Rey memberitaukan kepada Kikan tentang masalah perjodohan yang di tawarkan oleh Kakek Vinno untuk Cucunya dan juga Merry. Kikan menolak keras jika harus menikahkan Merry dengan cara melalui perjodohan. Dia tidak mau jika Merry harus mengulang perjodohan seperti apa yang pernah dia rasakan dulu.
Namun, Rey mencoba meyakinkan istrinnya tersebut bahwa Merry bukanlah, wanita yang mudah beradaptasi dengan lawan jenisnya. Perjodohan adalah satu-satunya cara yang tepat agar Merry bisa mengenal yang namanya cinta. Kikan sejenak merenung. yang di katakan oleh Rey memang ada benarnya, seketika itu, di dalam benak Kikan, ada rasa takut jika anak semata wayangnya itu tidak mau mengenal yang namanya cinta. Akhirnya, Kikan terpaksa mengiyakan perkataan suaminya, untuk mencoba menerima tawaran perjodohan yang di tawarkan oleh Kakek Vinno dengan cucunya.
**
Keesokan malamnya, Cuaca malam itu, terasa sangatlah dingin, suara angin pun terdengar berulang kali menyentuh dedaunan pohon.
Di dapur, Kikan terlihat sedang sibuk menyiapkan banyak sekali makanan hingga membuat Merry begitu heran. Kikan pun memberi tau kepada Merry. Bahwa, malam ini, Kakek Vinno akan datang bersilahturahmi bersama Cucunya. sikap Merry hanya biasa saja. Bahkan, seolah tak mempedulikan siapa tamunya.
"Merry, nanti, kamu kalau ada tamu yang sopan, ya!" tutur Kikan
"Tergantung, Ma. kalau tamunya sopan Merry juga akan sopan," jawab Merry dengan mengunyah biskuit yang baru saja ia ambil dari dalam toples.
"Merry!" suara Kikan mengeras, ia tidak suka mendengar jawaban pitrinya seperti itu.
"Hehe, iya, Ma. Merry kan hanya bercanda! Merry janji akan bersikap sopan dan manis," ujar Merry dengan menyodorkan jari kelingkingnya kepada Kikan. Hingga membuat Ibu satu anak itu terkekeh melihatnya.
"Anak pintar." Kikan memegang kepala Merry dan memberi sedikit sentuhan halus di sana.
Rey yang kala itu sedang duduk di sofa, ia segera beranjak berdiri mendekati pintu, saat dirinya mendengar ketukan pintu berkali-kali. Ia dengan segera membuka pintu tersebut. Dan di sana terlihat Kakek Vinno dengan seorang laki-laki muda yang sangat tampan dengan balutan kemeja berwarna hitam. Laki-laki itu tak lain ialah Giordan cucu Kakek Vinno satu-satunya.
"Selamat malam, Paman Rey. Gio memberi sapaan hangat kepada Rey. Rey segera mempersilahkan Kakek Vinno dan Gio untuk masuk. Rey berteriak memanggil nama Kikan dan Merry agar segera keluar. Bermaksud, agar anak dan istrinya tersebut menyambut kedatangan tamu yang sedari tadi ia tunggu.
Merry terlihat berjalan beriringan keluar dari arah dapur. Kikan memberi sapaan hangat kepada Kakek Vinno dan juga Cucunya, kemudian, mereka mengajak Kakek Vinno dan cucunya tersebut ke meja makan untuk memulai makan malam. Namun, Kikan terlebih dulu memanggil Merry yang saat itu sedang berada di dalam kamarnya.
Tak lama kemudian, Kikan kembali bersama Merry. Namun, Merry terkejut saat melihat cucu Kakek Vinno yang sedang duduk manis di atas kursi meja makan. Tiba-tiba gadis itu melototkan kedua matanya kepada cucu Kakek Vinno. Bahkan, kedua mata itu seakan hendak terlepas dari tempatnya.
"Sedang apa kau di rumahku?" seru Merry dengan mengeraskan suaranya.
"Merry, turunkan nada suaramu! dia Gio, cucu Kakek Vinno. mereka tamu kita. jadi, kamu harus berbicara yang sopan!" tegur Rey. Merry tak menghiraukan ucapan Rey. Ia masih memandang Gio dengan tatapan tak ramah. Namun, Gio bersikap santai dan malah tersenyum meledek ke arah Merry.
"Mama... Papa... Kakek. Maaf, Merry tidak tertarik untuk makan malam bersama dia!" seru Merry. Kedua matanya masih tak bergeming menatap tajam kepada Gio.
