Fahrul, Robby, Azka dan Giano sedang saling berkejaran menuju ruang lab bahasa. Mereka sudah terlambat 3 menit dari jadwal masuk kelas Bahasa, karena sebelumnya mereka menghadiri pertemuan para petinggi OSIS di ruang OSIS yang berjarak cukup jauh dari ruang lab bahasa.
Karena terburu-buru Robby tak sengaja menendang tong sampah di samping tangga yang akan mereka turunin. Seketika saja tubuh Robby oleng ke samping, membuatnya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya ambruk ke lantai tepat di anak tangga pertama. Membuat Robby menggelinding ke bawah. Luka sobek di dahinya, mengeluarkan banyak darah. Membuat Fahrul, Azka dan Giano panik dan lantas membawanya ke UKS.
"Siang sus, teman saya terluka. Jatuh dari tangga" kata Azka saat membuka pintu. Darah di dahi Robby terus menetes hingga ke kemeja yang di kenakannya. Bahkan menetes di lantai. Tanpa bertanya lebih jauh sang suster menyuruh mereka untuk membaringkan Robby di hospital bed no 1 atau 3 bed di depan Annisa.
Suster lainnya mulai mengambil peralatan dan juga manggil dokter di ruangan khusus di belakang meja receptionis.
Dengan langkah tergesa, dokter menghampiri Robby. Yang sudah tertidur di hospital bed dengan darah yang masih terus menetes. Dokter kemudian memeriksa luka di dahi Robby, dan kemudian menyuruh suster menyeka dan membersihkan lukanya.
Suasana yang tadi di dalam UKS hening berubah menjadi sangat tegang. Fahrul, Azka dan Giano berdiri agak jauh dari bed tempat Robby.
"Koq bisa sih, si Robby nyuksruk begitu tadi" tanya Fahrul dengan mimik muka cemas. Seragamnya di penuhi bercak darah Robby. Saat mengangkat robby tadi, Fahrul mengangkat bagian kepalanya. Sementara Azka di bagian pinggang dan Giano di kakinya.
"Gue liat sih. Tadi si Robby gak sengaja nendang tong sampah terus badannya oleng ke kiri. Jadi kepalanya nyium ujung tembok yang pas pegangan tangan itu" Jawab Giano sambil memamerkan muka tegangnya. "Tuh anak emang gak hati-hati" lanjutnya lagi.
"Lagian tadi elo sih lari-lari. Jadi begini kan?" kata Fahrul dengan wajah yang tak kalah tegang.
"Lha koq gue sih? Gue kan cuma takut terlambat masuk. Lo tau kan miss Carrol kayak gimana?" Jawab Giano. "Ngeri-ngeri sedep kalau marah. Hiyy..." lanjut Giano sambil bergidik.
"Udah, kita doakan aja yang terbaik. Gue yakin si Robby gak apa-apa. Gue ke toilet dulu ya" kata Azka sambil memamerkan darah di telapak tangannya, karena tadi Azka sempat menahan luka Robby dengan telapak tangannya. "Sekalian mau ke lab, mau minta izin" Fahrul dan Giano hanya mengangguk untuk mengiringi langkah kepergian Azka.
Setengah berlari Azka melewati deretan bangunan yang berjejer di sisi kanannya. Terus berjalan melewati beberapa ruang kelas, ruang ganti pria serta Gedung olah raga. Hingga berakhir di toilet pria. Azka kemudian membersihkan dirinya. Darah di tangannya yang sudah mengering merubah warna air menjadi merah yang mengalir di wastafel berwarna putih. Beberapa cipratan darah tampak menodai kemejanya. Setelah dirasa sudah sedikit bersih, Azka kemudian berlari menuju ruang lab bahasa untuk menemui Miss Carroll yang terkenal tegas dalam mendidik para murid AIS.
"Good afternoon, sir. May I come in? (Selamat siang, bu. Apa saya boleh masuk?)" Sapa Azka dengan wajah pucat pasi. Azka menyadari dia sudah terlambat 30 menit lebih yang tentu sudah tak lagi akan ada tolelir dari miss Carroll.
