"Silahkan nona, jika anda ingin melihat dulu" jawab pelayan itu seraya membuka kunci etalase. "Yang ini nona?" Tanya pelayan itu lagi seraya menunjuk tas yang di maksud olehnya. Dia hanya mengangguk. Kemudian meraih tas yang di berikan oleh pelayan itu. Kesan pertama saat menyentuh tas itu adalah betapa lembutnya permukaan tas itu. Halus. Logo brand nya yang masih tertutup plastik bening tampak sangat cantik. Tanpa menunggu lebih lama lagi, lantas dia mencari price tag yang tergantung di tas itu. Matanya terbelalak kaget. Dia masih terus memperhatikan price tag sembari menghitung jumlah 0 di belakang angka 16. Hampir saja loncat kedua bola matanya saat dia yakin jika jumlah 0 di belakang angka 16 itu ada 6 digit.
Glek.
Dia menelan ludah berkali-kali. Tas seperti ini harganya 16 juta. Apa saat price tag nya di cetak ada kesalahan penulisan?
Tangan nya mulai gemetaran. Memberikan kembali tas yang berada di tangannya kepada pelayan itu dengan sangat hati-hati. Takut jika kukunya merusak tas mahal itu.
"Terimakasih mba" katanya dengan nada bergetar. Masih sangat shock.
"Terimakasih nona, kalau butuh sesuatu lagi bisa panggil saya" jawab pelayan itu ramah. Dia hanya mengangguk, sebelum akhirnya mengedarkan pandangan mencari sosok Azka, yang ternyata masih sibuk memilih celana jeans. Dengan lutut yang masih gemetaran karena sejujurnya dia baru pertama kali memegang benda semahal itu di tangannya, dia mencoba melangkahkan kaki mendekati Azka.
"Gimana ada yang suka tas nya?" Tanya Azka tanpa menoleh padanya yang kini berdiri tepat di samping Azka.
"Hah?" Tanyanya terkejut.
"Tadi aku liat kamu lagi milih-milih tas. Gimana ada yang suka gak?"
"Oh.. eh... Hmm.. Gak ada" jawabnya pelan.
"Di store sebesar ini kamu gak suka satupun?" Tanya Azka lagi yang kali ini sambil menatapnya tak percaya. "Coba kamu keliling lagi. Kamu belum ke sebelah sana kan?" Lanjutnya sambil menunjuk salah satu sudut yang terdapat puluhan tas yang berjejer rapi.
"Ga...." Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, telinganya menangkap Azka memanggil salah satu pegawai.
"Mba.." katanya setengah teriak. Pelayan yang tadi membantunya untuk menyentuh tas mahal itu menghampiri mereka berdua.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan itu ramah.
"Tolong tunjukan pada teman saya tas terbaik yang di miliki store ini" perintah Azka pada pelayan itu.
"Eh...gak us..."
"Mari silahkan nona, saya akan tunjukan produk terbaru kami" kata pelayan itu yang kini berbalik menatapnya.
"Gak usah mba. Terimakasih" jawabnya.
"Udah kamu kesana aja. Aku yakin, pasti ada yang kamu suka" kata Azka sambil menggerakan bola mata untuk mengikuti pelayan itu.
"Tapi aku..."
"Udah di lihat aja dulu" lanjut Azka memotong kalimatnya.
Dengan terpaksa dia mengikuti langkah pelayan itu yang berhenti di depan rak dengan deretan tas yang berjajar rapi. Tanpa perintah, pelayan membuka rak kaca itu dan mengeluarkan beberapa tas di dalamnya. Dengan celoteh khas seorang marketing, sang pelayan mulai menjelaskan detail setiap tas yang dia keluarkan. Yang hanya masuk kuping kanan dan keluar di kuping kirinya. Apalagi saat tak sengaja dia menangkap angka yang tertera di price tag tas itu. Yang jumlah digitnya tak lebih sedikit dari pada tas yang tadi di sentuhnya.
Dia hanya mampu menganggukkan kepala setiap kali pelayan itu menjelaskan detail produknya. Meski berulang kali, sang pelayan memberikan tas padanya. Namun dia enggan untuk menyentuh tas itu. Dia terlalu takut jika sentuhannya dapat merusak tas mahal itu.