"Duduk! apa Mama mengajarkanmu tidak sopan seperti ini kepada tamu? bukankah, tadi kamu sudah berjanji kepada Mama untuk bersikap sopan?" tutur Kikan dengan nada lembut. Merry pun menundukkan kepalanya dan langsung menurut dengan apa yang baru saja Kikan katakan. Namun, sesekali matanya tak henti menatap gio dengan tatapan sinis dan ketidak sukaan.
"Rasanya ingin sekali melempar sambal ini di kedua matanya," gumam Merry dalam hati sembari mengangkat sendok dan juga garpu miliknya.
"Gio, apa kalian saling mengenal?" tanya Kakek Vinno sambil menatap Gio dan juga Merry secara bergantian.
"Dia adik kelas Gio, Kek." Gio menjawab pertanyaan Kakeknya sembari menyantap jamuan makan malam yang sudah di siapkan oleh Kikan.
"Dasar menjijikan!" Merry menggerutu kesal dalam hati.
Giordan atau yang lebih akrab dengan sapaan Gio ialah Kakak kelas Merry yang pernah satu sekolah dengannya. Mulai dari menengah pertama, menengah atas, bahkan kuliah pun mereka berdua juga satu kampus.
Gio ialah orang yang pendiam. Tetapi, ia juga sangat usil. Dia anak yang sangat populer di sekolah waktu itu dan banyak sekali wanita yang menyukai maupun mengidolakannya. Karna, selain tampan Gio sangatlah berkharismatik, memiliki daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya. Namun, itu semua tidak berlaku bagi Merry,
semasa sekolah, Gio selalu mengusili Merry. Bahkan, Merry sering dihukum di sekolah hanya karna ulah Gio, itu sebabnya, Merry sangat tidak menyukai laki-laki itu.
Namun, Merry bukanlah tipe anak yang suka mengadu kepada orang tua, jika dia dirundung masalah. Dia selalu menyimpannya sendiri dan enggan berbagi kepada siapapun.
***
Setelah menikmati jamuan makan malam yang di suguhkan oleh keluarga Rey. Mereka pun berbincang bersama di ruang tengah sembari menikmati Teh dan juga biskuit yang baru saja di suguhkan oleh Kikan.
Gio berpamitan untuk mencari angin di luar rumah. Semenatara Merry sedang duduk bersandar di samping Kikan sambil membaca novel miliknya. Melihat Gio yang sedang sendirian di luar rumah. Kikan dan Rey menyuruh Merry untuk keluar dan menemaninya. tapi, Merry menolak keras akan perintah orang tuanya tersebut. Namun, karna Merry tidak mau membantah perintah Mamanya. Ia segera keluar menemui Gio yang saat ini sedang berdiri di halaman rumah sambil melipat kedua tangannya.
Saat Gio tengah asyik menikmati sejuknya udara malam itu. Ia melihat pantulan bayangan dari belakang, ia sudah bisa menebak bayangan siapa itu. Gio seketika melirik ke arah belakang tanpa memutar lehernya sedikitpun.
"Sedang apa kau mengikutiku kemari?" tanya Gio tanpa menoleh ke arah Merry.
"Siapa yang mengikutimu? jika bukan karna Mama, mana sudi aku mengikutimu kemari!" seru Merry dengan nada yang sedikit nyolot. Namun, Gio hanya diam saja.
Sebuah taxi tiba-tiba berhenti di depan halaman rumah Merry. Terlihat seorang perempuan dengan tas ransel di punggungnya turun dari taxi itu, "Kakak..." perempuan itu dengan heboh memanggil Merry. Ia segera mempercepat langkah kakinya menghampiri Merry dan memeluk Merry hingga membuatnya hendak terjatuh. Perempuan itu tak lain ialah Evelyn, sangat akrab dengan sebutan Elyn. sepupu Merry. Anak dari Alka dan juga Cathrine.
"Kau sedang apa kemari malam-malam?" tanya Merry sembari menjauhkan tubuh Elyn darinya.
"Selama liburan, Aku akan menginap di sini, Kak. karna Mommy dan Daddy akan pergi ke luar negeri. Tadi, Mommy sudah menelpon Mama Merry untuk memberi tau kedatanganku." Elyn melebarkan senyumnya dengan penuh semangat. kemudian, kedua matanya melirik ke arah Gio yang kini berdiri di samping Merry.
