Azka masih menunggu di dalam perpustakaan yang setiap hari libur sangat ramai pengunjung. Mengingat perpustakaan sekolahnya ini merupakan perpustakaan terlengkap di Negaranya. Entah sudah berapa lama ia berada di ruang perpustakaan ini. Azka melirik jam di pergelangan tangannya. Waktunya menunjukan pukul 7:30. "Masih ada setengah jam lagi" gumannya dalam hati.
Sejak kehadirannya di ruang perpustakaan ini, sudah beberapa kali ia mengelilingi ruangan yang luas dengan berjejer rapi rak-rak yang tingginya hampir menyamai tinggi bangunan ini. Namun tujuannya tentu saja bukan untuk mencari judul buku yang akan di pinjamnya atau bahkan akan di bacanya di ruang baca yang sudah di sediakan. Tapi untuk mencari sosok Safa yang sudah di teleponnya sejak sore tadi. Sebelum ia datang ke perpustakaan. Namun sejak kehadirannya di tempat ini 1 jam yang lalu, dia belum juga bertemu dengan sosok yang sedari tadi bergelayut di fikirannya.
Dia memang sengaja datang ke perpustakaan ini lebih awal dari waktu yang disepakatinya tadi dengan Safa. Entah kenapa sejak pertemuan pertamanya dengan Safa di depan UKS itu, membuatnya tak pernah berhenti memikirkan Safa, satu-satunya orang yang dapat mengalahkannya dalam perlombaan karya tulis ilmiah itu.
Kembali dia mengelilingi deretan rak buku di tengah ruang perpustakaan. Kali ini dia benar-benar ingin mencari sebuah buku. Buku apa saja, yang dapat menemani waktu menunggunya. Pilihannya jatuh pada baris rak yang menyimpan tumpukan novel terjemahan. Semua penulis novel terkenal tertulis di setiap judul buku.
Satu rak buku berisi 1 nama penulis, dengan judul buku yang tersusun alphabet. Membuat para pengunjung tak perlu susah mencari buku yang akan mereka baca atau pinjam. Perpustakaan ini di lengkapi beberapa komputer spesifikasi terbaik yang dapat di gunakan pengunjung untuk menjelajah dunia maya. 2 komputer lainnya terletak di dekat pintu masuk yang berisi seluruh informasi mengenai judul buku, pengarang dan penerbit yang dapat di akses pengunjung untuk memudahkan mereka mencari judul buku yang akan dibaca.
Pilihannya jatuh pada sebuah buku dengan judul "Tanda tanya". Judul buku itu membuatnya tertarik untuk mengambil buku dengan sampul warna hitam. Dia membaca sinopsis dari buku tersebut sebelum akhirnya membawanya ke meja kecil yang berada di pojok ruang baca perpustakaan.
Tak terasa waktu yang tak pernah berhenti bergerak, membuat jarum di pergelangan tangannya menunjukan pukul 8:05 menit. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar ruang baca yang mulai sepi. Antrian panjang terlihat di depan meja petugas perpustakaan. Kemudian dia bergerak menuju rak tempat ia mengambil buku tadi, dan mengembalikan buku tersebut ke tempatnya. Melangkah keluar dari perpustakaan dan menunggu Safa menyelesaikan pekerjaannya sambil menyender di mobil yang terparkir di parkiran perpustakaan umum itu.
Satu persatu pengunjung perpustakaan mulai meninggalkan bangunan bergaya classik yang cukup megah untuk sebuah perpustakaan. Tembok nya di lapisi cat putih, menambah kesan elegan yang tercipta. Namun sosok yang sedari tadi di tunggunya belum juga terlihat keluar dari bangunan itu. Hingga semua kendaraan yang terparkir di tempat parkir mulai melaju. Hanya tinggal mobilnya dan mobil jenis sedan berwarna hitam yang terparkir di sudut parkiran paling dalam.
Hingga beberapa saat, setelah pengunjung terakhir pergi, sosok yang di nantinya muncul dari dalam gedung. Bersama seorang wanita muda yang sangat di kenalnya. Miss Betty. Dia masih menunggu di samping mobilnya, saat matanya dan Safa beradu pandang. Setelah miss Betty masuk ke dalam mobilnya dan mulai melajukan mobil keluar dari parkiran, saat itulah Safa menghampirinya.
