"Iya, Nak. Usianya 24 tahun, seusia kamu," ujar Kakek Vinno.
"Merry masih umur 21 tahun, Om." Rey ikut menimpalinya.
"Oh, benarkah? Om kira usia putrimu ini 24 tahun." Kakek Vinno terkekeh dengan suara khasnya. Hingga membuat Merry merasa kesal di buatnya.
"Yang benar saja? Kakek ini menganggapku tua?!" gerutu Merry dalam hati.
***
Merry bingung harus mengerjakan apa. Raut wajahnya terlihat begitu bosan mendengar perbincangan kedua orang tua itu. Rey yang melihat perubahan raut wajah anaknya, seketika itu, ia menyuruh Merry untuk duduk menunggu dirinya di Front Office. Merry mengiyakan perintah Papanya. Ia berpamitan kepada Kakek Vinno dan segera turun menunggu di depan meja Front Office. Untuk mengusir rasa bosannya, perempuan itu membaca buku yang sempat ia beli di toko buku tadi.
Sementara, Rey dan Kakek Vinno masih membicarakan tentang masalah bisnis. Namun, sesekali mereka menyelipkan pertanyaan pribadi di sela-sela percakapannya.
"Anakmu sangat cantik, sopan dan sepertinya sangat pandau. apa dia sudah punya pacar, Rey?" tanya Kakek Vinno.
"Belum punya, Om. dia sangat sulit beradaptasi apalagi dengan lawan jenis." Rey menghela napas dengan heran melihat putrinya tersebut
"Bagaimana kalau Merry di jodohkan dengan cucu, Om saja Rey?" usul Kakek Vinno dengan sedikit ragu.
"Dijodohkan?" Rey mengerinyit mendengar kata itu. Kakek Vinno menganggukan kepalanya tanpa bersuara.
"Rey tidak bisa memutuskannya, Om. Nanti, Rey akan coba berbicara dengan Kikan."
"Jangan terburu-buru, Rey. buat mereka saling mengenal dulu saja. Om tidak memaksa. Om hanya ingin menikahkan cucu Om. Ya, barangkali dengan menikah dia bisa memiliki keluarga baru dan menghilangkan kesedihan yang selama ini dia rasakan," tutur Kakek Vinno
"Iya, Om. Rey tau... Rey dengar juga, cucu Om Vinno masih muda, tapi sudah menjadi pengusaha sama seperti Richard." suara Rey memuji dengan begitu bangganya.
"Iya Rey, bakatnya menurun dari Richard. Papanya." Kakek Vinno terlihat begitu bersedih. Bahkan, ia mengangkat kacamatanya dan mengusap kedua matanya yang terlihat tiba-tiba basah.
"Maaf, Om. Rey tidak bermaksud membuat Om Vinno bersedih," ucap Rey.
"Tidak apa-apa, Rey."
"Oh, iya, Om. bagaimana kalau besok Om Vinno dan cucu Om. Rey undang untuk jamuan makan malam di rumah? Apa bisa?" tanya Rey.
"Wah, Om sangat bersenang hati. Itu ide yang bagus sekalian silahturahmi, Om bisa," saut Kakek Vinno dengan penuh semangat seakan telah menang undian.
"Baiklah, Om. Kami akan menunggu kedatangan Om besok," kata Rey dengan tersenyum kepada Kakek Vinno.
Setelah berbincang-bincang, Kakek Vinno berpamitan pulang dan Rey pun menghampiri Merry yang kala itu sedang menunggunya di front office. Ia mengajarkan dan menunjukan semua arsip perusahaan kepada putrinya tersebut, Merry adalah anak yang terbilang sangat cerdas sehingga Rey tidak merasa kesulitan saat menjelaskan dan mengajarinya tentang sedikit berbisnis. Namun tetap saja, belajar bisnis sungguh membosankan bagi Merry, ia merasa lebih baik membaca puluhan buku daripada harus belajar berbisnis.
**
Sore harinya, saat jam pulang kantor. Rey segera mengajak Merry untuk kembali pulang. Setibanya di rumah, mereka berdua disambut oleh Kikan dan Juga Mama Lilis di depan halaman rumah, begitu menenangkan saat pulang kerja disambut oleh dua wanita yang sangat ia cintai. Bukan dua, melainkan tiga. Rey begitu mencintai ketiga wanita yang saat ini sedang berkumpul di hadapannya tersebut.
"Granny." Begitulah panggilan Merry kepada Neneknya yang tak lain Mama Lilis. Ia mendekap tubuh wanita tua itu.
"Cucu Granny yang nakal ini sudah dewasa ternyata, sudah ikut Papanya bekerja." Lilis menggoda Merry dengan suara serak dan tersengal-sengal, membuat Merry begitu malu saat dirinya dikata sudah menjadi dewasa, padahal ia merasa masih kekanak-kanakan.