"Siapa laki-laki tampan ini, Kak? apa dia kekasihmu?" bisik Elyn yang masih tak lepas memandangi Gio.
"Bukan!" Merry mengeraskan suaranya dengan kesal.
"Nona, memangnya laki-laki mana yang mau menjadi kekasih Kakakmu yang galak ini?" saut Gio. Ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana dan segera berlalu masuk meninggalkan mereka berdua ke dalam rumah.
Gio mengajak Kakek Vinno pulang, karna ia merasa sudah terlalu lama bertamu di rumah Rey dan juga Merry. Kakek Vinno sebenarnya enggan untuk mengakhiri perbincangan bersama Rey dan Merry malam itu. Namun, karna Kakek Vinno juga merasakan hal yang sama karna terlalu lama bertamu. Kakek Vinno pun terpaksa berpamitan pulang kepada keluarga Rey.
Rey, Kikan dan juga Merry mengantarkan Gio beserta Kakek Vinno hingga ke halaman rumah. Dan saat dia rasa tamu mereka sudah pulang. Rey dan Kikan segera mengajak Merry dan juga Elyn untuk masuk ke dalam rumah. kemudian, Kikan mengantarkan putri dan keponakannya itu ke kamar dan memastikan mereka berdua tidur.
Seusai itu, Kikan kembali ke dalam kamar dan menemui Rey. Baru saja ia mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur, Rey sudah membahas tentang perjodohan Merry dengan Gio.
"Bagaimana menurutmu tentang Gio, sayang?" tanya Rey yang saat ini sedang melingkarkan tangannya di tubuh Kikan sembari meletakan wajahnya di bahu istrinya tersebut.
"Gio anak baik. tapi, kamu bisa lihat sendiri kan, sayang. tadi sikap Merry ke Gio seperti itu. mana mungkin kita menjodohkan mereka?" tanya Kikan seraya menghadapkan posisi tubuhnya berhadapan dengan Rey.
"Mungkin saja, ini hanya soal waktu. Nanti mereka juga akan terbiasa seperti kita dulu," tutur Rey.
"Sayang, mana mungkin? apa Merry mau menerima jika di jodohkan dengan Gio?" tanya Kikan dengan nada yang tak percaya diri.
"Kamu kan Mamanya, dia sangat menurut denganmu. Jadi kamu harus bisa membujuknya!" ujar Rey.
"Tapi, sayang--"
"Sudah malam! ayo kita tidur!" tukas Rey sembari merebahkan tubuhnya. Kikan hanya menghela napas akan keinginan dan sikap keras kepala suaminya tersebut. Raut wajah Kikan menjadi bingung. Karna yang ia pikirkan saat ini hanya kebahagian Merry.
"Bagaimana jika Merry tidak mau menikah dengan cucu Kakek Vinno?"
"Bagaimana jika Merry terpaksa mau menerima perjodohan ini, namun dia tidak bahagia?" Pertanyaan-pertanyaan itu semakin mengacau di pikiran Kikan.
****
Keesokan paginya, Kikan berada di kamar Merry, ia terlihat sedang menyisir rambut Evelyn dan juga Merry secara bergantian sembari menyusun kata-kata yang tepat membicarakan masalah perjodohan kepada putri semata wayangnya tersebut dengan Gio. Namun, Kikan bingung harus memulai darimana.
"Merry," panggil kikan dengan nada suara lembut, tangannya menyisir rambut Merry perlahan-lahan agar tak menyakiti kepalanya. Sementara Evelyn sedang asyik memainkan game yang ada di ponsel miliknya.
"Iya, Ma?" saut Merry.
"Gio itu anak yang baik ya," tutur Kikan. Namun Merry hanya diam dan memutarkan kedua bola matanya, rasanya ia sangat tidak tertarik membicarakan laki-laki itu.
"Ma, apa sudah menyisirnya? Merry mau ke taman." Merry ingin menghindar akan pembicaraan tersebut. Kikan pun terpaksa mengiyakannya.
Merry mengajak Evelyn berlalu keluar dari kamar itu dan menuju ke taman belakang yang letaknya ada di belakang rumah.
"Astaga, anak itu mirip sekali
dengan Papanya." Kikan menggelengkan kepalanya dengan bingung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Mimilngemil
😆😄😂😅😆😃😄
like father like daughter
2023-11-04
0
Zainab Ddi
Merry persis Kikan kuper orangy
2022-05-19
0
Lia Dahlia
yah pasti mitip Tey or dia papah ny
2021-10-01
0