelesaian Yang Merugikan 3
36
Dunia Memang Sempit
37
Isi Surat Perjanjian
38
Hati Yang Indah
39
Terimakasih
40
Visual Tokoh
41
Rencana di Dalam Rencana
42
Hari kedua di rumah Azka
43
Tingkah Dinda
44
Kekhawatiran yang Berlebih
45
Terlalu Berlebihan kah?
46
Keluarga Baru
47
Dewi Fortuna sedang memihak
48
Taktik Dinda
49
Taktik Dinda 2
50
Anak siapa?
51
Pengalaman Pertama
52
Nego Gaji
53
Kaliya
54
Pesan Ayah
55
Ancaman Dinda
56
Kiriman Paket
57
Paket Misterius
58
Paket Misterius 2
59
Sahabat Baik
60
Somethings not right
61
Mama Mertua
62
Terkuak
63
Kebahagiaan Azka
64
Kekhawatiran
65
Selamat Jalan Ayah
66
Air Mata Safa
67
Air Mata Safa 2
68
Air mata Safa 3
69
Mencoba Bangkit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!