"Why did you come late, Azka?(Kenapa kamu datang terlambat, Azka)" tanya miss carrol dengan wajah yang paling kecut yang pernah di lihat Azka. Belum sempat Azka menjawab pertanyaan dari Miss Carrol, sebuah pertanyaan lain di lontarkan oleh miss Carroll. "What's with your uniform. I saw there was blood stain there(Ada apa dengan seragammu? Saya melihat ada noda darah disana)" Tanya Miss Carrol dengan mata yang kini tertuju pada noda darah di seragam Azka.
Dengan wajah menunduk Azka menceritakan noda darah itu berasal yang kemudian di jawab oleh anggukan kepala miss carrol dan Miss carroll juga memberikan Azka dan ketiga kawannya itu untuk tak mengikuti pelajaran saat ini. Tentunya dengan setumpuk tugas rumah sebagai gantinya.
Azka kemudian pamit pada Miss Carrol dan kembali menuju UKS. Langkahnya tergesa, pandangannya focus pada layar ponsel yang ada di genggamannya. Hingga tanpa sengaja dia menabrak seorang gadis cantik. Satu-satunya murid yang dapat mengalahkannya dalam perlombaan LKIR. Lomba Karya Ilmiah Remaja yang sudah beberapa tahun ini di juarai olehnya. Sebenarnya Azka sudah lama ingin berkenalan dengan Safa, sekedar ingin tahu latar belakang gadis yang sudah mengalahkannya. Namun selalu tak ada kesempatan bagi dirinya.
Murid AIS tak banyak yang tahu tentang Safa. Membuatnya sangat kesulitan mencari informasi tentang gadis itu. Seolah Safa hanya bagian kecil dari ribuan murid di AIS. Meski prestasi yang di raihnya cukup membanggakan, namun kehadiran dirinya yang memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa terlupakan begitu saja. Setelah beberapa bulan meraih kejuaraan itu. Begitu banyak murid berprestasi di Sekolah ini. Dan bahkan banyak siswa yang menangkan kejuaraan dalam berbagai bidang, membuat Safa yang memang bukan siapa-siapa mulai terabaikan.
Kalau saja Safa tak mendapatkan beasiswa itu, takan mungkin dia dapat berdiri di sekolah ini sekarang. Sekolah yang menjadi impian semua anak di negara Alexander. Yang sudah pasti biaya masuk sekolahnya setara dengan harga sebuah mobil kelas menengah. Belum lagi biaya perbulannya, yang setara jika di bandingkan dengan gaji bapak selama 6 bulan mengajar di SD swasta di Kalia.
Satu-satunya yang Azka tahu tentang Safa, hanyalah seorang anak Asrama dengan beasiswa full. Hanya itu. Tak ada yang lain.
Saat pertama Azka menyadari jika yang berhasil mengalahkannya dalam lomba LKIR, adalah seorang anak Asrama dengan full beasiswa membuatnya sangat murka. Namun sangat pertama kali dia melihat wajah rivalnya itu membuatnya sedikit tertegun. Gadis dengan paras cantik dan menawan yang berdandan sangat sederhana berhasil merubah rasa murkanya menjadi rasa penasaran.
Safa memang berbeda dengan kebanyakan murid wanita di AIS. Tampilannya sangat sederhana. Wajahnya polos tanpa riasan. Sangat kontras bila di bandingkan dengan kebanyakan murid wanita disini. Yang selalu berdandan dengan sangat mencolok juga seragam yang begitu mini.
Rasa penasaran itulah yang menuntun Azka untuk mengetahui sosok Safa yang kini telah berjongkok di hadapannya, karena tadi saat bertabrakan dengannya tubuh Safa terjatuh ke atas lantai putih.
Dengan segera Azka membantunya untuk bangun. Hingga wajahnya berubah saat melihat sosok Safa di hadapannya.
"Safa?" kalimat itu meluncur bebas dari bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Jujuk
bawa like
2021-05-02
0
BELVA
slm kenal ya ka
2021-01-27
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
haiihaiii
cinta pak bos hadir lagi😘
bawa like💕
bawa semangat💪
jejak juga🐾
mampir juga yuk😉
2021-01-15
1