"Bagaimana, sayang. Apa bekerja sangat menyenangkan?" tanya Kikan.
"Sungguh membosankan! Merry lebih nyaman rebahan sambil membaca puluhan buku di dalam kamar daripada harus bertatap muka dan berbicara dengan orang asing," seru Merry dengan memutarkan kedua bola matanya.
"Nanti kamu akan terbiasa, Nak." Rey ikut menimpalinya sembari mengusap-usap kepala putrinya tersebut.
Kikan segera mengajak putri dan suaminya tersebut untuk segera masuk. Kikan membantu Lilis berjalan perlahan-lahan, karna, akibat pengikisan tulang kakinya, Lilis terpaksa berjalan dengan menggunakan tongkat dan terkadang menggunakan kursi roda. Kikan memperlakukan mertuanya tersebt dengan sebaik mungkin, mengingat dirinya sudah tidak memiliki orang tua lagi di dunia ini.
**
Di dalam kamar, Kikan membantu Rey untuk membantu melepas jas dan juga dasi yang masih melekat di tubuh suaminya tersebut.
Rey, menatap Kikan, ia masih menyusun kata-kata yang tepat untuk masalah tawaran perjodohan antara cucu Kakek Vinno dan juga Merry.
“Sayang...” panggilan Rey menghentikan aktivitas Kikan. Wanita itu segera mengiyakannya.
“Ehm, tadi Om Vinno ke kantor...” ucap Rey. Ia menggiring Kikan untuk duduk di tepi tempat tidur.
“Lalu?” tanya Kikan.
“Ehm, Sayang. Bagaimana menurutmu, kalau Merry kita jodohkan dengan cucunya Om Vinno?” Kikan terhenyak tak membalas apapun pertanyaan suaminya.
“Bagaimana?” tanya Rey kembali.
“Aku tidak setuju, sayang!” Rey sudah bisa menebak akan penolakan istrinya tersebut.
"Kenapa?" tanya Rey.
“Sayang, kamu kan tau sendiri dijodohkan itu tidak enak dan sangat tertekan, aku tidak mau Merry merasakan hal itu!" Kikan memegang tangan Rey berharap suaminya bisa merasakan apa yang saat ini ia rasakan.
"Oh, jadi, kamu merasa tertekan dijodohkan denganku?" pertanyaan Rey sengaja ingin menggoda Kikan.
Kikan terkekeh. “ Itu kan dulu, sayang. Kalau sekarang kan beda lagi.” Kikan menyandarkan kepalanya di bahu suaminya tersebut.
"Nah, itu maksudku! kalau misalkan kita jodohkan Merry, dia akan bisa beradaptasi dengan sendirinya, sama seperti kita dulu!” tutur Rey.
"Tapi aku tetap tidak setuju! Biarkan Merry mencari calon pasangan hidupnya sendiri. Lagi pula, umur dia masih muda," kata Kikan dengan santainya.
"Sayang, Merry itu sama seperti dirimu, kamu susah untuk beradaptasi dengan orang lain! Bahkan, sampai sekarang kita belum pernah melihatnya dekat dengan laki-laki manapun. Umur itu sangat cepat sekali. Rasanya, baru kemarin Merry lahir, aku masih bisa menggendongnya. Tapi, kau lihat sekarang. Dia sudah dewasa." Kikan terdiam kekhawatirannya membuat dirinya membenarkan apa yang baru saja dikatakan oleh suaminya itu. Kikan mencerna baik-baik perkataan Rey.
"Dan kalau kita jodohkan, setidaknya kita kan tau betul keluarganya, apalagi semua keluarga Om Vino adalah orang yang sangat baik, bahkan dari dulu beliau selalu membantu keluarga kita...”
“Sayang, apa kamu tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan? setelah aku jadi orang tua aku jadi tau kekhawatiran alasan kenapa orang tua kita dulu menjodohkan kita, aku hanya ingin menyerahkan putri kecilku kepada laki-laki yang tepat," imbuh Rey.
“Sayang, aku juga sama sepertimu, tapi, aku takut jika Merry tidak bisa menerima kalau dia akan dijodohkan. Kau kan tau Merry seperti apa," tutur Kikan
"Kita bisa berbicara dengannya baik-baik," ujar Rey.
"Besok aku mengundang Om Vino dan cucunya kemari, aku undang untuk makan malam sekalian silahturahmi," imbuhnya
"Baiklah," saut Kikan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
langit jingga
gen introvert nurun dari Mak bapaknya
2022-03-28
1
Nela Newaty
penggen liat kebucinan Rey sama Kikan Thor
sebab season 1 kurang romantis Thor Rey sama kikan
2021-11-28
0
Kamsiyah Kamsiyah
ini utk K2 xnya q BCA novel ini...Hem..memang sangat ngangenin...
2021-11-25
0