"Yang ini bagus. Bisa buat ke sekolah, bisa buat jalan juga" kata Azka yang sudah berdiri tegak di belakangnya. Dengan gerakan cepat dia menoleh ke arah Azka. "Ada warna apa aja mba?" Tanya Azka pada pelayan itu.
"Hitam, pink, merah dan kuning" jawab pelayan itu.
"Yang paling terbaru yang mana mba?" Tanya Azka lagi.
"Oh sebentar pak, saya ambilkan dulu" jawab pelayan yang langsung pergi dari hadapan mereka.
"Azka, aku gak mau beli tas. Kamu udah selesai belanjanya?"
"Udah"
"Ya udah ayo kita pergi"
"Kamu kan belum beli apa-apa"
"Sekarang aku belum but..."
"Yang ini model paling baru. Belum kami pajang. Karena limited edition. Biasanya hanya kami pamerkan kepada member VIP saja. Hanya ada 200 pcs di seluruh dunia"
"Nah ini bagus. Cantik. Kamu suka kan?" Tanya Azka padanya lagi. "Warnanya ada apa aja?"
"Ini cuma ada satu warna"
"Oke saya ambil yang itu" kata Azka tanpa bertanya lagi padanya.
_____________________________________________
Dinda Gabriela
Dia sedang duduk sembari membaca buku yang sudah diambilnya dari rak buku di kamar Azka. Sudah sejak siang hari dia berada di rumah Azka. Menunggu Azka pulang sekolah. Untuk kemudian mengajaknya pergi jalan keluar. Tante Amelia, ibunya Azka menyuruhnya untuk menunggui Azka di kamar pribadi Azka sebelum dia berangkat menemani suaminya yang akan launching anak perusahaan baru mereka di luar kota.
Rasa bosan masih saja menyergapnya, meski dia sudah mulai sibuk dan menikmati buku yang tengah dibacanya.
Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, namun sosok yang tengah di tunggunya belum juga menampakan batang hidungnya. Berkali-kali dia menarik nafas panjang, lantas berjalan ke arah jendela kamar Azka untuk kemudian mendongakkan kepalanya. Melihat mobil Azka yang akan masuk ke parkiran rumahnya.
Segala macam cara sudah dilakukannya untuk mengusir rasa bosannya. Hingga dirinya tanpa sadar mulai terlelap di balik selimut berwarna hitam yang mengeluarkan aroma khas Azka.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan di pintu kamar, membuatnya terbangun dari tidurnya. Matanya mulai memicing, suasana gelap di kamar itu menyadarkannya jika dia tertidur lumayan lama.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu terdengar kembali.
"Iya bentar..." jawabnya dengan suara khas bangun tidur. Dia kemudian menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan bangkit berjalan menuju pintu kamar. "Iya bi?" tanyanya pada wanita berumur 40 an. Asisten Rumah Tangga Azka.
"Makan malamnya sudah siap, non. Mau makan di bawah, atau saya antar ke kamar?" tanya Darni lagi.
"Azka udah pulang?" Dia balik bertanya.
"Belum, non"
"Sekarang jam berapa?"
"Jam 8 malam"
Sudah jam 8 malam, tapi Azka belum pulang juga? Pergi kemana Azka? Sama siapa? Apa setiap hari dia selalu pulang malam? Dia masih terus bertanya pada diriny sendiri.
"Makan malamnya, saya antar ke kamar saja ya non?" kata Darni lagi.
"Iya" jawabnya singkat sembari kembali menutup pintu kamar Azka dan mendudukan dirinya di atas sofa panjang. Dia meraih benda kecil yang tergeletas di atas nakas. Mencoba menghubungi Azka, yang memang sudah sejak tadi sebelum dia jatuh tertidur telah di lakukannya. Namun nada panggilan tersambung tak juga terdengar. Hanya suara operator provider yang memberi tahu jika nomor yang di hubunginya sedang tidak aktif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
BELVA
mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-02-03
0
🌹Dina Yomaliana🌹
5 like mendarat lagi💘💘💘
2021-01-12
1
Pujas_erha🤓
Pujas mampir kak.🤓.
nyicil dulu yak.😊
15 like. udah mendarat, semangat lanjut❤
2021-01-05
1