"Udah lama nunggunya?" Tanya Safa sambil tersenyum tipis.
"Jadikan kita dinner?" Azka balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Safa. "Mau makan dimana?" Tanyanya lagi sembari membukakan pintu mobil penumpang. "Atau mau aku yang pilihkan tempat makan?" Tanyanya lagi, karena Safa tak menjawab satupun pertanyaan yang di lontarkannya. "Di cafe langganan keluargaku aja ya. Makanannya enak. Tempatnya juga nyaman" kata Azka lagi. Kini mereka sudah berada di dalam mobil.
"Kalau aku aja yang pilih tempat makan boleh?" Tanya Safa hati-hati.
"Kamu emang mau makan dimana?" Tanya Azka.
"Di warung mie ujung jalan sana, gimana?"
"Warung mie yang itu?" Tanya Azka dengan wajah yang tampak sedikit kecewa. "Ya udah, tapi setelah makan disana giliran kamu yang antaler aku ke Genesis. Gimana?" Tanya Azka yang menyebutkan nama salah satu cafe termahal di kota Alexander. Cafe yang tak pernah Safa masuki sebelumnya.
"Genesis?" Tanya Safa sambil mengernyitkan dahinya.
"Iya gimana?" Tanya Azka lagi.
"Ya udah ke Genesis aja, aku bisa makan di warung mie itu lain waktu" jawab Safa.
"Oke" kata Azka yang langsung melajukan kendaraannya menembus kota Gilbar. Jalanan masib sangat ramai, meski waktu menunjukan pukul 9 malam. "Kamu harus balik jam 12 kan?" Tanya Azka yang di jawab dengan anggukan oleh Safa. "Aku pastikan sebelum jam 12 kamu sudah ada di asrama" lanjutnya lagi yang sesekali melirik ke arah Safa.
Safa kebanyakan diam tanpa suara. Hanya sesekali saja dia menjawab pertanyaan Azka dengan seperlunya. Bahkan semua itu berlangsung hingga ke Genesis.
Mereka memilih kursi paling pojok yang bersampingan langsung dengan kaca besar di kanannya. Pemandangan di bawah kaca, memperlihatkan kolam renang dengan lilin dan kelopak bunga mawar yang mengambang di atasnya. Menambah nuansa romantis yang tersaji. Lampu yang menggantung di atas meja tempat mereka duduk pun sangat temaram, sebuah vas bunga dengan 2 tangkai mawar merah menemani mereka yang duduk saling berhadapan.
"Selamat malam, silahkan" sapa seorang waitress sembari memberikan buku menu pada mereka. Buku menu yang tersampul apik dengan sampul berbahan oscar berwarna hitam dengan tulisan embos dengan tinta berwarna kuning ke emasan bertuliskan 'Genesis' lengkap dengan alamat dan no telepon cafe tersebut.
Safa mulai membalik halaman sampul dari buku menu, namun seketika saja matanya terbelalak demi melihat deretan angka yang tertera di samping menu makanan. Harga yang sangat fantastik. 1 porsi salmon filetto di hargai setara dengan uang makan yang di berikan Miss betty selama sebulan. Safa kemudian membalik halaman lain guna mencari menu minuman. Fikirnya mungkin, uang yang dia punya saat ini hanya cukup untuk membeli segelas minuman. Setelah berhasil menemukan minuman yang paling murah kedua setelah air mineral Safa kemudian berkata,
"Aku lemon tea hangat ya mba" Safa melirik ke arah pelayan yang sedari tadi berdiri di samping meja tempat dirinya juga Azka duduk. Sang pelayan kemudian mencatat pesanannya di buku dengan sampul yang sama dengan buku menu yang sedang di pegangnya, namun tentu saja ukurannya jauh lebih kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Jujuk
semangat kak
2021-05-02
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kak💪
aku hadir bersama Cinta Pak bos
mampir yuk kak😉
2021-02-01
0
BELVA
mampir kembali ka di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-01-27
0